Bertransmigrasi

Azmiel, seorang pria naif dengan impian untuk mendapatkan kedamaian pada dunia. Walaupun begitu, tekadnya dalam mencapai semuanya tak bisa dianggap remeh.

Tak hanya manusia, bahkan dewa pun bisa saja tunduk dihadapan tekadnya yang besarnya bisa melebihi alam semesta.

Itulah yang diceritakan di dalam salah satu novel koleksiku yang berjudul "Towards Victory". Tentu saja itu semua hanyalah cerita yang sengaja ku lebih-lebihkan, dan pastinya atas dasar "Ketidaksukaan" ku terhadap novel ini.

Entah kerasukan apa aku saat itu hingga membeli novel sampah yang bahkan jalan ceritanya pun bisa ditebak dengan mudah. Tidak ada kelebihan dalam cerita ini selain sifat tokoh utamanya yang berhasil membuat hatiku selalu dalam suasana yang buruk.

Yah, pada awalnya aku ingin meluapkan segala amarah yang telah dipendam ketika membaca novel ini. Namun, semua itu harus ku tunda karena saat ini takdir telah menjadikanku sebagai Azmiel bajingan itu!!

Sungguh, ini bukanlah keinginanku! Jujur saja.

Namun fenomena yang sebelumnya terjadi itu telah membawa paksa diriku pada takdir yang rumit. Memang, pernah suatu hari aku berniat untuk mengubah seluruh alur cerita novel ini, tetapi bukan berarti aku harus menjadi pria culun itu!!

Aaah, sungguh menyebalkan!

***

Setelah fenomena yang menyebabkan tubuhku tersedot pada sebuah buku novel, aku kemudian mendapati diri sedang berada di bawah pohon dengan langit yang masih terlihat cerah.

Saat itu, satu hal yang langsung kulakukan adalah mengedarkan pandangan dan memastikan diri bahwa semuanya telah berbeda dari dunia yang ku kenal.

Kesan pertamaku mengenai tempat ini adalah "Menakjubkan". Entah mengapa hal itu bisa terjadi, namun jujur saja bahwa desain setiap bangunan yang terlihat kuno itu justru meninggalkan kesan kuat pada hatiku.

Walaupun setiap bangunan yang ku sebut kuno itu tak ada satupun yang masih memakai atap jerami. Pasalnya tempat ini terlihat seperti pada saat abad pertengahan, walau tak kulihat kereta kuda melintas di jalan.

Selesai dengan penyidikan, aku mencoba untuk bangkit dari dudukku. Namun, itu terasa sangat sulit sekaligus menyakitkan.

"Aduduh..." Aku merintih kesakitan sambil mencoba untuk terus bangkit, "Ini sangat menyakitkan, sial!" Kesal ku dengan suara imut.

Tentu saja bukan berarti aku mencoba untuk sok imut, tetapi jiwaku saat ini telah menyatu dengan raga seorang anak kecil. Aku mengetahuinya ketika melihat kakiku yang begitu pendek.

Dengan usaha yang keras, akhirnya tubuhku bisa sepenuhnya berdiri, walau tidak tegap. Namun dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki, aku berjalan menjauh dari pohon itu dan mulai memasuki perkotaan secara penuh.

Seperti penjelasan ku sebelumnya, kota ini memiliki kesan yang sama dengan suasana pada abad pertengahan. Namun dengan kesan kuno yang lebih kental, bahkan aku sangat tahu jika dunia ini teknologinya tidak terlalu maju.

Sambil berjalan, sesekali aku melirik kesamping kiri dan kanan untuk melihat beberapa bangunan yang tampaknya digunakan sebagai ruko. Bahkan tak sedikit pula yang berjualan seperti pedagang kaki lima.

'Ini terasa seperti dunia asli...'

Itu tidak heran, mengingat dunia ini merupakan dunia novel yang pastinya mengambil referensi dari dunia nyata. Namun jujur saja aku masih merasa kesal ketika mengetahui bahwa diriku telah menjadi Azmiel

Tidak hanya itu, aku juga kesal karena harus memulai semuanya dari awal! Melihat tubuhku yang mungil, tentu saja menjelaskan bahwa saat ini diriku adalah Azmiel bocah.

Untuk ingatannya sendiri, aku tidak mendapatkan sepotong ingatan yang pernah dimiliki oleh Azmiel yang asli. Ini sedikit menyebalkan, pasalnya saat ini aku sedang menuju arah pulang, namun aku tak tahu letak rumahku sendiri!

'Dasar entitas menyebalkan, dia yang telah mengirim jiwaku ke dunia ini, namun dia tidak memberikan sedikitpun kemudahan bagiku!' Kesal diriku dalam hati sambil mengingat wajah entitas itu.

Entitas yang ku maksud adalah orang yang mengaku sebagai dewa, dia juga orang yang telah mengirim ku ke dunia ini atas dasar rasa sakit hati. Entah untuk alasan apa dia merasakan itu, dan kenapa pula aku harus menanggungnya?

Dan juga sebelum mengirim ku, dia sempat mengatakan sesuatu yang membingungkan, yaitu: "Sekarang kau harus menunjukkan padaku bagaimana cerita yang kau anggap lebih baik!" Katanya.

Tentu saja aku tidak mengerti apa maksudnya, namun satu hal yang pasti bahwasanya entitas itu sedang mengujiku dengan segala keterbatasan yang dia berikan.

Aku tidak peduli akan hal itu, yang pasti saat ini aku hanya ingin menemukan letak rumahku! Sungguh, sudah beberapa ratus meter aku berjalan, namun tak satupun aku melihat rumah yang cocok dengan deskripsi di dalam novel.

"Rumah kayu, pintu kecil, berada di antara tempat sampah..." Gumam ku sambil mengingat-ingat ciri-ciri rumahku, "Sungguh, tempat sampah apa yang dimaksud!?" Pada akhirnya aku frustasi dan kemudian memilih untuk beristirahat sejenak di dekat bangunan besar.

Aku tak berani duduk di lantai halaman mereka dengan penampilan kotor seperti ini, jadinya aku memilih untuk duduk di tanah tanpa alas.

Dengan tubuh mungil seperti ini aku bisa merasakan staminaku habis terkuras hanya karena berjalan sebentar. Namun, lebam-lebam ditubuh mungkin menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tubuhku menjadi lemah.

"Dasar anak-anak, masih suka saja merundung..." Ucapku sambil menggelengkan kepala ketika mengetahui alasan dibalik lebam-lebam ditubuh.

Tak lama kemudian, aku melihat sekelompok anak kecil dengan usia sekitar 10 tahun menghampiriku setelah salah satu dari mereka menunjuk-nunjuk ke arahku.

Hanya dengan sekali lihat aku bisa mengetahui identitas mereka. Melihat dari sikap mereka yang angkuh, bisa disimpulkan bahwa mereka adalah orang yang telah merundung Azmiel.

"Hei!" Teriak sok salah satu bocah dengan rambut hitam dan pakaian yang rapih serta elegan, "Kenapa kau ada disini, dasar anak desa!" Lanjutnya dengan hentakan kaki yang sengaja diterjunkan tepat di hadapanku.

"Hmm," Aku tak merespon dan hanya menatap mereka dalam diam.

Karena hal itu juga, mereka tampak sangat kesal kemudian mengangkat kerah bajuku hingga memaksaku untuk berdiri.

"Jangan menatap kami dengan matamu yang busuk itu, dasar anak lac*r!" Ucap anak yang sama dengan nada rendah namun disertai intimidasi.

Sementara itu, teman-temannya hanya memandangiku dengan tatapan meremehkan. Hal itu membuat penilaian ku semakin mengental, bahwasanya mereka adalah anak hasil dari bocornya pengaman.

"Tolong lepaskan tanganmu, dek!" Pintaku bersuara rendah sambil menatap tenang wajah bocah di hadapanku.

Namun seperti yang kuduga, anak itu tiba-tiba saja melancarkan sebuah pukulan setelah memasang wajah kusut disertai warna merah padam.

Pukulan itu terarah tepat pada wajahku. Dengan amarah yang memuncak, bocah itu berteriak mengatakan sesuatu, sebelum pada akhirnya aku terhempas karena pukulannya.

"Bajingaan!!!"

Aku terhempas dan mendarat pada tembok bangunan besar hingga meninggalkan bekas kerusakan, walau hanya sedikit.

Pukulan itu sendiri terasa begitu menyakitkan, aku merasakan hidungku patah olehnya. Namun, hanya karena ini bukan berarti aku akan ketakutan dan meminta ampun kepada mereka, seperti yang dilakukan Azmiel versi original.

Sebelum aku bangkit, suasana kota yang awalnya tenang kini mulai riuh dan sebagian dari mereka berkerumun di dekat kami. Mempertontonkan apa yang sedang terjadi.

"Lihat, Tuan muda dari keluarga Roumoch kembali membuat ulah!" Ucap salah satu warga berbisik pada temannya, walaupun itu bisa terdengar jelas di telingaku.

"Diamlah! Biarkan dia melakukan apa yang dia mau, aku tidak ingin bermasalah dengan keluarga bangsawan itu!" Sahut temannya sedikit panik.

Haah, mendengar ocehan mereka saja aku sudah bisa memahami seluk-beluk dari dunia ini yang ternyata tidak berbeda jauh dari dunia asli.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!