"Aku tidak menyuruhmu menyukai Kak Nita, aku hanya minta kamu menikahi kak Nita!"
"Apa kata mama dan papaku kalo aku nenikahi gadis yang sudah hamil dan bukan aku pelakunya dan kenapa tidak yang menghamilinya saja yang menikahinya?"
"Aku juga tidak menyuruh mu merawat anak kak Nita, kau hanya menikahi kak nita, nanti ketika sudah beberapa bulan orang orang sudah mengetahui kalo Kak Nita sudah hamil dari pernikahanan itu kamu boleh ninggali kak Nita, aku ngerti kok perasaan kamu masak iya seorang lelaki baik harus menikahi wanita kotor seperti kakak ku?" ujar Sasa dengan memasang raut wajah sedih.
"Lalu apa kata orang jika mereka tau aku menikahi Nita dan meninggalkan Nita disaat wanita itu hamil anak ku, tidak mungkin!, Aku sudah tidak memiliki harga diri lagi di hadapan mereka dan mau di taro di mana muka ku nanti?"
"Kamu sayangkan pada ku?, kamu juga ngk maukan aku dibuli?" ujar Sasa dengan nada mengoda.
"Ta...tapi!"
"Selesai kamu menceraikan kak Nita, aku siap menjadi istrimu!"
Kalimat itu akhirnya terucapkan juga dari bibir Sasa karena ia yakin kalau Refan sangat mencintai dirinya dan rela melakukan apa pun demi dirinya bahkan hal seperti ini pun akan di lakukanya jika menikah denganya adalah hadiah dari hal ini.
"A...apa katamu?" tanya Refan dengan gugup.
"Apa kau menolak tawaranku?"
"Tidak, apa pun akan ku lakukan untukmu!"
"Baiklah, ayah ku di dalam datang dan temuilah ia seolah kau adalah pelaku dari semua ini!"
"Tetapi kamu juga harus mengingat ucapan mu!"
"Aku tidak mungkin berkhianat dengan mulut ku!"
Setelah menghembuskan nafas panjang, Refan berusaha memberanikan diri menemui Hendra selaku pemilik rumah besar ini.
Lagi lagi Refan menarik nafasnya dan menghembuskanya perlahan, matanya menoleh kearah belakang seakan meminta semangat dari wanita yang menyuruhnya itu dan Sasa hanya membalasnya dengan senyum tipis.
Mata Refan menangkap sesosok lelaki paruh baya yang tengah membaca koran dengan di temani secangkir kopi di sebelahnya di atas sebuah kursi goyang.
"Sudah sana temui dan akui pada ayah!" ujar Sasa dengan sedikit mendorong tubuh Refan agar segera mendekati ayahnya.
Dengan kaki yang gemetaran, wajah yang pucat pasih dan mulut yang sulit untuk mengeluarkan sebuah kata, Refan menemui pria paruh baya itu dengan tertunduk penuh ketakutan seolah emang betul ia adalah dalang dari semua kesalahan ini padahal, ia merasa takut pada Hendra karena lelaki itu sangat membenci ayahnya sedangkan diri sangat mencintai putrinya.
"Berani juga kamu menemui saya!" ujar Hendra yang langsung meletakan koranya dan menatap Refan dengan sangat tajam dan berdiri mengelilingi tubuh Refan.
"Maafkan saya Om!"
"Waktu itu saya kelepasaan!" ujar Refan tertunduk ketakutan.
"Bagaimana mula dari kejadian menjijikan ini?" tanya Hendra yang menstabilkan amarahnya.
"Saya dan Nita memiliki hubungan spesial di belakang Om dan saya sangat mencintai Nita, anak Om, namun malam itu saya dalam keadaan nafsu berat yang tidak dapat saya kendalikan hingga terjadilah kejadian yang tidak di inginkan ini!"
"Saya mohon maaf Om!" ucap Refan yang kini sudah memeluk kaki Hendra.
Ia kini sudah berjongkok di hadapan pria kekar itu dengan memeluk kaki Hendra dan air mata yang mengalir di wajahnya, berharap ada perasaan iba di hati pria itu dan memberikanya izin untuknya menikahi Nita.
"Kamu memang pria breng*ek sama seperti Papa mu!" murka Hendra dengan menghembaskan tubuh Refan dari kakinya, sungguh perlakuan yang tidak baik.
"Om, Saya mohon izinkan saya memperbaiki kesalahan saya dan menikahi Nita, Om agar saya bisa menjadi ayah dari anak saya dan Nita kelak Om!"
"Apa Om tidak kasihan jika kelak anak itu terlahir tanpa kasih sayang seorang ayah padahal ayahnya masih ada terlebih jika anak itu adalah anak pertama perempuan Nita, Om!" bujuk Refan.
"Ayah, berikanlah Kak Refan kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Kak Refan tulus meminta maaf pada ayah dan aku juga yakin kalau Kak Refan mampu membahagiakan Kak Nita dan anaknya nanti, semua orang punya kesalahanya ayah!"
Sasa yang baru saja muncul dan menghampiri keduanya berusaha untuk membantu Refan membujuk ayahnya dan Sasa juga yakin kalau setiap apa yang di katakanya akan di percaya oleh ayahnya itu.
"Walaupun Nita begitu, Nita tetap anak ku, darah daging ku, maka tidak akan kubiarkan seorang pun menyakitinya termasuk kamu!" ujar Hendra dengan menunjuk kearah wajah Refan.
"Masuk kamu keperangkap ku, Nita!" ucap Sasa dengan senyum licik yang di punyanya.
"Sekali kamu sakiti dia, kamu akan berhadapan dengan saya!" ucap Hendra dengan tegas.
"Sekarang ayah bilang gitu, tidak dengan kedepanya karena aku akan membuat Nita sangat di benci oleh ayah dan aku akan menjadi anak kebanggaan ayah!" gumam Sasa lagi.
"Tunggu kehancuraan mu, Nita. Selama ini sudah cukup waktumu menjadi anak kesayangan ayah sekarang tibalah waktu ku, terima saja takdirmu!"
Sasa adalah sosok wanita yang bod*h tentang kehidupan, ia selalu saja merasa iri dengan kehidupan kakaknya dan selalu merasa kurang dengan apa yang di milikinya bahkan Sasa memiliki niat untuk menghancurkan Nita sehancur hancurnya padahal Nita sendiri selalu bersikap baik padanya, sepertinya Sasa sudah benar benar di hantui oleh sifat ibl*s.
"Om, Refan mohon izinkan saya untuk memperbaiki semuanya dan menikahi Nita dan saya berjanji akan membuat Nita dan anak saya kelak bahagia hidup bersama saya!" ucap Refan dengan memohon sembari ingin mengengam kedua tangan Hendra namun di tolak oleh lelaki paruh baya itu.
"Baiklah demi kebaikan putriku, Nita dan permintaan Sasa maka akan ku izinkan kamu menikah dengan anaku dan merawat cucuku!" ucap Hendra yang kemudian langsung berlalu meninggalkan keduanya.
Refan langsung menatap wajah Sasa dengan senyum lebar penuh bahagia, akhirnya perlahan keinginanya untuk memiliki Sasa akan terwujud walau dengan cara yang sangat sulit seperti ini bahkan di bilangi dapat melukai orang lain.
"Jangan lengah, jalankan rencana kita dengan baik!" ucap Sasa dengan mengalihkan pandanganya dari Refan.
"Baiklah!"
"Rencana apa yang kalian maksud?"
Tiba tiba saja Nita muncul di antara keduanya dengan masih menyandang tas sekolahnya dan pakaianya yang belum berganti dan masih mengenangkan baju sekolah, Refan menatapnya terkejut. Apa Nita belum mengetahui tentang hal ini dan Sasa justru menatap Nita dengan santai tanpa rasa bersalah.
"Kami hanya melakukan apa yang terbaik untuk mu!" ucap Sasa dengan sinis tepat di hadapan Nita saat akan melewati kakaknya itu dan pergi meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan itu.
"Apa yang kalian bahas tadi?" tanya Nita pada Refan.
"Kami hanya bermaksud baik pada mu!" ucap Refan yang ikut meninggalkan Nita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments