Bab 3. Pelecehan Pertama

"Mommymu menitipkan kamu pada uncle, jadi dengarkan apa yang uncle perintahkan."

Gadis itu hanya diam. Tidak ada keinginan untuk membalas perkataan pria di sebelahnya yang sedang fokus menyetir. Ia pikir Darrel tidak serius akan menjemputnya kembali membuat Alexa memilih pulang dengan temannya. Tetapi saat mereka sudah masuk ke dalam mobil. Pamannya itu datang dan menyuruhnya untuk pulang bersama Darrel.

Awalnya Alexa menolak. Karena yang ia pikirkan pasti pamannya itu masih harus bekerja. Bagaimana tidak, ini masih jam 13.35 apa mungkin pekerjaan pria itu sudah selesai. Pastinya belum dan Alexa tidak mau hanya karena Ariane menitipkannya pada Darrel menjadikan urusan pria itu terganggu karenanya. Alexa masih mampu pulang ke rumah pamannya sendiri.

"Lexa sudah biasa pulang dengan teman Lexa kalau mommy tidak bisa jemput Alexa--,"

"Tidak dengan uncle, uncle bisa menjemput kamu kapan pun."

Tidak ingin memperpanjangnya. Alexa memilih menatap ke luar jendala mobil. Mood-nya sudah rusak saat Darrel menariknya keluar dari dalam mobil milik temannya. Niatnya baik agar pria itu tidak perlu repot-repot. Tapi sepertinya Darrel lebih suka direpotkan.

Mobil melaju. Alexa menatap bingung jalanan yang mereka lalui. Sepertinya ini bukan jalanan yang sama yang mereka lewati tadi pagi.

"Kita tidak langsung pulang, uncle?"

"Ada urusan di kantor yang tidak bisa uncle tinggal terlalu lama. Jadi tidak masalahkan uncle membawamu ikut ke sana?"

"It's okay," kata Alexa terpaksa.

Diam-diam Alexa mengumpat. Kalau memang pria itu sibuk lalu untuk apa menjemputnya. Kenapa tadi tidak dibiarkan saja ia pulang bersama temannya. Entah memang karena pria itu terlalu patuh pada Ariane yang memintanya untuk menjaga dirinya. Sampai membuat pamannya itu rela mendahulukan untuk menjemput Alexa.

Jalanan siang hari tidak padat. Mobil yang dikendarai Darrel terus melanju lancar. Sampai Alexa bisa menatap gedung tinggi di hadapannya. Mesin mobil dimatikan hingga suara Darrel mengintruksi Alexa untuk turun.

Keduanya berjalan beriringan di lobby perusahaan tempat Darrel bekerja sebagai pimpinan. Alexa terlihat santai saat beberapa pekerja lainnya mencuri perhatian kepadanya. Ia risih, tapi merasa tatapan yang dilayangkan untuknya tidak perlu ia pikiran. Berjalan bersama pamannya apa salah?

Darrel membuka pintu ruangannya dan mempersilahkan Alexa masuk lebih dulu. Pria itu menatap Lexa lalu tersenyum tipis berjalan ke arah meja kerjanya.

"Duduk, Alexa. Mungkin beberapa jam ke depan kamu akan bosan, jadi uncle sudah menyiapkan cemilan untuk kamu."

Alexa hanya mengangguk-ngangguk. Gadis itu melangkah duduk di sofa panjang dan melepaskan tasnya. Sepertinya benar yang diucapkan pria itu. Di dalam ruangan ini apa yang bisa ia lakukan selain berdiam diri memperhatikan pamannya yang bekerja. Tadi Alexa sudah bilang akan menunggu pria itu di taman sekitar kantor atau bahkan kantin. Tetapi Darrel tidak mengizinkannya dan meminta Alexa untuk menunggunya di dalam ruangannya.

Satu botol minuman rasa leci sudah habis setengah. Alexa bersandar pada sandaran sofa. Menghilangkan bosannya pada layar ponsel ternyata tidak cukup. Unclenya masih terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Beberapa kali seorang wanita masuk menyerahkan berkas baru pada Darrel dan itu sudah Alexa saksikan sedari tadi.

Ia berdiri bermaksud untuk keluar tanpa pamit pada unclenya karena melihat pria itu begitu fokus pada laptop dan tumpukkan berkasnya.

"Mau kemana, Lexa?"

Alexa menoleh, tatapan Darrel mengarah padanya."Alexa mau keluar sebentar," jawabnya jujur.

"Bisa tunggu uncle 10 menit lagi?" Alexa diam."Setelah itu kita pulang." Menghela napasnya Alexa kembali duduk di tempatnya. Ariane memang menitipkan dirinya pada pria itu. Tetapi rasanya Darrel tidak perlu menjaganya sampai seperti ini. Ia sudah besar apa keluar sebentar saja harus di larang?

...

Darrel tersenyum memandang Alexa yang terpejam di depannya. Waktu 10 menit yang ia janjikan ternyata membuat gadis itu tertidur di sofa. Tangan Darrel terangkat membenarkan helaian rambut yang menutupi wajah Alexa. Gadisnya terlihat manis meski dalam keadaan tertidur. Darrel mengusap wajahnya, apa pantas ia menyebut keponakannya sebagai gadisnya.

Tapi tidak bisa ia elakkan. Hatinya senang berada sedekat ini dengan Alexa. Darrel melangkah ke arah pintu. Ia mengunci ruangannya dari dalam. Kesempatan seperti ini mungkin akan sulit ia dapatkan lagi. Darrel kembali duduk tepat di samping Alexa. Wajah damai gadis itu menjadi pemandangan yang menyejukkan untuknya.

Tangan Darrel perlahan menangkup pipi gadis itu. Tanpa ragu dan berpikir jauh ia mengusap bibir tipis Alexa. Dari semalam ia sudah membayangkan untuk lebih dekat dengan gadis itu saat Alexa terlihat menggunakan mini dressnya. Darrel mengumpat dalam hati ketika keinginannya tidak bisa di tahan. Bibirnya mendarat tepat di atas bibir Alexa. Ia menekan bibir gadis itu dengan bibirnya hingga berhasil melumatnya. Baru saja tangannya ingin menyusup masuk ke dalam rok seragam milik Alexa. Gadis itu sudah membuka matanya dan terlihat menatap kaget sosok Darrel.

"Terganggu, baby?"

Seolah tidak merasa bersalah atas tindakkannya, Darrel malah mengusap lembut pipi Alexa. Tapi hal itu tidak bertahan lama karena Alexa memilih menjauh dari Darrel. Ada tatapan takut yang Darrel tangkap dari kedua mata Alexa. Baru ciuman membuat gadisnya tersadar dari tidurnya. Padahal ia sudah melakukannya dengan lembut.

Sedangkan Alexa, ia sudah cukup paham apa yang dilakukan unclenya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Matanya berkaca-kaca memandang pria di depannya yang menatapnya tanpa ada raut penyesalan. Alexa mencoba berdiri dan mengambil tasnya. Ia melangkah cepat ke arah pintu yang ternyata tidak bisa dibuka.

"Buka uncle, Alexa mau pulang," katanya lirih.

"Pulang bersama uncle--,"

"Alexa mau pulang ke rumah mommy!"

Pria itu mengambil ponsel dan tas kerjanya lalu menghampiri Alexa. Membuat gadis itu dengan cepat menjauh. Darrel membuka pintu ruangannya tanpa bicara dan menjelaskan tindakkannya tadi. Pria itu menarik Alexa untuk berjalan bersamanya.

"Lepas! Alexa bisa pulang sendiri."

"Uncle lepasin!"

Suara-suara Alexa tidak didengarkan oleh Darrel. Pria itu tetap menarik pelan Alexa sampai tiba di dalam mobil. Darrel melirik gadis di sampingnya yang diam menunduk.

"Mommymu menitipkan kamu sampai 3 minggu ke depan, jadi jangan berpikir untuk pulang sebelum mommy kamu yang menjemputnya."

"Uncle kenapa cium Alexa?"

Pertanyaan itu berani ia lontarkan. Walau suaranya terdengar bergetar. Tapi Alexa tidak bisa diam saja atas apa yang dilakukan unclenya.

"Bibir kamu menggoda uncle." Alexa menggeleng mendengar jawaban itu."Jangan salahkan uncle Alexa, semalam pun kamu menggunakan mini dress yang tidak seharusnya kamu gunakan dan itu menarik perhatian uncle."

"Buka, uncle. Alexa bisa pulang sendiri!" Ia mencoba membuka pintu mobil yang sebenarnya tidak akan pernah Darrel buka. Karena pria itu memilih menyalahkan mesin mobil dan keduanya pergi meninggalkan gedung tinggi tepat di mana itu perusahaan milik Darrel yang belum lama berdiri.

...

Terpopuler

Comments

iza

iza

Membaca cerita ini bikin aku kangen banget sama masa kecilku.

2023-09-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!