Izinkan Aku Bertanggung Jawab

Izinkan Aku Bertanggung Jawab

Bab 1

Pov Ayu

"Auw!" pekik Dinda merasa terhina.

"Kenapa, Din?" tanyaku.

"Salah satu dari mereka menyentuhku," jawab Dinda.

Aku pun menghentikan langkahku. Aku menatap tajam pada gerombolan pria yang kini tertawa menatap kami.

"Hei!" teriakku dengan berani.

"Siapa yang telah berani menyentuh temanku?" bentakku dengan berani.

Bagiku tak seorang pun pria yang boleh menginjak-injak harga diri seorang wanita karena status wanita dan pria itu sama.

"Hahaha, baru juga aku menyentuh pingg*lnya belum lagi buk*t kemb*rnya," ujar salah satu dari mereka.

Emosiku meningkat mendengar ucapan pria itu, dengan berani aku melangkah menghampiri mereka.

Tanpa segan, aku melayangkan sebuah tamparan keras di pipi pria itu.

Semua mata kini mulai tertuju padaku, beberapa orang menutup mulutnya tak percaya melihat apa yang baru saja aku lakukan.

"Hei!" bentak salah satu teman pria itu.

"Berani-beraninya kau menampar bos kami," ujarnya.

"Cih, pria yang tak punya otak ini kalian jadikan seorang Bos. Kalian memang tidak punya akal sehat," ujarku masih dengan keberanian yang selalu aku tanamkan dalam jiwaku.

Si pria pun menatap tajam ke arahku, hampir saja tatapannya itu membuat nyaliku ciut seketika, tapi aku terus membentengi diriku untuk tetap berani.

"Kau akan menyesal telah melakukan ini padaku," ujar si pria dengan tegas.

Setelah itu mereka pun meninggalkanku dan Dinda.

"Ayu, kamu berani sekali. Aku takut mereka akan berbuat sesuatu padamu," ujar Dinda ketakutan.

"Kamu tenang saja, kita di sini belajar. Toh, bukan kita yang salah, mereka yang memulai pertikaian tadi," ujarku menenangkan Dinda.

Begitulah aku, aku akan tetap berani selagi aku memang tidak melakukan kesalahan.

Dinda tak dapat berkata apa-apa lagi, setelah itu kami pun meninggalkan kampus karena kuliah hari sudah selesai.

Aku dan Dinda tinggal di asrama kampus karena kami sama-sama mahasiswi undangan yang mendapatkan beasiswa dengan fasilitas asrama tanpa membayar sepeserpun.

"Yu, malam ini kita makan di luar, yuk," ajak Dinda padaku.

Kebetulan hari ini kami berdua malas memasak. Memang sudah lama kami tidak keluar asrama sekadar mencari makanan.

"Boleh," sahutku.

Pada malam hari, setelah selesai shalat Maghrib aku dan Dinda melangkah keluar Asrama.

Kami berjalan kaki hingga gerbang kampus, di luar kampus banyak kafe-kafe yang buka hingga malam hari karena banyak mahasiswa dan mahasiswi yang kost di luar kampus.

Saat kami sedang berjalan, tiba-tiba dua buah sepeda motor menghampiri kami.

"Ada apa ini, Yu?" tanya Dinda padaku takut.

"Kamu tenang dulu, ya." Aku berusaha menenangkan sahabatku itu.

"Yu, jangan-jangan mereka mau berbuat jahat pada kita." Dinda menggenggam erat tanganku.

"Mhm, kita harus siap-siap untuk lari, jika mereka berbuat macam-macam," bisikku pada Dinda.

Salah satu penumpang dari sepeda motor itu turun, lalu dia menghampiriku dan Dinda.

Aku dan Dinda berusaha lari, tapi pria itu berhasil menangkapku.

"Ayu!" teriak Dinda menghentikan langkahnya.

"Larilah, dan cari bantuan!" teriakku pada Dinda agar dia tak ikut tertangkap.

Akhirnya Dinda terus berlari meninggalkanku. Tak lama setelah itu sebuah mobil berhenti di dekatku, pria itu mendorong tubuhku hingga masuk ke dalam mobil itu.

Mereka pun membawaku entah ke mana, aku sendiri tidak tahu karena aku bukanlah penduduk asli kota itu.

Seingatku, mereka membawaku ke sebuah rumah sederhana yang mana di sana aku bertemu dengan pria yang tadi siang aku tampar wajahnya.

Pria itu menatap tajam ke arahku, matanya menyimpan dendam yang mendalam terhadap diriku.

"Kau," lirihku.

Kini ada rasa takut yang mulai menyelinap di hatiku, karena di rumah itu telah berkumpul beberapa orang pria yang aku tidak akan sanggup melawan mereka.

"Selamat datang, Gadisku," lirih si pria dengan seringai di wajahnya.

Kini dia menatapku dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Apa yang kamu inginkan?" lirihku berusaha menenangkan diriku yang kini telah cemas dan takut.

Pria itu melangkah menghampiriku yang kini berdiri tak jauh darinya.

Aku mencoba melangkah mundur menghindari sang pria yang terus mendekatiku, hingga punggungku terbentur dinding. Aku tak bisa menjauh lagi.

"Apa yang aku inginkan? Aku ingin memberimu pelajaran," bisik si pria di telingaku.

Kata-katanya membuat bulu kudukku merinding.

"Bawa dia ke tempat eksekusi," ujar si pria memberi perintah pada 2 temannya yang berdiri tak jauh dari posisiku.

Kedua pria itu pun menarik tanganku dengan paksa.

"Lepaskan aku!" teriakku.

Mereka takmpeduli dengan teriakanku, lalu mereka membawaku masuk ke sebuah kamar.

Mereka menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur, dengan cepat mereka menarik tanganku lalu mereka mengikat kedua tangan dan kakiku di tempat tidur itu.

"Apa yang kalian inginkan?" teriakku berusaha meronta-ronta.

Namun, semua usahaku sia-sia. Kekuatan mereka mengalahkan tenagaku yang hanya seorang perempuan.

Aku hanya bisa menangis, tak tahu berbuat apa lagi untuk melindungi diriku.

Dua orang pria yang baru saja mengikatku pun pergi dari kamar itu setelah melakukan pekerjaannya.

Aku seorang diri di kamar itu, pikiranku semakin kacau. Aku berusaha berpikir untuk melepaskan diri dari mereka.

Tak berapa lama aku diikat di tempat tidur itu, aku tak lagi mendengar suara apa pun dari luar kamar.

"Apakah mereka sudah pergi?" gumamku di dalam hati.

"Ya Allah, apa yang akan mereka lakukan terhadap diriku?" Aku terus bertanya-tanya di dalam hati.

Rasa takut dan cemas terus menyelimuti hatiku, bahkan aku sudah membayangkan pria itu berniat untuk membunuhku.

Hampir satu jam aku berada di kamar itu seorang diri, setelah itu pria yang kutampar wajahnya masuk ke dalam kamar tersebut.

Dia melangkah menuju tempat tidur, dia mendekati diriku, lalu dia mendekatkan wajahnya pada wajahku hingga kini jarak wajah kami hanya dua atau satu sentimeter.

Saat itu, aku melihat sorotan matanya yang seakan ingin membunuhku.

"A-apa yang ingin ka-kamu la-la-kukan," lirihku gugup.

"Aku akan memberi pelajaran padamu, sehingga kamu tak akan pernah lagi berani menatap mataku," bisik pria itu dengan tegas.

Aku tidak tahu, dia akan melakukan apa padaku, saat itu aku benar-benar takut dan nyaliku ciut seketika.

Tapi, aku masih berusaha memperlihatkan bahwa aku tidak takut padanya.

"Dasar laki-laki pengecut! Beraninya melawan seorang perempuan dengan segerombolan teman-temanmu," ujarku mengejeknya.

Aku harap dia merasa malu dan seketika membukakan ikatan tangan dan kakiku, tapi tidak. Dia semakin emosi dan menatapku dengan penuh amarah.

"Hahaha, dasar wanita lemah, sampai kapan pun kamu takkan pernah bisa melawanku," bisik si pria itu.

Kini tangannya mencengkram daguku, lalu dia mulai menc*mb* bibirku dengan kasar hingga aku sulit untuk bernapas.

"Pelajaran kali ini takkan pernah terlupakan bagimu, aku akan membuatmu menyesal telah berani melawan diriku," ujar si pria.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

nyimak 😀

2023-09-18

0

sri susanti

sri susanti

mulai bsca

2023-09-06

0

auliasiamatir

auliasiamatir

hadir di karya keren satu ini,

2023-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!