Papa Talita

Di sebuah rumah kayu, yang dipenuhi dengan benda-benda mistis, aroma kemenyan yang khas menusuk indra penciuman, tidak sedikit terlihat bayangan-bayangan hitam dan suara astral, di sana lah Talita si bayi kecil saat ini berada. Rumah yang terpencil terpisah dari pemukiman warga, diduga sering dipakai untuk praktek perdukunan.

"Ini Mbah bayinya." Pria ala ninja menyerahkan Talita ke tangan seorang dukun.

"Benar, dia mempunyai kekuatan yang luar biasa." Mbah dukun melihat cahaya yang mengelilingi tubuh Talita.

"Bagaimana Mbah, bisakah dagangan saya laris seperti Bu Janeeta?" tanya Bu Leli pemilik warung makan yang menganggap Bu Janeeta saingannya.

"Bisa." Mbah dukun meletakkan Talita di lantai. Dibakarnya kemenyan, diambilnya air putih, dipercikannya ke tubuh Talita, komat kamit membaca mantra.

"Ooooeeee, Ooooooeee." Talita menangis.

Sesosok makhluk astral keluar dari asap kemenyan.

"Wahai Jin penguasa kegelapan, ini ada persembahan. Berikanlah kami kekayaan." Dukun memejamkan mata dan mengangkat kedua tangannya.

Makhluk astral itu mengelilingi Talita, seolah-olah mengintai mangsanya. Tangis Talita semakin kencang, makhluk astral itu dengan garang menyerang Talita. Tapi sosok itu terpental. Rumah Mbah dukun bergetar hebat bak terjadi gempa bumi.

"Mbah apa yang terjadi?" tanya Bu Leli.

"Sialan, anak ini mengalahkan Jin hitamku." Mbah dukun marah.

"Terus bagaimana Mbah?" Bu Leli panik.

"Ini semua salahmu, kenapa kamu membawa anak itu kesini!" Kata Mbah dukun.

"Karena ini syarat yang paling mudah." Bu Leli ketakutan.

"Mbah ayo keluar dari rumah ini, rumah ini mau roboh." Dua pria ala ninja berlari keluar rumah disusul Bu Leli dan Mbah dukun.

Gelang Talita mengeluarkan cahaya membentuk sebuah lingkaran besar, pelindung Talita dari reruntuhan bangunan rumah dukun.

Tangis Talita semakin nyaring terdengar. Dari jauh sebuah mobil tiba-tiba berhenti.

"Kenapa berhenti Riz?"

"Gak tau Pak Rafi, sebentar saya cek dulu mobilnya." Rizky Asisten Rafi keluar dari mobil.

Rafi memandang ke arah luar, masih jauh perjalanan menuju kampung Ibunya. Dan pandangan Rafi tertuju pada cahaya yang begitu terang di ujung sana.

"Rizky coba kamu lihat cahaya apa di sana?" tunjuk Rafi.

Rizky menoleh ke arah yang ditunjuk Rafi.

"Lampu sorot, gak mungkin kan ada konser di kampung ini."

"Ayo kita lihat." Rafi berjalan ke arah cahaya.

"Mobilnya?" tanya Rizky.

"Sudah, ayo!" Rafi menarik paksa tangan Rizky.

Mereka melewati jalan kecil yang hanya bisa dilewati sebuah motor. Jalan yang begitu sepi, pohon bambu berjejer rapi, kiri kanan tampak pohon beringin yang akarnya menggantung lebat. Samar-samar terdengar suara tangisan. Mereka berhenti.

"Pak Rafi, a..da su...ara tangisan. Kita balik yuk." Rizky berbalik hendak lari tapi baju bagian belakangnya ditarik Rafi.

"Balik bearti dipecat!" Rafi melototkan matanya.

"Tapi Pak saya takut ketemu setan." Rizky ketakutan tubuhnya bergetar.

"Setannya yang takut ketemu kamu, sudah ayo jalan." Rafi mendorong tubuh Rizky untuk berjalan di depan.

"Pak tangisannya semakin dekat." Rizky berhenti, kakinya seolah mati langkah.

Rafi mengikuti cahaya, tangisan itu semakin jelas terdengar.

"Riz, itu tangisan bayi, siapa yang tega meninggalkan bayi di dalam rumah tak berpenghuni ini." Rafi dengan berani masuk ke dalam rumah yang isinya sudah porak poranda.

CRACCCKKK!

Rizky menginjak sesuatu. "Teng...korakkkkkk!" teriak Rizky.

"Ooooeeee...Ooooeee...Oooooeee." Talita seolah menunjukkan keberadaannya.

Rafi mencari suara, dan di dalam cahaya ada seorang bayi menangis. Rafi reflek menggendong Talita tidak lama kemudian Talita tenang.

"Apa ini bayi hasil penculikan? Kenapa rumah ini seperti habis kena gempa bumi." Rafi memperhatikan kondisi rumah itu.

"Pak Rafi, tolong saya. Ada tengkorak." Rizky gemetar sambil menunjuk ke arah kakinya.

"Permisi, kami tidak sengaja kemari menolong bayi ini. Maafkan kami." Rafi dan Talita keluar rumah meninggalkan Rizky.

"Pakkkkkk tungguuuuuuu!" Rizky perlahan mengangkat kakinya dan lari secepat kilat.

"Pap pa, Pap pa, Papapapa." Celoteh Talita.

"Anak cantik, cari Papanya ya, Om bingung mau ngantar kamu kemana?" Kata Rafi.

"Mau dibawa kemana ne anak Bos?" tanya Rizky.

Rafi mengambil ponsel dalam sakunya.

"Assalamualaikum Bu, ini Rafi masih dalam perjalanan. Rafi nemu Anak di sebuah rumah kosong di kampung sebelah. Rafi bingung ini Anak, Rafi bawa kemana? Baik Bu, Assalamualaikum." Rafi menyudahi panggilan teleponnya.

"Gimana Bos, apa kita tinggal bayi ini di sini?" tanya Rizky.

"Tinggal gundulmu!" PLAAKK! Rafi memukul pundak Rizky. "Dasar tidak berprikemanusiaan, ayo jalan!"

Rizky menstarter mobil, "Alhamdulillah mobilnya normal kembali, gooooo." Rizky melajukan mobil.

Setengah jam kemudian.

"Ada apa ini?" Rafi melihat keluar mobil banyak warga berhamburan keluar. Tak jauh Rafi melihat Ibunya berada di tengah warga. Rafi menurunkan kaca mobil.

"Ibu mau kemana?"

Ibu Rafi melihat ke dalam mobil dan melihat siapa yang di gendong Rafi. "Talita, Talita, Talita sudah ketemu."

Para warga mengerumuni mobil Rafi.

Rafi keluar dari mobilnya.

"Ibu ada apa?" Rafi memandangi warga sekitarnya.

"Alhamdulillah Nak, kamu membantu kami. Dimana kamu menemukannya?" Bu Janeeta mengambil Talita dari gendongan Rafi.

"Di rumah kosong kampung sebelah Bu." Jawab Rafi.

"Ooooeee...Oooeeee." Talita menangis.

"Sini Bu biar Rafi yang menggendong." Rafi mengambil kembali Talita.

Talita seakan tidak mau berpisah dengan Rafi.

"Talitaaaaaa." Alina mengambil Talita dari gendongan Rafi dan lagi-lagi Talita menangis.

"Maaf biarkan saya yang menggendongnya." Rafi kembali menggendong Talita.

Bu Janeeta, Alina dan juga warga melihat keanehan itu.

"Pap pa, Pap pa, Papapapa." Celoteh Talita.

"Bu Janeet, jangan-jangan Talita suka sama anak Ibu." Kata tetangga Bu Janeeta.

"Iya Bu, mungkin Talita mencari seorang Ayah, selama ini kan dia di asuh Ibu angkatnya." Kata Ibu yang lain.

Bu Janeeta memandangi Alina dan Rafi.

"Ibu-ibu, Bapak-bapak, terima kasih banyak telah bersedia membantu kami mencari Talita, sekarang Talita sudah ketemu. Biarkan Talita kami bawa untuk beristirahat." Bu Janeeta dan juga Alina berpamitan kepada warga.

"Ayo Bu, kita pulang." Rafi mengajak Bu Janeeta dan Alina masuk ke dalam mobilnya menuju rumah Bu Janeeta.

Akhirnya mereka sampai di rumah Bu Janeeta. Mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Maaf, biar Talita sama saya, biar Abang istirahat." Alina mau mengendong Talita lagi-lagi Talita membuat tangisan.

"Tidak apa, mungkin Talita suka digendong saya." Rafi dengan lembut membelai pipi imut Talita.

Bu Janeeta tersenyum melihat Alina dan anaknya Rafi.

"Rafi kenalkan ini Alina, Ibu angkat Talita. Talita anak yatim piatu, dia yang menemukan Talita di depan rumahnya. Dan dia yang merawat Talita. Alina sekarang tinggal di belakang rumah kita." Bu Janeeta berharap semoga setelah perkenalan ini ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua.

Ibu sangat menyayangi Alina dan juga Talita. Semoga saja di hatimu masih ada tempat kosong untuk di isi Alina. Pengganti Istrimu yang pengkhianat cinta, Bu Janeeta bicara dalam hati.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Queen

Queen

anaknya jadi mak comblang

2023-11-21

1

Queen

Queen

yaa ditinggal in 😁

2023-11-21

1

Queen

Queen

🤣🤣🤣

2023-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!