Chapter 4

Di Xu's Company terdengar suara-suara berisik dari orang-orang yang di dalam. Asisten pribadi Leo, menundukkan kepalanya ke bawah. Dengan perasaan kesal, Leo memarahi karyawannya satu persatu. Bagaimana bisa mereka sampai ceroboh apalagi berhubungan dengan perusahaan.

"Katakan padaku bagaimana ini bisa terjadi!" Leo berteriak di depan mereka, sontak yang ada di ruangan semakin menundukkan kepalanya ke bawah.

"Segera urus ini sekarang! Aku tidak ingin hal ini menjadi masalah besar." Leo menjatuhkan tubuhnya di kursi lalu memegang kepalanya yang terasa sakit.

Pria itu tampak geram, proposal yang sudah lama dia jaga justru bocor ke publik. Jika masalah ini tidak segera ditangani maka Xu's Company menjadi taruhannya. Leo tak ingin perusahaan yang sudah lama dia kelola akan jatuh ke tangan orang lain.

"Aku ingin tahu siapa bedebah yang membocorkan hal ini kepada publik!" Leo memukul meja dengan keras.

Sesaat kemudian, Asisten pribadinya masuk dengan beberapa file dokumen di tangannya.

"Pak Leo, dalangnya sudah ditemukan. Dia adalah mantan karyawan perusahaan ini yang memiliki dendam terhadap Bapak. Flashdisk yang berisi proposal itu terjatuh dan tercecer, kemudian ditemukan olehnya." jelas Raisa.

Emosi Leo sudah di ubun-ubun, "Bawa dia ke kantor polisi sekarang! Berani-beraninya kau menghancurkan perusahaan ku!".

...----------------...

Alex dan Satya berjalan menuju ke Tokyo University Mereka tampak bersemangat dan tak sabar ingin segera tiba. Hari ini ada pertandingan basket antar fakultas.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Satya.

Alex menghela napas panjang, "Seperti biasa, hanya saja aku sedikit gugup hari ini."

Mendengar hal itu Satya tertawa terbahak-bahak. Padahal Alex sudah sering bertanding sebelumnya tapi tetap saja perasaan gugup itu masih ada.

"Santai saja kawan ! Kau seperti baru saja melakukan hal ini."

Lantas Satya merangkul pundak sahabatnya itu dengan erat hingga Alex merasa kesulitan bernapas.

"Singkirkan tanganmu dariku ! Kau akan membuatku mati." Perintah Alex sembari menepuk-nepuk dadanya. "Tapi itu memang benar, aku bertingkah aneh hari ini." sambungnya.

Satya celingukan mencari Leo tapi matanya itu belum menangkap penampakan sahabatnya, "Kenapa Leo belum datang ya?" tanya Satya, dia melingkarkan tangannya di pundak Alex.

Dengan tanpa bersalah Alex memukul kepala Satya, "Kau lupa atau memang pura-pura lupa?" pekiknya.

"Apa maksudmu kawan? Aku belum melihatnya sejak kita masuk kesini. Bukankah seharusnya dia selalu datang lebih dulu daripada kita?". Satya menggaruk kepalanya.

"Pria itu sedang jatuh cinta! Tentu saja dia akan menjemput kekasihnya terlebih dahulu." tukas Alex.

Mata Satya berbinar ketika mendengar kabar jika ternyata Leo sudah menjalin hubungan dengan wanita. Pasalnya, dia sudah bertahun-tahun sendiri bahkan tidak pernah memulai hubungan dengan siapa pun.

Dulu, Alex dan Satya pernah merasa khawatir dan mengira Leo adalah seorang guy. Mereka tak pernah melihat Leo berbicara dengan gadis mana pun kecuali Cindy, sahabat kecilnya.

"Jadi berita itu benar?" Satya tersenyum, dia seperti sedang membayangkan sesuatu lalu menari-nari bagaikan seorang penari balet. "Leo beruntung sekali," lanjutnya.

Terdengar suara motor yang mendekat. Suara itu tidak asing karena setiap hari di dengar oleh Alex dan Satya. Beberapa orang yang mengidolakan Leo, pasti hapal dengan bunyi motor yang sedikit nyaring itu.

"Aku pikir kau tidak akan datang." Alex melakukan salaman dan tos seperti yang biasa mereka lakukan saat bertemu. "Tentu saja aku datang!" Leo menyahut.

Leo menggenggam tangan Chika, mereka terlihat sangat serasi meskipun sebenarnya Chika merasa tidak nyaman. Gadis itu tersenyum dan menyapa sahabat karib dari kekasihnya itu.

"Jangan biarkan aku lebih lama disini, aku tidak akan kuat. Sebentar lagi jantungku akan keluar." Canda Satya seraya melirik tangan Leo dan Chika. Mendengar itu mereka semua tertawa.

...----------------...

Di lapangan basket, pertandingan antar kedua tim berlangsung sangat tegang. Tim Leo berhasil mencetak 4 skor. Sementara Tim Ricky, di sebelah sana mulai kehabisan tenaga untuk menyusul skor yang sudah tertinggal jauh.

"Kau sangat hebat Leo." Alex dan Leo saling melakukan tos.

"Sial ! Tim Leo sangat sulit dikalahkan, akan sulit bagiku mencetak kemenangan hari ini." Ricky menggerutu.

Tim Leo tampak kompak dan saling bekerjasama untuk sebuah kemenangan. Keringat mulai bercucuran keluar dari tubuh mereka.

"Kerja bagus Satya ! Akan aku pastikan kita akan menang." seru Leo, "Lemparkan bolanya padaku!". Setelah bola berhasil ditangkap oleh Leo, dia terus menggiringnya mendekati keranjang.

"Aku percaya padamu kawan." senyum mengembang di bibir Satya. Dengan percaya diri, Satya kembali mencari tempat untuk menghalangi musuh.

Di bangku penonton, Chika mulai merasa cemas. Waktu yang tersisa hanya tinggal sedikit. Meskipun saat ini tim Leo lebih unggul, dia khawatir tim Ricky akan melakukan tindakan kecurangan. Ricky dikenal suka bermain kasar saat di lapangan untuk menghalangi lawannya.

"Aku berharap kemenangan berharap pada kalian." lirihnya.

Cindy berteriak menyemangati Leo dan juga kawan-kawannya. Tak heran, Cindy juga merupakan mantan pemandu sorak. Jadi, hal itu sudah biasa baginya.

"Semangat Leo! Sedikit lagi, ayo kerahkan semua tenaga kalian! Jangan biarkan lawanmu mencetak skor."

Chika melirik Cindy yang sedang berlompatan dengan sedikit melakukan gerakan pemandu sorak yang pernah dia lakukan dulu.

"Ayooo.. Kemenangan menunggu kita." soraknya dengan wajah yang bahagia.

Detik-detik terakhir waktu pertandingan Leo berhasil mencetak skor terakhirnya. Sehingga total keseluruhan adalan 5:2. Tim Leo dinyatakan menang dalam pertandingan ini. Semua supporter mereka berlari memasuki lapangan lalu mengangkat Leo dan membawanya mengelilingi lapangan basket.

"Kerja yang sangat bagus kawan!" Alex dan Satya berpelukan satu sama lain sebagai bentuk dari selebrasi.

"Sudah ku bilang ! Kita pasti akan menang." seru Satya.

Cindy berjalan menghampiri ke arah Alex dan Satya. Matanya sendu, dia baru saja menangis karena terharu. Tak mengapa jika tenggorokannya akan sakit asalkan Tim Leo menang.

Leo menghampiri Chika yang sedari tadi berdiri memandangi orang-orang yang melakukan selebrasi. Leo menggenggam tangan Chika lalu berlari kembali ke lapangan sambil mengangkat tangan Chika.

Chika hanya tersenyum menatap wajah kekasihnya. Dia masih tak menyangka jika kemenangan ini milik tim Leo.

Seorang fotografer yang sedang mengabadikan momen-momen kemenangan itu tak sengaja kameranya menangkap pandangan mata Chika, seolah-olah tersirat makna yang paling dalam.

"Ini semua untukmu!" Leo melirik Chika dengan pandangan teduh.

"Kau sudah bekerja keras untuk ini." Chika menatap ke arah tangan yang saling menggenggam.

"Itu berkat dirimu.! Terima kasih sudah menemaniku!" Leo memeluk Chika.

Tak lupa dia memberikan kecupan mesra di pipi sang kekasih. Chika hanya tersenyum dengan bibir yang tersungging kala melihat tingkah Leo yang sedikit manja.

"Ini seperti mimpi bagiku, kau tahu? Jika bukan karena adanya kehadiran dirimu di tempat ini aku sudah tumbang sejak tadi." ungkap Leo sambil mengelap keringat di wajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!