Aisha hanya bisa menurut ketika kemudian ada seorang MUA masuk ke kamarnya dan meminta Aisha mengganti pakaiannya dengan kebaya pengantin lalu ia segera mendandani Aisha. Tak pernah sekalipun momen seperti ini akan dialaminya secepat ini.
Ia merasa bersyukur ketika mendengar ucapan dari luar kamarnya, "pengantin wanita tak usah turun dulu. Nanti saja setelah selesai akad," setidaknya ia tak perlu menyaksikan lelaki asing yang ditolongnya kemarin mengucapkan ikrar sebagai suaminya. Namun tak urung air matanya turun kembali.
Sang MUA tampak panik dan kembali membantu Aisha menghapus air mata dan membetulkan riasan yang tergerus air mata. "Sabar dong, neng, nanti juga ketemu sama cowoknya," gerutu sang MUA gemulai itu. Tangis Aisha makin tak terbendung.
"Yaa Allah, gini ya kalau bocil yang kawin. Kagak sabaran bener. Dipingit sebentar aja udah kejer," ucapnya lagi.
"Neng, kalau udah kawin, lu bakal keluar dari rumah ortu lu ini. Terus ngikut sama suami lu. Lu bakal kangen sama ortu. Tar nangis lu beda lagi," tak urung ucapan MUA ini membuat Aisha merenung.
Keluar dari rumah ini, sepertinya tak terlalu buruk. Memikirkan Ibunya, lebih tepatnya ibu tirinya, keluar dari rumah ini berarti tak lagi harus melihat ular bermuka dua itu dan tak perlu lagi harus memasang wajah pura-pura bahagia di depan ayahnya.
Bahkan Aisha begitu ingat bagaimana kemarin ibunya merampas kunci mobilnya dan mengatakan bahwa ia tak akan lagi diizinkan membawa mobil sendiri. Padahal mobil itu adalah hadiah ulang tahun yang diberikan Bundanya setahun sebelum beliau meninggal dunia.
Baiklah, mungkin pernikahan mendadak ini adalah cara Tuhan mengeluarkannya dari drama kehidupannya selama ini. Aisha menarik nafas dalam-dalam dan perlahan menyeka air matanya.
"Nona Aisha diminta keluar," ucap lelaki tinggi besar yang tadi shubuh menarik tangan Aisha.
Aisha melangkahkan kaki keluar dari kamar, diikuti oleh dua bodyguard yang terus menjaganya. Ruang tamu rumahnya tampak lebih ramai dengan kehadiran beberapa orang. Ayahnya tampak juga disana, dengan pandangan penuh sesal pada Aisha.
"Aisha, mulai hari ini, Paul adalah suamimu. Ayah serahkan kamu untuk dijaga oleh Paul. Kamu harus bersyukur, ketika Juno kabur pagi ini dan melarikan diri dari pernikahan kalian, Paul mau menggantikan anaknya dan mengambil kewajiban untuk menikahimu," Ucapan Ayahnya seolah petir yang kembali mengambil kesadaran dari pikiran Aisha. Ia masih sempat melihat senyum misterius di bibir lelaki dewasa berjas formal yang disebut Paul itu sebelum akhirnya ia ambruk dalam kegelapan.
******
Wangi kayu putih menusuk memenuhi hidung Aisha ketika perlahan ia melihat cahaya memenuhi kembali matanya. Ruangan yang kini dilihatnya berbeda dengan rumahnya. Disini semua tampak putih, termasuk juga bedcover yang menyelimutinya. Apakah ini di surga? Aisha bertanya dalam benaknya.
Suara deheman membuat kesadaran Aisha kembali ke level sempurna. Lelaki itu, Tuan Paul, duduk di seberang ranjang , di sebuah kursi yang menghadap meja kerja . Tampak ketampanannya dibalut aura misterius yang membuat Aisha merasa merinding.
"Kamu akhirnya sadar juga," ucapnya. Ia menyulut sebatang cerutu dan menghisapnya. Aisha terbatuk segera ketika asap cerutu sampai ke penciumannya. Ia sangat alergi dengan tembakau, bahkan hal itu juga yang membuat Ayahnya dulu berhenti merokok.
Paul mematikan cerutunya. "Jangan bilang kamu alergi rokok!" serunya gusar. Aisha hanya tertunduk, menahan rasa takut dan juga sedih yang terasa menyesakkan hati.
"Kamu bisa turun untuk makan kalau lapar. Jangan khawatir, aku juga tidak tertarik dengan anak kecil sepertimu. Aku hanya berusaha menjalankan kewajibanku menyelamatkan harga diri anakku," ucap lelaki itu sebelum keluar dari kamar dan meninggalkan Aisha sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
belum aja om paul, kalau udah ngrasain pasti bakal ketagihan
2023-09-30
2