Mengubah Peran

Mengubah Peran

Prolog

Terik matahari menyinari bumi, terasa panas menembus lapisan kulit, hingga membuat bulir-bulir keringat bermunculan dan aku terpaksa harus menyeka mereka setiap saat.

Hari ini, setelah melewati berbagai kesulitan, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah tanpa membawa sepersen uang.

Lelah rasanya untuk pergi dan pulang tanpa menggunakan kendaraan atau transportasi umum. Kakiku terasa sudah kehilangan tenaga, ditambah dengan tenggorakan yang mulai kering karena efek dari kelelahan.

Dehidrasi, lapar, dan rasa ingin berleha-leha begitu menggebu di dalam hati. Namun apa daya, rumahku masih berjarak ratusan meter lagi.

Aku menyesal telah menganggap semuanya akan berjalan dengan mudah, dan pergi tanpa sedikitpun persiapan yang pasti. Hingga pada akhirnya aku dihadapkan pada situasi yang mungkin saja bisa membuatku pingsan atau bahkan mati dalam perjalanan.

Apa kau tau? Seminggu belakangan ini aku telah berjuang untuk mencari pekerjaan dengan bertaruh pada setiap lowongan kerja yang ada.

Namun hasilnya selalu nihil, tak satupun dari perusahaan-perusahaan itu yang menerimaku. Sungguh miris, tetapi itu wajar terjadi pada diriku yang telah menyatu dengan aura layaknya pengangguran akut.

Aku akan bercerita sedikit mengenai latar belakangku...

Aku terlahir disebuah keluarga kecil yang sederhana. Walaupun begitu, aku masih bisa mendapatkan fasilitas yang memadai, serta mendapatkan pendidikan yang lebih dari cukup.

Karena itu, aku bisa mendapatkan nilai yang cukup dan berhasil mendapatkan apresiasi lebih dari orang-orang disekitar, termasuk kedua orangtuaku.

Namun, setelah lulus dari sekolah, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ku kejenjang selanjutnya, hingga membuat ayahku kecewa berat yang kemudian mulai mengacuhkan diriku.

Itu wajar, aku juga sadar akan kesalahanku. Namun, aku melakukan itu dengan alasan untuk mengurangi beban mereka yang pastinya akan bertambah jika aku melanjutkan pendidikan ku.

Berbanding terbalik dengan ayah, ibuku justru menghargai keputusanku dan tetap mendukungku apapun yang terjadi.

Dengan begitu, aku mulai mencari pekerjaan kemana-mana, tentu saja dengan lowongan yang hanya memiliki syarat mentok ijazah SMA.

Namun sayang, semua usahaku tak mendapatkan titik terang, sehingga membuatku menjadi putus asa serta frustasi. Karena hal ini juga aku menjadi menyesal telah menyepelekan kehidupan, dan mulai berandai-andai jika saja aku melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Walaupun begitu, tentu saja aku sadar bahwa semua itu akan mustahil untuk diulangi. Sehingga dengan langkah lemas, aku kembali melanjutkan perjalananku menuju rumah sambil mencoba untuk melupakan semua rasa sakit di dada.

Setelah menghabiskan banyak waktu, akhirnya aku telah sampai di depan pintu rumahku. Perlahan tanganku membuka pintu, dan kemudian berjalan masuk kedalam tanpa mengetahui bahwa ibuku telah menunggu kepulangan ku.

"Nak..." Lirih ibu menatap nanar diriku sambil menggenggam tangannya sendiri.

"... Ibu?" Spontan aku mengeluarkan nada bertanya dengan mata yang sedikit melebar. "Ibu kenapa ada disini? Bagaimana dengan ayah?" Tanyaku dengan serius sambil perlahan menghampirinya.

"Ayah baik-baik saja dirumah, ibu kesini hanya ingin melihat kondisi anak ibu yang telah beberapa bulan pergi dari rumah." Jawab ibuku menjelaskan sambil memasang ekspresi yang rumit.

Mendengarnya, aku hanya membalas dengan gelengan kepala, lalu kemudian menuntun ibu untuk duduk di sebuah sofa kecil yang ada diruang tengah.

"Aku hanya ingin hidup mandiri, tapi duduklah dulu bu! Aku akan segera membawa teh, ibu suka itu, ‘kan?" Aku bertanya walaupun sudah mengetahui jawabannya.

"Ya..." Ibu menjawab sambil mengangguk kecil.

Ah aku lupa menjelaskan sesuatu. Aku telah hidup mandiri dengan menyewa apartemen di pusat kota untuk memudahkan ku dalam berpergian mencari pekerjaan.

Dan juga, aku membayar uang sewa dengan uang yang kudapatkan dari pekerjaanku sebagai penulis novel dan illustrator. Memang tak seberapa, namun itu semua cukup untuk membiayai kehidupanku.

Juga, pekerjaan seperti ini memiliki penghasilan yang tidak tentu, pasalnya pekerjaan akan segera dilakukan ketika mendapatkan customer. Walaupun itu hanya berlaku bagi pekerjaan ilustrator.

Kebetulan juga apartemen yang ku sewa ini juga tak terlalu mahal. Hanya satu juta perbulan, dan aku telah menyewa selama satu tahun penuh, sehingga tak perlu membayar tagihan dikemudian hari.

"Ngomong-ngomong, apa tak masalah meninggalkan ayah di rumah sendirian?" Tanyaku membuka obrolan sambil membawa dua gelas dan cemilan yang diletakkan di atas nampan.

Ibuku yang awalnya sedang melihat sekeliling, sekarang telah mengalihkan perhatiannya padaku dan mulai menyahut,

"Aah... itu memang keinginan ayahmu! Dia awalnya sudah ibu ajak untuk kemari, namun dengan tegas menolak." Jelasnya sambil berwajah kesal.

Aku terkekeh melihat kondisi ibuku yang tampak baik-baik saja. "Oh, benarkah?" Aku berucap sambil meletakkan nampan di atas meja, kemudian duduk di sofa yang berada di seberang ibu.

"Benar, nak!" Ibu menyahut dengan tegas, "Bahkan pria tua itu sampai mengeluarkan sikap angkuhnya, dia berkata 'Kamu pergi sendiri saja, aku sedang sibuk membaca berita!' katanya tanpa mengalihkan pandangannya!" Lanjutnya sambil memperagakan sikap ayahku.

Aku tertawa melihatnya, kemudian kami pun mulai berbincang dengan topik lain sambil menikmati cemilan. Saat itu, suasana terasa begitu nyaman yang berhasil membuat suasana hatiku kembali pulih dengan wajah yang tak pernah luput dari senyuman.

Tak terasa obrolan kita telah memakan banyak waktu. Di jam tampak pukul telah menunjuk pada angka 5 sore, sehingga mau tak mau ibuku harus segera pulang sebelum larut.

"Sebenarnya ibu tidak ingin pulang, tapi ibu juga kasian jika harus meninggalkan pria tua itu sendirian..." Ucap ibu kembali memasang wajah kesal, namun kemudian menatapku dengan lembut dan berkata,

"Jaga diri baik-baik, ya!" Pesan ibu dengan suara lembut, kemudian dia menyentuh pipiku sambil tersenyum tipis, "Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan, ingat bahwa doa ibu dan ayah selalu menyertaimu!"

Mendengarnya, hatiku langsung tersentuh, tak terasa air mata tiba-tiba mengalir dari pelipis mata hingga kemudian terjatuh kebawah.

Ini bukanlah air mata kesedihan, namun ini adalah bukti dari kebahagiaan yang kudapatkan selama ada mereka di sisiku.

"... Ya! Aku pasti akan melakukannya..." Sahutku bersuara getar sambil menyeka air mataku yang tak henti-hentinya keluar.

Walaupun aku tak melihatnya, namun aku yakin bahwa saat ini ibuku sedang memasang wajah hangat yang mungkin bisa membuatku semakin tidak tega untuk meninggalkannya.

Setelah penundaan karena sedikit drama yang terjadi, ibuku pulang dengan senyuman setelah menitipkan pesan untukku yang harus selalu memperhatikan pola hidup.

Tentu saja aku akan melakukan apapun yang terbaik untuk membuatnya senang, sehingga dengan suasana hati yang baik aku kembali masuk kedalam apartemen untuk mandi.

"Keringatku telah menjadi uap karena terlalu lama didiamkan..." Gumam aku sambil mencium aroma tubuhku yang terasa lebih busuk daripada sampah.

Dengan cepat aku membuka kemeja, kemudian mulai berendam sambil memejamkan mata dan menikmati setiap air hangat yang terserap oleh kulitku.

Setelahnya, aku kembali ke kamar untuk mengenakan pakaian. Namun belum sempat aku memilih pakaian, tiba-tiba saja muncul cahaya terang yang keluar dari salah satu rak.

"Sial," Aku mengumpat kesal sambil perlahan menghampiri sumber cahaya tersebut dengan mata yang menyipit.

"Apa-apaan ini!?" Ucapku terkejut ketika melihat salah satu buku koleksiku memancarkan cahaya yang tidak wajar.

Walaupun merasa sedikit khawatir, aku tetap mengambil buku tersebut, kemudian aku buka langsung ditengah-tengah halaman sambil menahan rasa perih yang menyerang mata.

Aku terbelalak melihat kondisi buku yang telah kembali normal, cahaya yang menyilaukan itu telah hilang bagaikan ditelan bumi. Namun...

"Sekarang apa lagi!?" Aku kembali bertanya ketika melihat halaman buku yang menampilkan lembaran kosong tanpa tulisan.

Terpopuler

Comments

Kita_Yama

Kita_Yama

itu mahal woi

2023-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!