Bab 4. Ancaman

Darrel menahan tangan Alexa saat gadis itu akan keluar dari dalam mobil. Tatapan tajam bisa Alexa lihat dari kedua mata milik pria itu.

"Jangan mengatakan apa pun pada mommymu karena uncle bisa melakukan lebih dari yang tadi uncle lakukan."

Alexa buru-buru keluar dan berjalan cepat memasuki rumah milik Darrel. Sampai di kamarnya ia mengunci pintu dari dalam. Alexa melempar tasnya ke atas kasur dengan asal. Kini ia takut berada di rumah unclenya. Alexa tidak menyangka belum ada 2 hari ia tinggal bersama pria itu tetapi dirinya sudah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan.

Alexa buru-buru mengambil ponsel di dalam saku seragamnya. Mengabaikan pesan Darrel yang memintanya untuk menutup mulut. Alexa mencari nomor Ariane, mereka terakhir berkomunikasi tadi malam dan Alexa harap mommynya tidak sibuk saat ini. Panggilan pertama tidak diangkat membuat ia menelepon ulang Ariane.

"Mommy."

Itu kata pertama yang keluar dari mulutnya. Alexa bernapas lega saat Ariane mengangkat panggilannya. Suaranya lirih dan air mata juga sudah jatuh melewati kedua pipinya.

"Mom Alexa mau pulang, jemput Lexa, mom."

"Mommy belum lama meninggalkan kamu, Lexa. Tunggu mommy ya 2 minggu 6 hari kita berkumpul lagi."

"Tapi mom Lexa ta--,"

"Alexa mommy masih ada kerjaan dan tidak bisa ditinggal, nanti kita sambung lagi ya."

Telepon terputus. Alexa kembali menghubungi nomor Ariane tetapi sudah tidak aktif. Ia menatap ponselnya kosong. Alexa takut untuk terus berada di rumah ini dan ia hanya ingin pergi lalu kembali bersama dengan Ariane. Ia memandang pintu kamarnya. Sepertinya pilihan untuk menetap di dalam kamar adalah hal yang tepat dari pada ia harus bertemu dengan Darrel.

...

Darrel mengetuk pintu kamar Alexa. Tetapi hingga 3 menit lamanya gadis itu tidak kunjung membuka pintu. Bahkan Alexa tidak juga bersuara saat ia terus memanggilnya. Ini sudah waktunya makan malam. Tadi ia sudah meminta pelayan rumah memanggilkan Alexa untuk ikut turut makan malam tetapi gadis itu seolah benar-benar tidak ingin turun dan keluar kamar.

"Sengaja mengurung diri?"

Alexa yang tengah duduk di meja belajarnya menoleh cepat saat suara pria yang ia hindari terdengar. Darrel melangkah untuk lebih dekat pada Alexa. Gadis itu tidak mungkin bisa sengaja mengurung diri di kamar. Karena rumah ini miliknya dan Darrel punya kunci cadangan untuk mengakses kamar Alexa.

"Turun, makan malam. Kalau uncle tidak mendapati kamu di meja makan 10 detik dari sekarang. Uncle akan mengulangi perbuatan uncle tadi siang."

"Alexa tidak lapar, uncle."

"10 detik, uncle tunggu."

Setelahnya Darrel meninggalkan Alexa. Ia tersenyum miring saat mendapati wajah takut gadis itu. Setidaknya dengan begitu Alexa bisa berada di bawah kendalinya. Sebenarnya ia tidak merencanakan semuanya agar terjadi secepat ini. Namun kemarin melihat gadis itu tertidur berhasil membangkitkan obsesinya kembali

Di dalam hati lagi-lagi Darrel tersenyum ketika Alexa menuruni anak tangga demi anak tangga. Gadis itu duduk menarik kursi meja makan. Pandangannya sedari tadi hanya menunduk dan Darrel menyadari Alexa menghindari untuk bertatapan dengannya.

"Makan yang banyak, Alexa."

Suasana menjadi tegang, untuk Alexa tapi tidak untuk Darrel. Pria itu terlihat santai menikmati makan malamnya. Sesekali melirik Alexa yang fokus mengunyah tanpa menatap kemana pun. Selesai makan Alexa baru saja ingin pergi meninggalkan meja makan. Tidak peduli seperti malam sebelumnya yang memilih menunggu Darrel karena menghargai tuan rumah. Tapi belum sempat kakinya melangkah. Darrel sudah lebih dulu menarik Alexa.

"Temani uncle," kata Darrel.

Alexa menggeleng, lalu mencoba lepas dari genggaman unclenya.

"Lexa ada tugas sekolah uncle."

"Kerjakan di ruang kerja uncle."

"Tapi--,"

"Uncle tunggu di ruang kerja."

Alexa kembali duduk di kursi meja makan dengan tubuh yang lemas. Ia memandang kepergian pria itu yang melangkah ke lantai atas. Dirinya benar-benar takut berdekatan dengan unclenya Alexa hanya berharap mommynya membaca pesan yang sudah ia kirim sore tadi mengenai perlakuan Darrel–unclenya.

Pintu ruang kerja pribadi milik Darrel kembali tertutup. Alexa berjalan pelan untuk lebih masuk ke dalam ruangan itu. Wajahnya menunduk sebisa mungkin menghindar dari tatapan unclenya.

"Duduk, Alexa." Pria itu menepuk sofa yang tengah ia duduki. Mengajak Alexa untuk mengisi ruang kosong di sebelahnya.

"Kerjakan tugas kamu. Uncle juga akan fokus pada kerjaan uncle," lanjutnya saat Alexa sudah berada di sampingnya.

5 menit keduanya duduk bersebelahan. Sibuk pada kegiatannya masing-masing. Tapi Alexa tidak benar-benar fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Sedari pulang dari kantor Darrel pikirannya sudah sulit untuk berkonsentrasi. Nada dering dari ponsel Alexa terdengar. Panggilan dari Ariane, Alexa menghela napasnya kenapa mommynya menghubunginya saat Darrel ada di dekatnya.

"Uncle, Lexa angkat telepon mommy dulu--,"

"Di sini dan biarkan uncle mendengarkan juga."

Tatapan tajam itu berhasil membuat Alexa kembali duduk. Tetapi ia tidak mengangkat panggilan telepon dari Ariane. Pasti mommynya menghubunginya karena pesan yang ia kirim sore tadi.

"Kenapa tidak diangkat?" Belum sempat menjawab pertanyaan Darrel. Ponsel milik Alexa kembali berbunyi dan masih penelepon yang sama.

Darrel mengambil benda itu dari tangan Alexa. Tepat saat tombol hijau ia geser. Suara cemas wanita paruh baya di sebrang sana terdengar.

"Alexa apa maksud pesan kamu, jangan bikin mommy khawatir, nak."

"Tidak mungkin unclemu melakukan hal itu."

Alexa menunduk saat Darrel menatapnya tajam. Pria itu memberikan isyarat agar Alexa menjawabnya. Darrel pikir Alexa mendengarkan perintahnya agar tutup mulut. Tapi ternyata pergerakkan gadis itu begitu cepat hingga Darrel tidak menyangka Alexa seberani itu.

Panggilan terputus. Darrel mematikan sambungan telepon."Tidak mendengarkan pesan uncle, Alexa?" Suara itu terdengar dekat di telinganya. Alexa memejamkan matanya ketika Darrel mendekatkan dirinya.

"Lupa apa yang uncle katakan tadi siang?"

Tidak juga mendapat jawaban dari Alexa. Darrel menarik dan mengangkat tubuh gadis itu ke atas pangkuannya.

"Alexa mau ke kamar uncle, lepasin!"

Bukannya melepaskan pria itu dengan cepat mencium Alexa. Bibirnya melumat bibir Alexa dengan liar. Lidahnya juga mulai bermain di dalam mulut gadis itu. Darrel amat menikmati kegiatannya sedangkan Alexa masih berusaha lepas dari unclenya. Ia sudah menangis saat ciuman Darrel semakin kasar.

Tengkuknya terus ditahan Darrel. Pria itu memperdalam ciumannya. Paha Alexa terasa di raba oleh tangan lain milik Darrel bersamaan dengan itu ciuman turun ke arah leher jenjang Alexa. Membuat ia melenguh tanpa sadar.

"Ancaman uncle tidak main-main, Alexa. Bilang pada mommymu itu bahwa semua bohong dan buat mommymu percaya kalau uncle tidak melakukannya."

Alexa menangis ketika Darrel melanjutkan aksinya. Pria itu membuka kancing piyamanya satu persatu hingga bra merah mudanya terpampang nyata. Tangannya mencoba menutupi dadanya tapi tenaga Darrel jauh lebih kuat dari tenaga Alexa.

"Lepasin, uncle. Stop lakuin ini," lirihnya yang masih terus menangis saat dadanya di remas oleh Darrel dari balik branya.

"Ini peringatan terakhir Alexa, jangan bilang apa pun pada mommymu itu."

...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!