Talita Diculik

Alina seorang gadis remaja berusia 19 tahun, lulusan SMA. Berwajah cantik diturunkan dari Ibunya, bertubuh mungil, rambut panjang berombak, baik hati. Ayahnya dulu bekerja di salah satu perusahaan swasta menjabat sebagai seorang Manajer. Ibunya membuka bisnis rumah makan.

Tapi sayang perusahaan Ayahnya mengalami kebangkrutan, bisnis Ibunya pun mengalami penurunan. Mereka akhirnya menjual aset dan rumah mereka untuk membayar hutang. Mereka meninggalkan kehidupan kota dan pergi ke kampung. Hiduplah mereka di gubuk yang ditempati Alina sekarang.

Setahun yang lalu Ibu, Ayah, Adik dan dirinya mendapatkan kecelakaan ketika sedang pulang ke kampung halaman Ayahnya. Bis yang mereka tumpangi oleng karena salah satu ban bis itu meledak dan terjatuh ke dalam jurang. Banyak korban jiwa termasuk Ibu, Ayah dan juga Adiknya.

Alina selamat tapi setelah kejadian dia tidak bisa bicara. Hanya sepeda dan gubuk tua yang ditinggalkan orang tuanya. Untuk keperluan hidup Alina bekerja serabutan, dan tidak sedikit para tetangga yang ada rejeki lebih memberikan bantuan kepadanya.

Malam itu setelah pulang kerja dari rumah Bu Janeeta, Alina melihat kotak di depan rumahnya. Setelah dibuka ternyata seorang Bayi mungil ada di dalamnya. Alina memutuskan merawat bayi itu, karena Alina merasakan ikatan batin dengan sang bayi. Mungkin karena mereka sama-sama hidup di dunia ini sendirian.

Bu Janeeta mendengar cerita Alina mengasuh seorang bayi yang dibuang dari tetangganya. Ingin membuktikan kebenaran cerita, Bu Janeeta dengan motornya pergi menuju rumah Alina.

"Assalamualaikum, Alina ini Ibu Nak." Bu Janeeta mengetok rumah Alina.

Alina berlari menuju pintu depan, dengan menggendong bayi Alina membuka pintu.

"Alina ini bayi siapa?" Bu Janeeta menatap bayi mungil itu dengan tatapan penuh cinta, wajahnya sangat cantik, kulitnya putih, seperti anak keturunan campuran.

Alina menarik tangan Bu Janeeta ke dalam rumah, dan mempersilakan Bu Janeeta duduk di atas tikar rumahnya.

"Sini biar Ibu gendong." Bu Janeeta mengambil bayi dari tangan Alina.

Alina masuk ke dalam dan membawakan segelas air putih untuk Bu Janeeta. Alina menulis sesuatu, "Maaf Bu, cuman air putih yang saya punya."

"Alhamdulillah juga ini Nak, jangan repot. Alina, Ibu dengar ada yang menaruh bayi ini di depan rumahmu?" tanya Bu Janeeta.

Alina menganggukkan kepala.

"Bagaimana kalo malam ini kamu nginap di rumah Ibu. Biar kita sama-sama merawat bayi ini. Ibu takut kamu belum pengalaman mengurus bayi. Sedikit-sedikit Ibu akan mengajarimu merawat bayi, bagaimana?" Bu Janeeta menawarkan bantuan.

Alina menuliskan sesuatu, "Maaf Bu, saya tidak mau merepotkan."

"Tidak apa-apa sayang, lagian kamu pasti repot merawat bayi sendirian. Siapa yang jaga dia selagi kamu kerja. Mulai besok kamu bisa kerja di rumah Ibu sambil jaga bayi. Kamu sekarang siap-siap, mulai malam ini kamu tinggal di rumah Ibu."

Alina mengatupkan kedua tangannya, dan membungkukkan badannya, berterima kasih kepada Bu Janeeta. Dia pun menyiapkan keperluannya untuk menginap di rumah Bu Janeeta.

Berkat kebaikan hati Bu Janeeta, Alina dan bayi kecilnya tinggal di belakang rumah Bu Janeeta. Kamar kosong yang dulunya gudang disulap menjadi sebuah kamar yang layak huni, di dalamnya juga sudah disediakan kamar mandi dan juga WC. Alina sangat bersyukur, kamar ini lebih besar dari gubuk yang selama ini dia tinggali. Tidak henti-hentinya Alina mengucapkan syukur, rejeki yang dia dapatkan setelah bertemu dengan si bayi.

Tetangga-tetangga juga banyak yang peduli, bayi itu seolah menghipnotis mereka untuk menyayangi dan berlaku baik terhadapnya, mereka membelikan perlengkapan bayi, susu dan juga popok. Dan anehnya semua yang memberikan sumbangan pasti akan mendapatkan balasan rejeki di keesokan harinya.

Warung makan Bu Janeeta laris manis tidak pernah sepi pelanggan, begitu juga dengan Ibu-ibu yang lain.

"Tak terasa sudah 40 hari kalian di sini. Ibu mau mengadakan akikah dan tasmiyah untuk si bayi. Sudah disiapkan nama untuknya?" tanya Bu Janeeta.

"Talita Falisha." Jawab Alina.

"Alina, kamu bisa bicara." Bu Janeeta kaget pertama kali mendengar suara Alina.

Alina terkejut tak percaya dan mengulang kalimatnya, "Talita Falisha." Alina membuka mulut memegang dagunya merasakan lidahnya tidak lagi kaku. "Alhamdulillah, Bu aku bisa bicara."

Bu Janeeta memeluk Alina. "Ternyata memang benar, anak ini membawa keberuntungan untuk kita semua."

"Terima kasih Talita, Mama akan selalu menjagamu." Alina mencium gemes Talita yang tertidur pulas dalam gendongannya.

"Ayo bantu Ibu ke depan sebentar." Bu Janeeta keluar mendahului dari kamar Alina.

"Mama tinggal sebentar ya sayang, Talita bobo cantik." Alina meninggalkan Talita di dalam box bayi.

Sekelebat bayangan hitam mondar mandir di depan kamar Alina. Aroma harum bayi yang kuat menariknya untuk mendatangi. Beberapa kali mencoba masuk tapi selalu gagal, diterobosnya dengan paksa bayangan itu terpental seperti ada dinding besar yang menghalangi.

"Anak ini mempunyai kekuatan yang besar, jika aku dapat mempengaruhinya aku akan berkuasa." Bayangan itu seolah enggan beranjak dari kamar Alina.

"Pergilah kau!"

"Siapa kau, tunjukkan dirimu?" Bayangan itu mencari sumber suara.

Cahaya terang menyilaukan mata, dari sana keluar sesosok Wanita berpakaian bak seorang Ratu Bangsawan.

"Jangan kau ganggu anak yang tidak berdosa, pergilah!" Wanita itu dengan lembut menatap bayangan hitam itu.

"Baiklah, aku akan pergi." Tak sanggup dengan tatapan lembutnya, bayangan hitam itu menghilang.

Ratu itu perlahan mendekati box bayi, "Talita, nama yang sangat cantik, seperti hati dan wajahmu. Sungguh beruntung kau mewarisi hati Mama, dan wajah Papamu." Wanita itu mengayunkan telunjuknya dan seberkas sinar masuk ke dalam gelang Talita.

"Kelak gelang ini akan membantumu. Dan gelang ini tidak akan pernah hilang darimu. Sayang, kita akan bertemu kembali." Wanita itu mengecup kening Talita, perlahan menghilang di balik cahaya nan terang.

TAP! TAP! TAP!

"Sssttt, pelan-pelan. Ini kamarnya." Seorang pria berpakaian ala ninja dan temannya mengintip dari jendela.

"Mana bayinya?" temannya celingak-celinguk.

"Pintunya tidak dikunci, ayo bungkus bayinya."

Kedua pria ala ninja itu mengendap-ngendap keluar dari rumah Bu Janeeta. Membawa Talita yang terlelap.

Alina kembali ke kamar membawa banyak keperluan Talita pemberian dari tetangga. Matanya terbuka lebar, dahinya berkerut tatkala melihat pintu kamar yang menganga. Berlari Alina ke box bayi, dicarinya Talita ke seluruh kamar.

"Talita sayang, dimana kau Nak? Ta...lita, tolonggggggg!" Alina berteriak histeris.

"Alina ada apa?" Bu Janeeta dan dua orang asistennya berlari ke kamar Alina.

"Talita, Talita hilang Bu!" Alina menunjuk ke box bayi

"Astaghfirullah, baru sebentar kita tinggal. Kemana kamu Talita?" Bu Janeeta panik. Mereka keluar rumah memberitahu warga atas hilangnya Talita.

Seluruh warga Kampung Rambutan yang sangat menyayangi Talita saling bantu mencari keberadaannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!