Sepintas Tentang Mu

Sepintas Tentang Mu

Hamil?, Bukan aku pelakunya

Anita atau yang akrab di panggil Nita itu terdiam di atas ranjang tidur miliknya, Pikiranya menerang kejadian malam tadi yang mampu meneteskan buliran air mata yang mengalir diwajahnya.

Tubuhnya terasa gemetar, jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya dan bibirnya yang sudah tidak dapat lagi menceritakan betapa kacaunya hatinya.

"Nita, Apa yang telah kamu lakukan?" teriak Hendra selaku ayah kandungnya.

Saat itu Nita sedang tertidur pulas diatas kasur empuk miliknya harus terpaksa terbangun saat mendengar suara besar milik ayahnya itu.

"Nita tidak melakukan apa apa Yah!" jawab Nita yang kini sudah terduduk diatas ranjangnya dan mulai mengumpulkan kesadaranya perlahan, serta mulai membuka matanya dan menetralkan tubuh dan amarahnya.

"Tidak usah berbohong kamu!"

Hendra dengan kasar menarik tubuh putrinya itu hingga terduduk diatas lantai.

"Nita tidak mengerti maksud Ayah!" balas Nita spontan karena secara tiba tiba saja pria itu memperlakukanya secara tidak layak dan tidak pantas.

"Adikmu sudah menceritakan semuanya pada Ayah!" kekeh Hendra yang masih tidak dapat di mengerti oleh Nita.

"Apa yang Sasa ceritakan pada Ayah?" tanya Nita yang masih dilanda kebingungan. Dia yang baru saja terbangun dan langsung menghadapi masalah seperti ini.

"Munafik kamu!" murka Hendra. Ia menunjuk wajah putrinya itu dengan jari telunjuknya dan menatapnya dengan sangat tajam.

"Aku tidak mengerti maksud Ayah sedari tadi!" jujur Nita yang benar benar tidak mengetahui arah pembicaraan ayahnya itu.

"Kamu bilang kamu tidak menyukai Refan, anak sipembunuh itu, nyatanya diam diam kamu memiliki hubungan spesial di belakang Ayah, sadar Nita, Ibumu meninggal karena Ranton yang tidak bertangung jawab itu!"

"Ayah, Ibu meninggal murni karena kecelakaan dan itu sudah tertulis di takdir ibu dan usia ibu memang segitu, itu sudah ajal Ibu, Ayah!" Nita berusaha memberikan sedikit pengarahan pada pria yang berstatus ayahnya itu.

"Kamu bicara seperti itu karena kamu menyukai si Refan, anak begajulan itu!" teriak Hendra dipuncak amarahnya.

"Ayah, Aku tidak pernah sedikit pun menaruh rasa pada lelaki yang Ayah maksud dan aku juga tidak memiliki hubungan denganya, berhentilah Ayah menuduhku dengan kalimat itu!"

"Kalau kamu tidak memiliki rasa padanya, kenapa kamu membelanya?"

"Karena kematian Ibu adalah takdir Ayah, berhenti menyalahkan Om Ranton, Om Ranton itu orang baik hanya saja anaknya yang berkelakuan seperti preman!" jelas Nita lagi.

"Ayah akan menikahkan mu dengan Refan!"

Berat mulut Hendra untuk mengatakan kalimat itu namun, itu harus segera di ucapkanya. Ia memalingkan wajahnya dari anak sulungnya itu karena itu hal terberat yang akan dilepasnya apalagi ia harus menikahkan putrinya dengan putra seorang pria yang sangat di bencinya.

"Aku tidak pernah menyukai Refan, Ayah!"

"Tidak usah berbohong lagi kamu di hadapan Ayah, Sasa, adikmu sudah menceritakan semuanya pada Ayah, dia bilang Refan sudah melakukan hal senonoh padamu dan Ayah tidak terima akan hal itu, dia berbuat dan dia juga harus bertanggung jawab, jangan seperti papanya itu yang lari dari tanggung jawab begitu saja!"

"Aku tidak pernah di apa apain oleh Refan, Ayah bahkan aku tidak pernah berbicara empat mata denganya!"

"Kamu terlalu munafik!"

Selesai meninggalkan kalimat yang tentu sangat menyakitkan bagi Nita itu, pria kekar itu pergi meninggalkan putri sulungnya.

Dada Nita terasa sesak saat kembali mengingat kejadian itu, tega ayahnya sendiri mengatakan kalimat itu padanya. Ucapan kasar seperti itu memang sudah biasa di terima oleh Nita dan hal itu tidak lagi menjadi hal yang paling menyakitkan baginya, sekarang yang menjadi beban fikiranya adalah bagaimana jika benar ia akan di nikahkan oleh pria yang sangat asing baginya karena ia tahu betul watak ayahnya itu, apa yang telah di katakan oleh ayahnya maka akan segara di laksanakan apalagi dengan kondisi pendidikanya yang belum selesai.

"Nit!" sapa Ninda yang merupakan teman sebangkunya. wanita sebayanya itu datang dengan membawa beberapa makanan ringan yang baru saja dibelinya dari kantin dan di letakanya diatas meja.

Lama bersahabat membuat Ninda mengetahui ada sesuatu yang menganjal di fikiran sahabatnya itu tanpa harus di pertanyakan dahulu. Wajah yang tadinya di balut senyum manis kini berubah menjadi wajah sendu saat melihat wajah Nita sahabatnya yang sedari tadi tampak murung dan hanya terdiam.

"Kamu ada masalah apa Nit?" tanya Ninda sembari membuka beberapa cemilan yang baru dibelinya.

"Aku tidak ada masalah apa apa!" balas Nita tersenyum tipis.

"Sudah berapa lama kita berkenalan, mana mungkin aku tidak mengetahui perbedaan sikap mu!" ucap Ninda yang kembali bersikap santai seolah tidak peduli dengan kondisi sahabatnya itu dan sembari memakan makananya.

"Aku tidak apa apa Nin!"

"Woy, Refan balikin makanan gue!"

Dengan gaya premanya Ninda yang sempat duduk di kursinya kini bangkit dan memukul meja dengan cukup keras, kini seluruh pandangan siswa yang berada di kelasnya mengarah padanya.

"Kenapa lu?" tanya pria yang bernama Refan itu kembali menghampiri Ninda dan memakan makanan yang di ambilnya dari Ninda serta melahapnya tanpa rasa bersalah.

"Ehh lu jadi orang jangan belagu ya!"

"Anak orang bisa lu copasin tidak dengan gue!"

Refan yang mendengar ucapan Ninda itu sedikit tertawa merendahkan dan pergi meninggalkan Ninda yang masih dalam keadaan marah.

Pandangan Ninda kini kembali mengarah pada wajah Nita yang tampak lesu dan seperti tidak memiliki gairah hidup. Ada apa dengan sahabatnya ini? pikir Ninda yang mulai tidak tenang dengan ekspresi wajah Nita.

"Kamu kenapa Nit?" tanya Ninda yang kini sudah duduk berhadapan dengan Nita.

"Aku baik!"

"Kamu tidak bisa membohongiku Nit!" ujar Ninda yang kini menatap Nita dengan sangat dalam.

"Bagaimana pendapatmu tentang Refan?" tanya Nita yang mulai memberanikan diri untuk menanyakan tentang sosok pria yang sebelumnya ia sendiri tidak peduli dengan pria itu.

"Aku menanyakan kondisimu bukan malah kamu bertanya tentang pria bejad itu!" balas Ninda yang sedikit kesal dengan pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu.

"Kamu jawab dulu pertanyaan ku baru akan ku ceritakan masalah ku!" balas Nita dengan menatap kearah depan dengan tatapan kosong tanpa mengarahkan sedikit pun pandanganya pada  Ninda yang sedari tadi menatapnya dengan tajam.

"Siapa pun wanita yang menikah dengan Refan adalah wanita terbodoh yang pernah aku tahu, siapa yang mau menikah dengan pria bejad seperti dia, hahaha hanya wanita tol*l" ujar Ninda dengan tawa renyah pada akhirnya.

Nita yang mendengar hanya mampu menelan ludahnya, dadanya terasa sesak mendengar penuturan sahabatnya itu karena walaupun ia tidak menyukai pria itu, ayahnya akan tetap menikahkanya dengan Refan hanya karena ucapan tidak benar yang diucapkan oleh adiknya dan ayahnya yang selalu saja lebih percaya pada perkataan dusta adiknya daripada apa yang dikatakanya.

Apa yang harus dilakukanya sekarang? membantah atau mengikuti perintah Ayahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!