Alexa memasuki kamarnya dan mengunci pintu. Gadis itu masih terus menangis atas tindakkan Darrel beberapa menit lalu. Ia merebahkan dirinya di atas kasur lalu menarik selimut menutupi tubuhnya. Alexa takut bila nanti harus bertemu unclenya kembali. Soal Ariane ia sudah menghubungi wanita itu lagi sesuai permintaan Darrel. Bahkan pria itu meminta Alexa mengarang cerita berakhir membuatnya mengatakan pada Ariane kalau pesannya bohong. Ia terpaksa melakukan itu karena tidak betah dan supaya mommy-nya cepat pulang. Tentu hal itu disaksikan oleh Darrel setelah pria itu melakukan pelecehan padanya untuk kedua kalinya.
"Lexa takut, mom."
Sampai tengah malam matanya masih terjaga. Alexa hanya memeluk dirinya sendiri di dalam selimut. Air mata sudah mengering di pipi gadis itu. Matanya pun sudah mulai terlihat sembab. Ia hanya berharap Darrel menyadari perbuatannya dan bersikap normal selayaknya uncle dengan keponakannya.
"Tidur nyenyak Alexa?"
Pertanyaan itu sepertinya bukan pertanyaan sungguhan yang terlontar dari Darrel. Karena senyum miring yang ditunjukkan pria itu membuat Alexa sadar kalau unclenya hanya sedang mengingatkannya atas perlakuan Darrel semalam.
"Uncle tidak perlu jawaban kamu, mata kamu sudah menjawab semuanya," lanjutnya setelah melirik kedua mata Alexa yang bengkak.
Pria itu kembali menikmati sarapannya. Tidak dengan Alexa yang hanya mengacak-acak nasi goreng di piringnya. Merasa pagi ini ia tidak nafsu makan. Alexa berdiri dan memilih tidak memakan sarapannya.
"Duduk, Alexa."
"Lexa harus berangkat ke sekolah," kata Alexa sedikit berani.
"Uncle yang akan mengantarkanmu, jadi duduk dan habiskan sarapannya."
"Teman Alexa sudah di jalan dan akan jemput jadi uncle tidak perlu antar Lexa."
Darrel menghampiri Alexa. Mendekatkan dirinya pada gadis itu hingga berdiri tepat di belakang Alexa."Uncle tidak mengizinkan kamu membagi alamat tempat tinggal uncle pada temanmu, jadi suruh dia batalkan niatnya ke sini sebelum uncle mengurungmu di dalam kamar." Kalimat itu membuat Alexa merinding sebab Darrel berbicara begitu dekat di telinganya.
"Duduk dan hubungi temanmu."
Lagi dan lagi Alexa berada dikendali unclenya. Ia duduk di tempatnya semula. Setelah mengirim pesan pada temannya Alexa terpaksa mengunyah makanannya dengan tidak semangat. Pria itu sudah terlihat menyelesaikan sarapannya dan kini sibuk memperhatikan Alexa.
Ia mencoba tidak menghiraukan tatapan itu. Meski cukup menggangu dan membuatnya risih. Apalagi setelah kejadian semalam di mana pria itu sudah berani memegang dadanya. Membuat dirinya terganggu setiap di tatap lama oleh Darrel.
"Uncle akan bersikap baik selama kamu nurut, Alexa."
"Kenapa uncle lakuin ini sama Lexa?" Itu pertanyaan yang terus ada dipikirannya sejak kemarin dan Alexa butuh Darrel untuk menjawabnya.
"Itu normal Alexa, pria dekat dengan gadisnya tidak mungkin tidak tertarik."
"Tapi itu tidak normal, uncle! Lexa keponakan uncle," katanya tidak habis pikir dengan jawaban Darrel.
"You are my girl, not my niece."
Mendapati raut wajah santai pria itu membuat Alexa ingin menangis lagi. Sepertinya akan sulit menyadari unclenya itu dan ia cukup terkejut dengan pengakuan Darrel yang menganggap ia sebagai seorang gadis dalam artian pria itu tertarik padanya. Bukan menganggapnya sebagai keponakannya.
Alexa yakin ia tidak akan tahan berada di dalam rumah ini dalam waktu 2 minggu ke depan. Pilihan untuk pergi dari rumah unclenya apa akan jadi pilihan yang bagus?
...
"Nomor uncle sudah ada di handphone kamu dan jangan coba-coba pulang sendiri, Alexa."
Pria itu memandang gadis di sebelahnya. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Alexa. Membuat Darrel menahan amarahnya. Sebab setelah sarapan, Alexa benar-benar mendiamkannya. Gadis itu hanya menjawab seperlunya dengan nada bicara yang datar.
"Perlu uncle menciummu lebih dulu supaya kamu menjawab ucapan uncle?"
Alexa menggeleng."Iya Alexa akan tunggu uncle jemput," jawabnya tanpa menatap pria itu.
"Good. Belajar yang baik, sweetie."
Alexa turun dari mobil setelah Darrel mempersilahkannya keluar. Mobil milik unclenya pergi dan semakin menghilang dari lingkungan sekolah. Alexa bernapas lega, setidaknya untuk beberapa jam kedepan ia tidak akan bertemu dengan pria itu dan ia rasa berada jauh dari Darrel menjadi hal yang begitu baik.
"Alexa!"
Suara teriakan itu membuat Alexa yang baru saja akan melangkah menuju kelas menghentikan niatnya dan berbalik badan menatap si empunya suara. Karin, gadis berambut sebahu dengan rok ketat yang melekat. Itu adalah teman Alexa yang seharusnya menjemputnya tadi. Tapi tidak jadi karena Darrel melarangnya.
"Aku sudah dalam perjalanan tadi, kenapa tidak jadi?"
"Sorry, aku pikir uncleku tidak bisa mengantar. Ternyata dia bisa jadi aku bareng dia.",
Entah itu jawaban yang tepat atau tidak untuk berbohong. Tapi melihat temannya yang tidak lagi mempermasalahkan hal itu membuat Alexa bernapas lega. Keduanya jalan beriringan di koridor sekolah. Alexa lebih banyak diam, otaknya sedang memikirkan tindakan berani Darrel. Ia melirik Karin yang terus mengoceh di sepanjang mereka menuju kelas. Apa menceritakan semuanya pada Karin akan membuat ia bisa lepas dari unclenya. Alexa terlalu bingung dan takut menghadapi semuanya sendirian.
"Rin--,"
"Alexa aku baru ingat! Nanti malam keluargaku mengadakan acara BBQ-an, kamu gabung ya?" pertanyaan dari Karin terlontar begitu cepat sampai memotong kalimatnya. Alexa terdiam sejenak, ia baru saja ingin menceritakan apa yang dirinya alami tinggal bersama unclenya . Tapi Karin sudah lebih dulu memotong perkataannya.
"Kamu juga sudah lama tidak menginap di rumahku, sekalian saja."
Alexa mencoba berpikir. Rencana itu bisa ia gunakan untuk menjauh dari Darrel dan waktu yang tepat di mana ia bisa bebas menceritakan semuanya pada Karin. Alexa tidak ragu untuk memberitahu temannya itu sebab mereka sudah berteman hampir 6 Tahun lamanya. Jadi segala cerita sudah mereka bagikan satu sama lain.
Hanya saja yang menjadi keraguannya untuk cerita pada temannya itu adalah ia takut saat Karin tahu semuanya maka yang terjadi akan semakin rumit. Tapi Alexa juga tidak bisa menghadapi semuanya sendiri. Ia takut apalagi Ariane tidak ada di dekatnya.
"Oke. Kamu jemput aku di alamat yang tadi pagi aku kirim ya."
Semoga kali ini unclenya tidak mempersulit ia untuk pergi seperti tadi pagi. Kalau pun pria itu melarangnya, maka pergi diam-diam akan Alexa usahakan asal ia bisa jauh dari Darrel.
Alexa yakin perlakuan tidak pantas itu akan unclenya lakukan lagi. Karena ia mulai melihat rasa ketertarikan pria itu padanya. Jadi bersikap menjaga diri harus Alexa lakukan.
Keduanya sampai di dalam kelas. Alexa duduk di satu meja yang sama dengan Karin. Temannya itu sedari tadi sibuk merapihkan dandanannya, tidak heran mengapa cermin berukuran kecil selalu gadis itu bawa. Karena bagi Karin tiap jam bahkan menit ia harus memperbaiki penampilannya.
"Bagaimana tinggal dengan unclemu?"
Melepaskan cerminnya. Karin melirik Alexa, sedangkan Alexa terdiam saat temannya itu melemparkan pertanyaan yang terlalu bingung untuknya menjawab.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments