Love You Forever
Di sebuah ruangan apartemen Tokyohive terdengar suara gadis yang sedang berteriak. Gedung itu berada di lantai tiga sehingga tidak begitu jelas terdengar dari bawah. Gerimis yang turun diikuti angin yang berhembus semakin menyamarkan suara itu.
Gadis itu berusaha menjauh, "Apa yang kau inginkan dariku?" dia takut jika pria yang sedang di hadapannya akan melakukan hal-hal tidak senonoh padanya.
"Aku menginginkan dirimu!" bentak pria itu.
Gadis itu mundur beberapa langkah lagi hingga tersandar pada dinding. Dia menangis dan terus memohon agar pria itu melepaskannya.
"Tenanglah, aku tidak akan menyentuhmu. Ini sudah larut mengapa kau berkeliaran di luar sendirian?"
Pria itu segera menjauh darinya, dia duduk di sofa ruang tamu sembari minum sekaleng soda yang baru saja di ambilnya dari lemari pendingin.
Chika menggeleng dengan cepat, "A-aku tidak bisa mengatakannya padamu!" jawab Chika dengan terbata-bata.
"Apa ini tentang kekasih mu?" selidik pria itu dengan senyum yang menyeringai.
Gadis itu menyangkal kebenaran yang jelas-jelas sudah diketahui oleh pria di depannya sejak beberapa hari yang lalu. Pria itu merogoh saku celananya lalu mengeluarkan sebuah ponsel yang tak lain adalah ponsel milik Bram.
"K-kau? Mengapa ponsel itu ada padamu?" Chika terkejut kala melihatnya sedang memainkan ponsel di tangannya.
Dia menjawab, "Aku hanya mengamankannya, apa ada yang berharga di dalam ponsel ini?" pria itu berdiri dan meletakkan ponsel di atas meja.
"Berikan ponsel itu padaku!" Chika berdiri dan segera merebut ponsel milik Bram.
Pria itu tersenyum sinis sembari menatap ponsel dengan case berwarna hitam yang sedang dipegang oleh Chika, "Bram si brengsek itu?".
Chika terdiam, mulutnya tak sanggup mengatakan apa yang telah terjadi, hatinya benar-benar pilu mengingat apa yang baru saja terjadi padanya malam ini. Di tengah malam yang dingin, dia masih luntang-lantung di jalanan demi menemukan kekasihnya, Bram. Sebentar lagi, pria itu akan membuat masa depan yang sudah dia rancang dengan baik hancur dengan sia-sia.
"Tinggal lah disini malam ini!" tegas pria bertubuh jangkung itu, dia adalah Leo, teman Chika tapi tak begitu akrab, sehingga Chika sangat sungkan padanya.
"Tapi, aku harus kembali." sela Chika.
"Dengarkan aku! Aku akan mengantarmu besok pagi. Di luar hujan, cuacanya tidak bagus, jangan memaksakan dirimu!"
Chika hanya bergeming. Setelah bergelut dengan dirinya dia mengangguk seraya mengiyakan tawaran Leo. Lantas, pria itu meraih ponselnya. "Apa kau sudah makan? Aku akan memesan makanan." dia sedikit menoleh lalu melihat layar ponselnya kembali.
"B-belum." jawab Chika terbata-bata. Dia malu untuk mengatakan hal itu pada Leo, tapi bunyi dari dalam perutnya tak bisa berbohong.
"Baiklah, bersihkan dirimu! Makanan akan segera tiba." pinta Leo, pria itu berlalu meninggalkan Chika yang masih bergeming memandang punggung pria bertubuh kekar yang kian menghilang dari balik pintu.
*
*
Chika menuju ke kamar mandi. Dia membasuh wajahnya yang terlihat kusam itu, air itu sangat dingin sehingga membuat wajah Chika menjadi segar kembali. Setelah selesai dia mengeringkannya menggunakan tisu dengan cara ditepuk-tepuk.
Kemudian mulai mengaplikasikan tahapan demi tahapan Skincare. Beberapa menit kemudian bel berbunyi, terdengar samar-samar Leo sedang berbicara dengan seseorang, lalu menutup pintu kembali.
"Makanan sudah tiba, kemari lah! Makan selagi hangat." Chika segera menghampiri Leo yang sudah menunggunya di meja makan.
"Makanlah, makan dengan baik ! Aku akan keluar sebentar." Leo mengambil jaketnya yang tergantung di tiang dekat pintu masuk.
"Mengapa tidak makan bersama saja?" tanya Chika.
"Aku ada urusan di bawah, tidak akan lama." Leo segera pergi dan mengunci pintu dari luar, untuk berjaga-jaga jika Bram menyuruh anak buahnya untuk menjemput paksa Chika ketika dia sedang keluar.
...****************...
"Tuan, berikan ponselnya padaku !" Bram berlutut di depan Leo dengan pandangan ke bawah, dia tak berani melihat wajah Leo.
"Apakah ponsel ini terlalu berharga untukmu?" Leo dengan senyum menyeringai menjauh dari Bram.
"Itu adalah ponsel satu-satunya milikku." Jawab Bram dengan suara rendah, seakan-akan menunjukkan rasa takutnya pada Leo.
Ayah Bram adalah pegawai di Xu's Company, perusahaan yang saat ini sedang dikelola oleh Leo. Itu sebabnya Bram takut pada Leo, sewaktu-waktu ia bisa saja memecat Ayahnya. Dia tak mau karir Ayahnya terancam, di jaman yang sekarang sangat sulit mencari pekerjaan. Ayah Bram merintis karirnya dari nol hingga bertahun-tahun lamanya baru bisa menjadi seperti sekarang.
"Benarkah? Bukankah ada sesuatu yang menarik di dalam ponsel ini?"
Bram menggelengkan kepalanya sembari meyakinkan Leo. "Tidak, hanya ponsel biasa Tuan"
"Kau begitu gegabah Bram!" timpal Leo.
Bram mendongakkan kepalanya melihat wajah Leo. "Apa maksudmu Tuan?" Bram sungguh tidak menyangka jika masalahnya dengan pacarnya, Chika ternyata justru berujung ikut melibatkan Bos Ayahnya.
"Dasar brengsek!" teriak Leo, pria itu sungguh sedang menahan amarahnya yang hampir meledak.
Leo melayangkan pukulan di wajah Bram, hingga membuat Bram jatuh tersungkur ke tanah. "Tuan, ampuni aku!! Kumohon, itu hanya ponsel biasa Tuan, tidak ada apa-apa di dalamnya." Bram memohon-mohon pada Leo.
Dengan bersikeras Bram mengatakan bahwa tak ada hal yang dia sembunyikan di ponsel itu. Dia tak tahu jika Leo sudah mengetahuinya, Leo menyaksikan semuanya dengan mata kepalanya sendiri saat dimana Bram melakukan kekerasan pada Chika. Dia membuat gadis itu seperti anjing yang kelaparan meminta sepotong tulang untuk sekedar mengganjal perut kosong.
"Kalau begitu kenapa kau begitu menginginkan ponsel ini hah?" bentak Leo.
"Aku berkata jujur padamu Tuan." tutur Bram yang sedang memegangi wajahnya.
"Dasar pembohong!" Tendangan Leo kembali mendarat tepat di wajah Bram yang membuat bibir Bram terluka dan mengeluarkan darah merah segar.
"Aku sudah melihatnya Bram! Apakah kau tahu? Aku mencintai Chika sebelum kau bertemu dengannya, aku pikir kau benar-benar memperlakukannya dengan baik. Kau sungguh pria tidak tahu malu!" Leo benar-benar marah. Emosi sudah tak tertahankan, darah Leo sudah terlanjur mendidih.
"Ampun, Tuan. Ampuni aku! Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi!" rengek Bram seperti anak kecil yang memohon sesuatu pada Ibunya.
"Hari ini kau akan mendapatkan balasannya Bram!" Leo mendengus dan semakin geram pada Bram yang tak merasa bersalah sama sekali.
Bram yang malang! Akibat pukulan dan tendangan dari Leo tadi membuatnya tidak bisa bergerak, matanya berkaca-kaca seakan memohon belas kasihan dari Leo. Akan tetapi, Leo sudah terbakar api amarah.
"Tinggalkan Chika ! Berikan dia padaku, sudah saatnya aku memilikinya Bram. Sudah cukup bagiku selama ini melihat gadisku diperlakukan tidak baik oleh dirimu! Jangan pernah kau mengganggunya lagi, jika kau melanggar perintahku, bukan hanya pekerjaanmu yang hilang, tapi nyawamu juga akan ku hilangkan. Dan keluarga mu juga akan menerima imbasnya!" ancam Leo.
Dengan kekuasaannya yang saat ini, pria berusia 23 tahun itu bisa saja melakukan apa pun untuk membuat semua anggota keluarga Bram menderita. Bisa dipastikan bahwa mereka akan menderita daripada orang-orang yang sudah menderita.
"Baik tuan, aku tidak akan mengganggunya lagi." Leo meninggalkan Bram yang sedang terbaring menahan sakit, dia sudah sangat muak mendengar janji palsu orang-orang seperti Bram. Bukan hanya sekali, pria itu sudah bertemu dengan banyak orang yang seringkali mengingkari janji. Leo tahu betul bagaimana tabiat Bram sejak dulu.
...****************...
Leo kembali ke apartemennya. Nampak di meja makan Chika masih tetap duduk menatap makanan yang ada didepannya, tak sedikitpun kantong plastik itu terbuka dan masih dalam posisi yang sama sebelum ditinggalkan Leo tadi.
"Kenapa kau belum makan? Bukankah aku menyuruhmu untuk makan?" Leo menarik kursi lalu duduk seraya menatap mata Chika.
"A-aku menunggumu, kau lama sekali." Chika menghindari kontak mata dengan pria yang sedang duduk tepat di depannya.
"Seperti inikah rasanya ditunggu oleh seseorang yang sangat kita cintai?"
"Oh. Kalau begitu mari makan bersama saja!" dengan segera, Leo mengisi piring Chika dengan dua sekop nasi dan juga beberapa potong ayam goreng, Chika tersenyum manis yang membuat jantung Leo berdegup kencang. "Aah.. Dia manis sekali."
"Kenapa kau memesan begitu banyak makanan?" tanya Chika setelah makanan di mulutnya habis.
"Ini semua untukmu! Makan yang banyak." sahut Leo dan tetap mengunyah makanannya.
"Terima kasih untuk bantuanmu malam ini, kelak aku akan mentraktir mu kembali." Chika menghentikan makannya sejenak untuk mengucapkan terima kasih kepada pria yang telah sudi membantunya.
"Tidak perlu! Aku melakukannya dengan senang hati." Apapun bisa Leo lakukan demi orang yang dia cintai.
Chika melayangkan pandangannya ke arah sudut ruangan, "Apa kau sering meminum kopi di malam hari?".
Leo melihat gelas kopi bekas minumnya yang belum sempat dia bersihkan. "Benar, aku harus menyelesaikan pekerjaanku, itu sebabnya aku harus minum kopi agar tidak tertidur." terangnya.
"Begadang tidak baik untuk kesehatanmu, apakah kau sudah bekerja?. Sontak pertanyaan itu membuat Leo sedikit terkejut. Pasalnya Chika memang tidak tahu jika Leo sudah bekerja.
"Ehmm-" Leo mendehem. "Maksudku, mengerjakan tugas dari kampus! Ya, tugas mata kuliah." jawab Leo berkelit.
"Begitu ya?" Chika hanya manggut-manggut mendengar jawaban Leo.
Leo menenggak air minum, "Habiskan makananmu!" Chika hanya mengangguk lalu tersenyum, Leo memperhatikan Chika yang sedang makan dengan lahap, dia begitu senang melihat pemandangan itu.
"Aku tahu, kau belum makan seharian itulah sebabnya aku memesan begitu banyak makanan. Aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi, aku akan menjagamu Chika!".
"Aku selesai!" ucap Chika, dia beranjak dari duduknya untuk membersihkan piring bekas makannya.
Leo ikut berdiri, "Gadis pintar, biarkan aku yang membersihkannya!".
"Aku memang selalu melakukannya di rumah!" timpal Chika, dia merebut kembali piring di tangan Leo.
"Tidak perlu!" tegas pria itu menahan tangan Chika yang hendak kembali menyentuh bekas makanan.
Chika menatap wajah Leo dan melepaskan tangannya perlahan-lahan. Lalu pria itu bergegas membawa piring kotor di tangannya menuju ke arah wastafel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sephia
udah mampir nih kak, semangat 🫶
2023-09-28
0
Fitri
semangat kak, jangan lupa mampir yah dan follback☺️
2023-09-24
0