Aisha terbangun dengan kepala yang berat. Tenggorokannya juga terasa kering dan serak. Matanya terasa panas, tapi badannya terasa menggigil. Ia menarik selimut hingga menutupi bahunya, tapi sepertinya sesuatu terjatuh ketika ia menggeserkan badan mencoba mencari guling untuk dipeluk.
"Diamlah, kamu menjatuhkan kompresannya!" suara kaku itu mengembalikan sebagian kesadaran Aisha. Ia jadi teringat malam tadi sudah mengacak-acak kamarnya dan bahkan menguncinya, tapi kenapa sekarang lelaki itu sudah ada di dalam bahkan mengompres keningnya. Aisha berpikir buruk tentang dirinya, lalu segera meraba badannya. Ia terkesiap, kebaya di tubuhnya sudah berganti piyama yang belum pernah ia pakai. Astaga, apa yang sudah dilakukan lelaki itu?
Aisha berupaya bangun tetapi pandangannya terasa berputar hingga ia hampir jatuh dari ranjangnya, tetapi lelaki itu dengan sigap menahan badannya hingga Aisha bersandar pada tangan lelaki itu. Rasa muak itu kembali memenuhi pikiran Aisha. Ia menepiskan tangan itu dan segera menghempaskan badannya ke kasur. Aisha merasa jijik sekaligus kalah dari lelaki itu.
"Jangan berpikir macam-macam, tubuh kamu tidak seseksi itu untuk bisa menggodaku. Aku hanya menggantikan kebayamu yang bau muntah itu. Tak usah berpikir jauh. Lagi pula siapa yang mau dengan tubuh bekas dijamah orang lain ini meskipun itu anakku sendiri!" kembali ucapan panjang lelaki itu mencerai-beraikan perasaan Alisha.
"Sudah ku bilang semua tak seperti yang kamu pikirkan, Tuan!" Aisha berteriak kembali dan meraung-raung. Perasaannya kian terhina dan direndahkan oleh lelaki itu, ia kembali mengamuk dan melemparkan bantal serta apapun yang ada di dekatnya hingga kembali ia merasa lemas dan pusing tak terkira lalu pandangannya mulai menghilang.
Entah berapa lama keheningan menguasai pikirannya, hingga kemudian ia membuka mata dan wajah lelaki itu yang kembali ia temukan. Aisha memalingkan wajahnya. Ia menyesal kenapa harus terbangun lagi. Rasanya lebih baik jika ia tertidur selamanya.
"Makanlah, kamu harus sarapan dan minum obat," Lelaki itu mengulurkan sesendok bubur ke depan bibir Aisha. Aisha memilih menutup bibirnya dengan tangan.
"Makan dari sendok ini, atau ku paksa kamu makan bubur ini dari mulutku langsung," bisik lelaki itu membuat amarah Aisha kembali bergolak. Tapi ia tak punya tenaga untuk melawan lagi. Akhirnya ia memilih membuka mulutnya dan membiarkan lelaki itu menyuapinya.
"Dasar anak keras kepala!" desis lelaki itu sambil tetap menyuapi Aisha.
Lelaki itu menyodorkan sebutir obat padanya, Aisha menatap obat itu penuh ragu.
Lelaki itu merogoh sakunya dan melemparkan selembar obat yang sudah terbuka satu kepingnya. "Jangan berpikir macam-macam, itu cuma parasetamol! Jangan berpikir aku memberimu obat perangsang! Sudah ku bilang kamu tak seseksi itu untuk bisa menggodamu! Kenapa si Juno sialan itu bisa tertarik dengan tubuhmu!"
Aisha sudah tak ingin lagi berteriak dengan lelaki itu. Jiwa dan raganya sudah terlalu lelah. Ia memilih untuk mengambil parasetamol itu dan meminumnya satu butir. Setidaknya jika sehat dia tak perlu membiarkan lelaki itu menggantikan pakaian dan melihat tubuhnya. Ia tak bisa membayangkan itu lagi.
Tuan Paul membereskan mangkuk bubur dan keluar dari kamar Aisha, membiarkan Aisha meringkuk kembali bergelung dengan selimutnya.
Sepanjang hari Aisha hanya berbaring, Tuan Paul juga tak banyak bicara. Hanya membawakannya makan siang, lalu keluar kembali. Aisha juga hanya turun dari kasur untuk ke kamar mandi yang juga ada di dalam kamar. Lalu kembali meringkuk di kasur.
Tuan Paul kembali lagi malam harinya, membawakan Aisha makan malam, namun tak keluar lagi dari kamar itu. Ia memilih duduk di kursi dan sibuk dengan laptopnya. Aisha pun tak berminat menyentuh makanan yang dibawakannya, apalagi dengan Tuan Paul yang ada di seberangnya.
Lelaki itu sesungguhnya tampan, amat tampan. Aisha jadi teringat Juno yang ditolongnya waktu itu. Anak itu juga tampan, sama seperti ayahnya. Tapi jujur ayahnya jauh lebih berkharisma dan misterius. Sama seperti kehidupannya yang saat ini Aisha masuki tanpa tahu apapun keadaannya.
Masuk ke dalam hidup Tuan Paul seolah masuk kedalam hutan gelap tanpa cahaya, bahkan Aisha tak tahu kemana arahnya. Tapi bukankah sejauh ini Tuan Paul tak memaksanya melakukan sesuatu yang buruk? Aisha kembali merenung dan menatap lelaki dewasa itu yang masih sibuk dengan laptopnya.
Ia tak tahu apa pekerjaan lelaki itu, kenapa rumah ini begitu sepi, kenapa banyak bodyguard di sekitar rumah ini. Lalu kemana Juno? Jika ia anak Tuan Paul, kemana ibunya? Bukankah berarti ibunya Juno adalah istri Tuan Paul? Lalu kenapa tak ada perempuan lain di rumah ini? Apakah ibunya Juno ditempatkan di rumah lain? Apakah Aisha kini jadi istri siri?
Aisha memijat pelipisnya.
"Makanya jangan lama-lama menatap laki-laki, pusing sendiri kan jadinya?" Ucap lelaki itu ketus. Aisha mendelikkan matanya.
"Untung yang ditatap suami sendiri. Hati-hati dengan pandangan kamu, jangan sampai aku menemukanmu menatap laki-laki lain!" kembali Tuan Paul bersuara.
Entah kenapa kali ini hati Aisha jadi merasa sedikit geli. "Masih mending mandangin Taehyung!" desis Aisha, namun tak urung terdengar oleh Tuan Paul yang membuat lelaki itu menatap tajam pada Aisha.
Aisha segera menarik selimut hingga menutup seluruh wajahnya. Tidur di bawah selimut mungkin lebih baik daripada harus melihat lelaki itu di seberangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
suamimu itu orang hebat sha dan dia nikah sama kamu karna dia duda jadi kamu tu istri satu-satunya
2023-09-30
1