"Ada apa kamu menanyakan itu? jangan bilang kamu menyukai pria aneh buruan setiap kiler itu!" tanya sekalian tuduh Ninda pada Nita.
"Aku tidak menyukainya!" balas Nita seadanya.
"Lalu kenapa kamu menanyakan? tumben sekali!"
"Aku hanya ingin tahu pendapatmu!"
"Tapi jangan sampai ya kamu menyukainya!" ujar Ninda yang kali ini nada bicaranya sangat terdengar serius.
"Hm!" singkat Nita yang sudah tidak tahu harus mengatakan apa.
"Pertanyaan ku tadi belum kamu jawab, kamu kenapa?" tanya Ninda kembali.
"Aku tidak papa hanya saja semalam aku begadang dan sekarang aku kurang tidur!" bohong Nita.
"Aku tidak percaya dengan ucapanmu!"
"Itu terserahmu." balas Nita yang langsung meninggalkan Ninda yang masih dikursinya.
Bruukkkkkk.
Nita menyempatkan pandanganya mengarah pada orang yang sempat di tabraknya dan seketika ia langsung tertunduk takut sekaligus malu pada orang yang berada di depan itu apalagi ketika orang itu menatapnya dengan sangat intens.
"Hai!" sapanya pada Nita dengan tangan kiri yang memegang ujung pintu dan menaikan sebelah alisnyaa pada Nita, ibarat seorang pria yang sedang mengoda gebetanya.
"Iy.. iya!" jawab Nita gugup tanpa berani memandang wajah orang itu.
"Gue titip salam sama adek loh, Sasa!" ujar orang yang tak lain adalah Refan, orang yang akan di jodohkan denganya itu.
Seketika pandangan Nita langsung tertuju pada pria itu, apa Refan menyukai adiknya?. Orang yang menjadi dalang dari permasalahan ini.
"Apa yang sudah kamu ceritakan pada Sasa tentang ku?" tanya Nita berusaha untuk memberanikan dirinya untuk menanyakan hal itu.
"Aku belum pernah berbicara pada Sasa!"
"Pasti Sasa sudah semakin cantik!"
"Aku serius Refan!"
"Kamu serius mendukung ku mendekati adikmu, Sasa?"
"Susah bicara denganmu!" ujar Nita pada akhirnya dan memilih untuk meninggalkan Refan dan berjalan menuju perpustakaan untuk menenangkan fikiranya.
Saat ini Nita sudah terduduk di salah satu kursi yang ada di dalam perpustakaan yang menjadi salah satu fasilitas di sekolahnya dengan buku yang sudah berhadapan dengan wajahnya namun, tidak dengan fikirannya yang sudah melayang entah kemana.
"Apa yang sudah Sasa katakan pada ayah hingga ayah ingin menjodohkan ku dengan anak dari seorang yang paling ayah benci?" pikir Nita.
"Lalu, kenapa Refan bilang belum pernah berbicara dengan Sasa? Siapa yang harus ku percaya?".
Nita bersama fikiranya mulai merasa kacau dan tidak karuan bukan hanya soal perasaan tetapi mimpi mimpi yang sudah di bangunya sejak lama juga harus kandas dan hancur jika ia benar benar akan menikah dengan Refan atas fitnah yang adiknya itu tunjukan padanya.
Mimpinya menjadi seorang jurnalistik yang handal dan profesional harus kandas hanya karena sebuah ucapan yang tidak betul sama sekali adanya.
Sempat terbayang di fikiranya dahulu, ia harus berangkat pagi dan berlari cepat hanya untuk mendapatkan sebuah berita yang akan di siarkanya di televisi, tentu menyenangkan bukan? berlari setiap harinya akan membuat tubuhnya semakin sehat dan tidak perlu melakukan diet apa pun untuk menciptakan tubuh rampingnya.
Mengingat sekilas tentang impianya itu membuat buliran bening kembali menetes di wajah chubinya, Nita benar benar tidak bisa membayangkan bagaimana nanti hari harinya jika ia sudah menikah apalagi di usianya yang di terbilang masih sangat mudah bahkan pendidikan SMAnya saja belum selesai walau hanya tinggal beberapa bulan, lalu bagaimana jika nanti ia harus menghadapi kerasnya rumah tangga yang belum terbayangkannya.
Setiap waktunya ia harus melayani dan menatap wajah Refan, lelaki yang selalu menjadi teman sekelasnya walau sekelas namun jarang sekali Nita berkomunikasi panjang denganya, paling hanya membahas tentang tugas itupun hanya di lakukanya di sekolah.
Dadanya mulai terasa sesak memikirkan itu semua, impianya harus hancur dan ia juga harus meninggalkan sesosok lelaki yang hampir empat tahun ini di agung agungkanya secara diam diam tanpa sepengetahuan orangnya.
"Selamat tinggal Afdhal, pria terbaiku!"
Ucapan lirih itu sempat terucapkan dari bibir Nita dengan sendirinya.
Brughhhh.
Nita mengarahkan pandanganya pada sumber suara dan melihat seorang anak perempuan yang bisa di tebaknya adalah adik kelasnya. Nita menghampiri orang itu dan membantu gadis yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya itu memunguti buku buku yang sempat terjatuh di atas lantai.
"Terima kasih Kak!" ujarnya saat Nita memberikan tumpukan buku yang sudah di kumpulkanya pada gadis itu.
"Sama-sama!" balas Nita yang hendak meninggalkan adik kelasnya itu.
"Kak!" panggilnya lagi. Nita menoleh kearah sumber suara dan menghentikan langkahnya serta kembali menghampiri adik imut yang baru di temuinya.
"Aku boleh kenalan sama Kakak?" tanyanya sedikit ragu dengan kepala yang menunduk takut Nita akan menolak tawaranya.
"Saya Anita" ujar Nita sembari mengulurkan tanganya pada gadis itu.
"Saya Widya Kak!" balas gadis itu pula dengan penuh antusias dan semangat yang membara.
"Kamu kelas berapa?" tanya Nita pula yang tentu raut wajah adik kelasnya itu memunculkan keakrabanya di hatinya sepertinya gadis yang di temuinya ini gadis baik baik dan terlihat sangat sopan.
"Saya kelas X IPA 3 Kak!" jawabnya tersenyum tipis.
"Yasudah kamu belajar dengan baik ya!" ujar Nita lagi dengan mengelus pundak Widya dengan lembut.
Widya menatap kepergian Nita dengan senyuman tipis yang menebar di bibir ranumnya. Kakak kelas yang ditemuinya kali ini benar benar sangat baik dan tidak memperlakukan adik kelasnya dengan sesuka hati bahkan ia juga merasa kalau Nita adalah orang yang sangat rama walau pada orang yang baru di kenalnya.
"Sampai jumpa lain waktu Kak!" gumam Widya yang kemudian kembali melanjutkan aktivitas sebelumnya.
Bel berbunyi pertanda kegiatan belajar juga harus segera di mulai bukanya berjalan menuju kelas Nita malah memilih untuk mendatangi kantin dan memesan makanan, ini sungguh tidak biasa, Ada apa denganya?"
Sembari menunggu pesananya datang, Nita memakan kerupuk yang memang sudah terhidang di atas meja kantin itu dengan di balut saus yang sangat banyak dan cabe yang juga tidak kalah pedas.
"Tumben Nit datang kekantin di saat jam pelajaran" tegur sekaligus sapa Ridhu yang mengantar makanan padanya.
"Lagi badmood buat belajar!" balas Nita acuh yang masih memakan kerupuk miliknya tanpa memperdulikan kehadiran Ridhu yang sudah duduk di hadapanya.
"Tuh makanan loh di makan!" ujarnya.
Tanpa membalas perkataan Ridhu yang merupakan anak dari pemilik kantin sekaligus orang yang menjadi teman baiknya itu. Nita memakan makananya dengan lahan seperti orang yang sedang sangat kelaparaan. Nita lakukan itu untuk meluapkan seluruh amarahnya pada makanan yang ada di hadapanya itu karena tak ada seorang pun yang dapat di jadikanya tempat menumpahkan isi hatinya saat ini.
"Lapar banget loh?" tanya Ridhu yang melihat Nita tidak seperti biasanya, biasanya gadis itu selalu makan dengan santai dan selalu berkata makanan tuh dinikmati, jika ada seorang yang selalu menyuruhnya cepat ketika makan, dan kini ia malah berubah secara drastis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments