"Susu untuk kamu sebelum tidur."
Alexa buru-buru bangun dari tidurannya saat Darrel masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi. Ia menarik selimut dengan cepat, cukup terganggu dengan kehadiran pria itu sebab dirinya saat ini sudah menggunakan dress tidur yang cukup terbuka. Itu kebiasaannya di rumah, ia selalu menggunakan mini dress saat akan tidur. Seharusnya Alexa tidak membawa kebiasaannya sampai di sini. Karena ia bukan sedang tinggal bersama mommy-nya
Segelas susu putih pria itu letakkan di atas nakas tepat di samping kasur Alexa. Matanya terus memandangi Alexa membuat gadis itu berusaha menyadarkan Darrel.
"Thanks uncle, tapi lain kali tidak perlu, Lexa bisa ambil sendiri." Kalimatnya sedikit ia beri penekanan. Agar unclenya itu tahu kalau ia tidak suka dengan tindakkan pria itu yang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Meski rumah ini milik Darrel tetapi tetap saja pria itu harus bisa bersikap sopan. Salahkan juga dirinya karena lupa menguncinya dari dalam.
"Mommy kamu bilang sebelum tidur dia selalu melakukan ini, jadi uncle mencoba gantikan perannya."
"Alexa bisa siapin sendiri. Jadi uncle tidak perlu repot-repot bawain ke kamar Lexa."
"Untuk kamu tidak ada yang repot bagi uncle." Senyum tipis namun menyeramkan bagi Alexa tercetak di bibir pria itu.
"Sweet dreams, sweetie."
Pintu kembali tertutup. Jika berpikir normal mungkin kejadian barusan memang adalah hal yang wajar. Bentuk peduli paman kepada keponakannya. Tapi tidak untuk Alexa saat ini. Ia merasa khawatir berada di dekat Darrel. Entah mungkin karena sebelumnya mereka tidak pernah dekat jadi Alexa merasa perlakuan pria itu tidak bisa di terima oleh pikirannya atau memang sebenarnya Darrel tidak seharusnya melakukan itu sampai rela mengantar segelas susu ke kamarnya dengan kaki tangannya sendiri. Padahal pria itu memilik beberapa pelayan yang bisa saja ia perintahkan kapan pun.
Tidak ingin lelah berpikir dan menganggap semuanya wajar. Alexa kembali merebahkan dirinya setelah menghabiskan segelas susu yang di bawakan unclenya.
Berbeda dengan Alexa yang baru saja menghabiskan segelas susu. Saat ini Darrel, pria berumur 28 tahun itu tengah menikmati sebotol win di dalam ruang kerjanya. Setelah mengantar susu untuk Alexa ia yang berniat ingin langsung tidur membatalkan itu.
Darrel mengacak rambutnya. Sesekali memijat keningnya. Sebisa mungkin mengkontrol dirinya untuk bersikap wajar pada ponakannya. Sudah hampir 11 Tahun mereka tidak bertemu. Namun hal itu tidak menjadikannya lupa akan sosok Alexa. Melihat kembali gadis itu yang kini sudah menjadi gadis remaja. Membuat sebagian hati Darrel senang mendapati kenyataan itu.
"I got you," racaunya
Tidak ada yang wajar dari perasaan Darrel pada Alexa. Memang dulu semuanya terlihat tidak ada yang salah. Ia yang hanya begitu sayang pada Alexa. Tapi yang membuatnya beda, ia selalu lebih menaruh perhatian pada ponakannya itu dari pada ke anak-anak kakaknya yang lain. Hal itu yang membuat Darrel memandang Alexa berbeda sedari dulu. Seharusnya sampai sekarang perasaan sayang itu tidak berubah. Namun sayang, saat mendapati kabar seminggu lalu kalau Alexa akan tinggal bersamanya. Membuat rasa sayang itu berubah menjadi obsesi. Apalagi ketika ia membayangkan bahwa Alexa sudah bukan lagi keponakannya yang kecil.
Mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat pada gadis itu membuat Darrel tidak menyia-nyiakannya. Maka sekarang adalah waktunya ia untuk memuaskan obsesinya.
...
"Uncle yang antar kamu ke sekolah."
Alexa hanya diam. Ia kembali melanjutkan sarapannya begitu juga dengan Darrel. Rumah unclenya masih satu kota dengan sekolahnya jadi jika ia memilih untuk berangkat ke sekolahnya sendiri Alexa masih sangat hapal jalannya. Tapi untuk hari ini sepertinya tidak apa mengikuti ajakan pria itu. Karena jarak rumah Darrel ke sekolahnya cukup jauh.
Jalanan pagi ini lumayan padat. Kemarin adalah hari weekend dan sekarang orang-orang sudah kembali sibuk pada kegiatannya. Alexa menatap keluar jendala mobil. Sudah hampir 5 menit mereka di dalam perjalanan dan selama itu keduanya tidak saling membuka percakapan. Darrel melirik Alexa dari ujung matanya. Tidak tahan mendiamkan gadis itu.
"Bagaimana 11 tahun ini, Lexa?"
Alexa ikut melirik Darrel, keningnya berkerut bingung mendengar pertanyaan pria itu yang belum ia pahami maksudnya.
"Kamu beneran lupa sama uncle?" Mulai mengerti kemana arah pembahasannya. Raut wajahnya kembali normal. Alexa mengalihkan pandangannya ke depan.
"Lexa bahkan tidak ingat nama uncle."
"Forget me?"
"No, Alexa cuma tidak ingat saja."
Darrel mengangguk-angguk mendengar jawaban Alexa."Apa perlu uncle ceritakan 11 tahun yang lalu?" tanyanya membuat Alexa dengan cepat menggeleng.
"Tidak perlu, intinya sekarang Lexa sudah tahu kalo uncle pamannya Alexa."
Ia sudah mendengar sedikit cerita tentang Darrel yang sekarang dari Ariane. Meski tidak banyak, tapi baginya itu cukup. Alexa tidak perlu kembali mendengar cerita yang lalu. Mobil berhenti di halaman sekolah. Baru saja ingin turun tangannya di tahan oleh Darrel.
"Pulang uncle jemput," katanya.
"Tidak usah, uncle. Lexa bisa pulang sendiri atau bareng sama temen."
"Tunggu uncle kalau belum tiba, baik-baik di sekolah Alexa."
Seolah tidak mendengarkan perkataan dirinya. Pria itu pergi meninggalkan halaman sekolah setelah Alexa turun dari dalam mobil.
...
Darrel melihat arlojinya. Ia baru saja menyelesaikan meeting. Masih butuh waktu 5 jam lagi untuk ia bisa kembali menatap Alexa. Entah kenapa rasanya dirinya terlalu menggebu-gebu untuk berada di dekat gadis itu. Baru satu hari Alexa tinggal di rumahnya. Tetapi ia sudah kewalahan menahan agar tidak menunjukkan sikap berlebihan pada Alexa.
Darrel mencoba memulihkan pikirannya. Pria itu memilih untuk fokus pada berkas-berkas di hadapannya. Perihal Alexa, ia masih memiliki waktu yang banyak untuk berdekatan dengan gadis itu nantinya.
Senyum miring tanpa sadar tercetak di bibirnya. Jika Alexa tidak ingat dirinya dan lupa akan keberadaannya. Maka tidak dengan Darrel, ia tidak benar-benar kehilangan kabar gadis itu. 7 Tahun belakangan ini ia diam-diam selalu memantau pergerakkan Alexa. Bisa dibilang ia mengikuti perkembangan gadis itu.
Sekarang mendapati Alexa nyata di dekatnya dengan gadis itu yang sudah beranjak remaja membuat Darrel bahagia. Bibir merah muda, kulit putih. Meski gadis itu masih berumur 17 Tahun tapi tubuhnya sempurna di matanya. Apalagi saat semalam melihat Alexa dengan mini dressnya. Pria normal mana yang tidak berpikir jauh saat menatap belahan dada dan juga paha mulusnya?
"Huh! Aku sudah jauh memikirkannya."
Darrel bersandar pada kursi kerjanya. Ternyata berkas-berkas di depannya tidak mampu membuatnya beralih memikirkan Alexa. Gadis kecil yang dulu selalu dalam gendongannya kini sudah menjadi gadis remaja yang ia idamkan. Darrel tidak sabar membuat kehidupan Alexa penuh adrenalin di rumah miliknya.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Talklesswinmore
Jangan tinggalin aku kaya gini thor, aku butuh kelanjutannya 😭
2023-09-07
0