Gadis Pilihan

Gadis Pilihan

Dukaku

JGEEEERRR! JGEEEERRR!

Gemuruh yang menggelegar, petir yang menyambar, kilat seakan membelah langit, suara angin yang bergaduh, hujan menumpahkan isinya. Seolah menjadi saksi peristiwa malam ini. Seorang wanita berada di ruangan operasi, masih di bawah pengaruh obat bius.

"Aku tidak mau tau, pisahkan Ibu dan Anaknya. Ingat jangan meninggalkan jejak!" Wanita berpakaian jaket kulit hitam, celana hitam menggunakan helm full face memberikan tas berisikan banyak uang, kepada dua orang petugas berbaju medis.

"Baik, serahkan semuanya kepada kami." Salah seorang pria mengambil tas itu. Setelah wanita itu pergi, dia dan teman wanitanya mengintip isi dalam tas.

"Gila, dollar semua. Kita kaya." Pria itu seperti orang gila kegirangan.

"Bagaimana dengan Ibu dan Anaknya?" Temannya merasa gelisah.

"Itu urusanmu, terserah kamu, aku mau membagi pendapatan kita." Pria itu bersiul pergi.

Wanita berbaju medis masuk kembali ke ruangan dimana Ibu yang masih belum sadarkan diri dan dua anak yang diperkirakan sudah tak bernyawa berada.

"Apa salah wanita ini, kenapa ada orang tega memisahkan mereka." Lirihnya.

Tiba-tiba, salah seorang anak wanita itu bergerak, wanita berbaju medis mendekati dan mencek keadaan bayi itu. Ternyata bayi itu masih hidup. Naluri seorang wanitanya keluar, dengan cepat dimasukkannya bayi itu kedalam sebuah kotak yang terdapat di dalam ruangan. Bagaimanapun caranya anak itu harus hidup.

"Maaf nak, aku tidak bisa menyelamatkan Ibu dan saudaramu. Aku harap kamu bisa bertahan hidup." Wanita berbaju medis keluar dari ruang operasi. Dia berlari keluar klinik menuju mobilnya. Beruntung teman prianya masih terlena dengan dollar hingga tidak menyadari kepergiannya.

Sampailah dia di sebuah pemukiman dimana ada sebuah gubuk tua. Ditaruhnya kotak yang berisi anak itu di depannya. Perlahan dia pergi menjauh. Rasa tidak tega menghinggapi. Wanita berbaju medis kembali, mengintip dari kejauhan apa yang akan terjadi.

Seorang wanita muda cantik dengan sepeda tuanya berhenti di depan gubuk itu. Dia memandang sebuah kotak yang mengeluarkan suara. Perlahan dia dekati, ada pergerakan kecil di dalamnya, samar-samar terdengar suara tangisan, suara itu makin nyata. Dia memberanikan diri membuka kotak itu.

Seorang bayi kecil mungil, menangis di dalamnya.

"Ooooeeeee....Ooooeeee." Tangisnya makin lama makin memecah kesunyian malam.

Tetangga yang mendengar penasaran dan berhamburan keluar mencari sumber tangisan. Wanita berbaju medis itu juga ikut bergabung dengan para tetangga untuk mengetahui apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Bayi siapa Alina?" tanya tetangganya.

Wanita yang bernama Alina memberikan isyarat dengan mengangkat bahu dan mengeluarkan kertas dan pulpen dari dalam tasnya, kemudian dia menulis sesuatu "Aku menemukannya di depan rumahku."

"Alahhhhh, jangan bohong kamu, ini anak kamu kan!" salah seorang Ibu-ibu menatap sinis ke arahnya.

Alina memberikan isyarat dengan menggerakkan kedua telapak tangannya dengan cepat.

"Hey jeng, jangan suka fitnah orang. Mana mungkin Alina punya anak, dia belum pernah hamil." Kata Ibu yang lainnya.

"Sudah Ibu-ibu kasian bayinya." Salah seorang Ibu mengangkat bayi itu dan menemukan sepucuk surat dan sebuah gelang.

Surat itu berbunyi :

Tolong jaga dan rawat bayi ini. Dia adalah

anak yang akan membawa keberuntungan bagi kalian. Pakaikan lah gelang ini, hanya ini yang dia punya dalam hidupnya.

Wanita berbaju medis bingung sejak kapan dia memasukkan surat dan gelang ke dalam kotak. Setelah melihat semua dia pun perlahan meninggalkan tempat itu.

"Ibu-ibu ini bukti anak ini bukan anak Alina. Siapa yang bersedia merawat bayi ini?" tanya Ibu itu.

Tidak ada yang menjawab, Alina mengangkat tangannya. Dan menulis di kertas, "Biar saya yang merawatnya."

"Baiklah Alina, kami serahkan Anak ini kepadamu. Untuk keperluan yang lain jika ada yang ingin menyumbangkan sesuatu untuk bayi ini silakan Ibu-ibu memberikannya ke Alina."

Sementara itu, wanita berbaju medis kembali ke klinik dimana di sana masih ada seorang wanita dengan anaknya.

"Dari mana saja kamu? Ayo kita pergi dari kota ini atau kalo perlu kita pergi ke luar negeri." Teman prianya membawa koper besar bersiap untuk pergi.

"Sebentar aku masih ada keperluan, tunggulah di luar." Dengan cepat dia mengambil ponsel wanita yang tidak sadarkan diri itu, dia aktifkan ponselnya dan sebuah panggilan telepon masuk.

"Sayang kamu dimana?" suara seorang pria.

"Maaf Istri Anda dalam kondisi kritis, cepatlah datang ke lokasi yang saya kirim." Panggilan dimatikan, lokasi dikirim.

Dengan langkah seribu dia masuk kedalam mobil dan kabur bersama teman prianya.

Maafkan aku mba, aku tidak berdaya, aku cuma melakukan perintah, tapi aku berhasil membawa anakmu di tempat yang aman, batinnya.

Raungan sirine ambulans dan mobil polisi memecah keheningan malam. Mereka tiba di sebuah klinik persalinan. Satu-satu ruangan mereka masuki.

Dan mereka menemukan seorang Ibu dan Anaknya yang terbaring di atas tempat tidur.

"Arumi, sayang, sadarlah." Alvan menatap bayi yang ada di samping Arumi.

"Dok, tolong bayi kami."

Dokter dan perawat memeriksa kondisi si bayi. "Maaf Pak Alvan, kita datang terlambat."

"Bagaimana Istri saya Dok?" Alvan tampak tegang.

"Istri Anda masih di bawah pengaruh obat bius. Tidak masalah, Istri anda ditangani dengan baik dan orang yang berpengalaman." Kata Dokter.

Arumi membuka mata, dan memegang perutnya.

"Kak Alvan, anak kita." Arumi mencoba bangun, tapi merasakan perih di perutnya.

"Sayang, ini bayi kita." Alvan mengangkat bayinya.

"Kenapa bayi kita diam Kak?" Arumi merasakan keanehan terhadap bayinya.

"Sayang, tabahkan hatimu, bayi kita telah tiada." Alvan menangis.

"Anakku, anak Mama." Arumi mencium bayi mungilnya. Ditatapnya penuh cinta, buah hati yang selama ini ada dalam kandungannya. Kini hadir di dunia, tapi tak sempat melihatnya.

"Bu Arumi, kemungkinan bayi ibu mengalami Asfiksia, ini terjadi ketika bayi tidak menerima oksigen yang cukup saat lahir, yang berpotensi menyebabkan kesulitan bernapas." Kata Dokter.

"Relakan dia sayang, Allah lebih menyayanginya." Alvan berlinang air mata mengecup kening Arumi dan Anaknya.

"Maafkan Mama Nak, karena kau tidak lama di dunia." Arumi pasrah melepas kepergian anaknya.

"Maaf Bu Arumi, bisa anda ceritakan bagaimana Anda ada di sini, dan siapa yang menolong Anda dalam proses persalinan?" tanya Pak Polisi.

"Setelah keluar dari rumah makan, saya berencana menunggu suami saya di taman. Tiba-tiba saya merasakan mulas, seorang wanita datang menolong saya setelah itu saya tidak ingat apa-apa." Arumi cerita.

"Bisa Anda sebutkan ciri-ciri orang yang menolong Anda?"

"Wanita berjaket dan celana hitam, tinggi, menggunakan helm, saya tidak bisa melihat wajahnya."

"Terima kasih." Pak polisi meninggalkan ruangan.

"Kak Alvan, maafkan aku, anak kita Kak ...." Isak Arumi.

"Tenang sayang, ikhlaskan." Alvan semakin erat memeluk istri dan mencium Bayi mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Diana Puji Astuti

Diana Puji Astuti

mampir

2023-10-20

1

Na!

Na!

Saya mampir lagi 👋

2023-10-16

2

Ma AhongRj Lewutataw

Ma AhongRj Lewutataw

mantap kisah nya sulit utk di ungkapkan👍👍👍

2023-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!