MENIKAH DENGAN CALON MERTUA

MENIKAH DENGAN CALON MERTUA

DIGEREBEK WARGA

Lelaki itu mengaduh ketika Aisha membersihkan luka-luka di badannya dengan rivanol, lalu mengoleskan betadin setelahnya. Sebenarnya Aisha tak berani membuka baju lelaki itu, tapi melihat ada rembesan darah dari punggungnya, mau tak mau Aisha memberanikan diri membuka kemeja sekolah lelaki itu yang hampir tak putih lagi.

Entah bagaimana tadi Aisha terjebak dalam tawuran ketika ia pulang sekolah dengan mengendarai mobilnya. Tetiba seseorang sudah memasuki mobilnya dan memintanya segera menjauh dari jalan itu. Aisha sudah terlanjur panik dan segera mencari jalan memutar untuk segera tiba di rumahnya. Lalu kemudian tersadar ada orang asing ikut serta di mobilnya.

Lelaki itu terluka di beberapa bagian tubuhnya, Aisha hendak memutar balik mobilnya untuk mencari rumah sakit terdekat, tapi lelaki itu meraih tangannya. "Jangan bawa aku ke rumah sakit," ucapnya parau.

Akhirnya Aisha kembali memasukkan mobilnya ke garasi dan berusaha memapah lelaki itu ke dalam rumahnya. Ia membaringkan lelaki itu di sofa dan berusaha mencari kotak P3K di ruang keluarga. Tanpa banyak bicara ia berusaha membersihkan luka-luka di tubuh lelaki itu dan mengobatinya dengan betadin.

Ayah dan Ibunya tak tampak terlihat, mereka sepertinya belum pulang dari kantor. Sejenak Aisha berpikir apa yang akan dijawabnya jika orangtuanya datang dan melihat lelaki itu.

BRAAKKK!!!

Pintu tiba-tiba terbuka dari luar, disusul masuknya orang-orang ke dalam rumah. Aisha terperanjat, namun semua mata memandangnya jijik.

Belum habis kekagetan Aisha, seorang ibu bertubuh gempal menunjuknya dengan sinis.

"Tuh kan apa kata saya, Pak RT, anak ini memang nggak bener. Berani-beraninya berzina di lingkungan komplek kita!"

Aisha berusaha meluruskan keadaan, tapi kemudian matanya dihadapkan pada sosok ayah ibunya yang baru datang dari kantor.

"Aisha!!!" belum sempat Aisha mengeluarkan sepatah kata pun, ibunya sudah menariknya ke dalam rumah.

Plak! Plak!

Dua tamparan di pipinya tak hanya membuat kulitnya terasa perih, tapi hatinya jauh lebih hancur lagi. Bahkan ibunya pun tak bertanya dulu apa yang terjadi.

"Ini tak seperti yang Ibu kira, Aisha tak segila itu, Bu!" Aisha berteriak semampunya, tapi Ibunya segera memasukkannya ke kamar dan menguncinya dari luar.

Aisha tak tahu apa yang terjadi di rumahnya setelah itu. Yang ia tahu hatinya terasa remuk dengan amarah dan kesedihan yang menyesakkan dadanya.

Pukul delapan malam pintu kamarnya terbuka, Ibunya masuk dengan wajah masam. "Tuan Paul sudah memutuskan kamu dan anaknya akan menikah lusa! Jangan bikin malu keluarga ini lagi!"

Setelah badai tadi sore, malam ini pun Aisha harus memenuhi kisahnya dengan petir yang tak disangkanya.

"Ibu harusnya mendengarkan Aisha dulu, kejadian tadi sore tak seperti itu, Bu!" Aisha merasa kalap. "Aisha mau sekolah, Bu, Aisha tidak mau menikah dulu!"

"Sekolah kamu akan tetap berjalan, Tuan Paul sudah mengaturnya!" Aisha merasa tubuhnya semakin lemas. Apalagi kemudian Bi Tini masuk ke kamarnya dengan membawa makanan. Ayah dan Ibu bahkan meminta Bi Tini menginap disini sepertinya, padahal tadi sore Aisha bahkan tak melihat kehadirannya.

Aisha benar-benar dikunci di kamarnya. Semua keperluan makannya diantar oleh Bi Tini. Meskipun begitu tak sedikitpun ia ingin menyentuh makanan itu. Yang ia inginkan hanyalah kesempatan untuk bisa melarikan diri.

Tapi akhirnya ia mencoba memakan sedikit nasi dan lauk yang dibawa oleh Bi Tini, setelah ia berpikir tak mungkin ia kabur jika ia tak punya tenaga untuk berjalan.

Menjelang shubuh, Aisha mencoba membuka pintu kamarnya.

Ceklek!

Aisha terlonjak kaget, ternyata pintu kamarnya tak terkunci.

Ia segera membuka pintu kamarnya pelan-pelan dan berusaha keluar dengan mengendap-ngendap. Namun baru saja ia berbalik, dua pasang tangan sudah mencengkeram tangannya dan menggusurnya kembali ke kamar.

Aisha berupaya menepiskan tangan-tangan itu, tapi mereka sudah lebih dahulu membanting Aisha ke atas kasur.

"Sebaiknya nona tak mencari masalah dengan Tuan Paul!" ucap salah satu diantara dua lelaki berbadan kekar yang kini berdiri di depan Aisha.

"Kalian siapa?!" Aisha berteriak kesal.

"Tak perlu banyak tanya, kami hanya bertugas menjaga nona disini!" ucapnya lagi lalu mereka berdua keluar dari kamar Aisha.

Aisha hanya bisa memeluk bantalnya dan menumpahkan semua tangis yang sudah memenuhi matanya.

Terpopuler

Comments

Rini Ratnasari

Rini Ratnasari

Mantap ceritanya tapi blm selesai, lanjutkan, siap stay 💯

2023-10-01

2

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

kayaknya pak paul orang yang berpengaruh niii

2023-09-30

1

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

aku coba mampir semoga bagus ceritanya biar baca sampai tamat

2023-09-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!