Mas Kulkas
Tujuh tahun berlalu tak lantas membuat ingatan tentang pengkhianatan oleh adik sepupunya menghilang. Kejadian itu masih melekat erat di ingatannya. Mencintai setulus hati, tapi dibalas dengan sebuah pengkhianatan yang tidak bisa ditoleransi. Gavin Agha Wiguna, lelaki tampan yang tak beruntung dalam hal percintaan.
Hembusan napas kasar keluar dari mulutnya. Hari ini adalah hari terkahir dia bertugas di perusahaan sang kakak. Dia ditarik oleh sang ayah ke Indonesia untuk mengelola perusahaan yang memang sudah disiapkan untuknya.
"Sudah waktunya."
Suara sang kakak membuyarkan lamunannya. Agha menatap sang kakak yang masih sangat tampan dan terlihat muda.
"Ya."
Agha sudah membereskan semua barang miliknya yang ada di ruangan tersebut. Semuanya dia masukkan ke dalam ke kardus. Rangga menepuk pundak Agha dengan begitu lembut. Dia sangat suka dengan kinerja Agha yang sangat luar biasa.
"Lakukan ini juga di perusahaan Daddy."
Agha hanya mengangguk. Semakin ke sini sifat dinginnya semakin menjadi ketika ada salah satu karyawan di perusahaan Rangga mengajak Agha berkencan sekaligus tidur bersama. Sungguh membuat Agha geram karena itu sama saja merendahkan dirinya.
Nasib wanita itu berkahir naas. Di mana dia keluarkan dari perusahaan secara tidak hormat karena Agha membuat wanita itu tak memiliki wajah. Juga dibenci semua orang. Selain dingin, dia juga termasuk lelaki kejam yang bisa melakukan apapun tanpa orang lain ketahui.
.
Agha sudah berada di dalam pesawat menuju Jakarta. Dia sudah memasang airpods untuk menemani penerbangannya. Baru juga memutar lagu lokal, dia sudah disuguhkan lagu melow.
Andai sejak awal
Ku tahu akhirnya begini
Ku tak akan mau mencintaimu
Tlah sedalam ini
Entah apa salah dan dosaku
Hingga Tuhan pertemukanku denganmu
Hancurkan diriku
"Ku kira lagu, ternyata kisahku," gumam Agha dengan begitu pelan. Bibirnya pun sedikit terangkat. Menertawakan kebodohannya.
Penerbangan yang memakan waktu cukup lama dia gunakan untuk beristirahat. Padahal sang ayah sudah menawarkan penjemputan dengan menggunakan pesawat pribadi. Namun, Agha menolak. Dia tidak ingin menggunakan fasilitas ayahnya selagi dia masih bisa menggunakan fasilitas umum.
Dia juga melarang ayah, adiknya dan juga sang ibu untuk menjemputnya. Serta dia melarang ayahnya untuk memberitahu keluarga besarnya bahwa dia akan kembali ke Jakarta hari ini.
Setelah mengudara cukup lama, akhirnya dia tiba di Jakarta. Agha tersenyum ketika dia menginjakkan kaki lagi di tanah di mana dia dibesarkan. Sebelum pulang ke rumah, Agha mampir terlebih dahulu ke kedai kopi. Agha bukan orang yang senang keramaian. Dia malah senang menikmati waktu sendiri.
Ponselnya dia aktifkan kembali dan sudah banyak pesan masuk. Semuanya adalah laporan mengenai adik-adiknya. Agha membaca dengan seksama. Hingga nama Ahlam tertera juga di sana.
"Dia dikirim Tuan Aksara ke LN dan ditangani oleh Axel."
Agha menghela napas kasar. Dia tidak pernah berkomentar apapun tentang setiap laporan yang dia terima. Dia hanya memantau adik-adiknya. Begitu juga dengan adik kandungnya yang dulu pernah mengejar anak dari Rindra Addhitama, Rio. Padahal, usianya terpaut sangat jauh.
Sekarang, adiknya tengah fokus di dunia tarik suara. Di mana itu menjadi hobinya yang menurun sang mommy. Agha menutup ponselnya dan menyesap es kopi yang dia pesan. Ketika dia menoleh ke arah luar kedai kopi, dia melihat seorang wanita berjalan menggunakan jaket yang dia kenali. Matanya memicing.
"Woiy!"
Suara seseorang membuat Agha terkejut. Pandangannya pun langsung terputus. Dia berdecak kesal ketika seorang lelaki tampan seusianya sudah melebarkan senyum.
"Susah punya teman mata-mata mah," oceh Agha.
"Mau lu ke bulan pun pasti gua tahu."
Siapa lagi jika bukan Reksa, sahabat Agha yang kini sudah menjadi ahli IT sekaligus mata-mata. Jujur, Agha sangat merindukan si telinga lebar itu yang selalu menyebarkan happy virus. Setelah puas berbincang, mereka berdua pergi dari bandara menuju rumah Agha.
"Bohong kalau bokap lu gak tahu," ujar Reksa.
"Bokap gua mah miara cenayang. Jadi, apapun tentang gua dan adik gua dia pasti tahu." Reksa terbahak mendengarnya.
Tibanya di rumah, Reksa tak ikut turun. Dia memilih untuk pulang karena dia tidak ingin mengganggu lepas kangen keluarga Agha.
Ghea yang memang tengah libur kuliah dan tidak ada jadwal manggung hanya bersantai di rumah. Dia yang sedang berada di ruang keluarga berdecak kesal ketika mendengar suara bel berbunyi.
"Ke mana sih para penghuni rumah," omelnya sembari bangkit dari posisi uwenaknya.
Tubuhnya menegang ketika dia melihat lelaki tinggi berdiri di depannya. Dia membeku sesaat hingga senyum lelaki jangkung itu terukir.
"Mas Agha!!"
Dia berhambur memeluk tubuh sang kakak. Ada air mata yang menetes dari pelupuk mata Ghea saking rindunya dia kepada sang kakak yang sulit sekali memberi kabar. Juga sangat sulit untuk ditemui.
"Kenapa gak bilang? Adek kan bisa jemput."
Ghea masih memeluk erat tubuh Agha. Seakan dia tidak ingin ditinggalkan oleh kakaknya lagi.
"Mas ingin memberi kejutan kepada kamu."
Agha tersenyum ketika dia kembali merasakan kehangatan yang sudah lama dia rindukan dan dia pendam sendirian. Rumah yang masih sama seperti dulu.
"Mas, mau minum apa?"
Sungguh banyak perubahan dari adiknya. Ghea dengan cekatan menyiapkan cemilan dan minuman untuk sang kakak. Agha pun nampak bahagia melihat adiknya yang tidak manja lagi.
"Mommy ke mana?"
"Katanya mau ke rumah Bubu."
Baru saja menanyakan hal itu, suara sang ibu yang memanggil namanya terdengar. Riana memeluk tubuh Agha dengan begitu erat.
"Kenapa pulang gak bilang?" tanya sang ibu yang sudah menatap Agha dengan penuh rindu.
"Kejutan."
Aksa pun tersenyum. Agha menunduk hormat kepada sang ayah. Kemudian, dia menghampiri ayahnya dan mencium tangan sang ayah dengan begitu sopan. Aksa menepuk lembut pundak sang putra.
"Sudah siap mengelola perusahaan Daddy?"
"Siap, Dad."
Ghea dan Riana terkejut mendengar percakapan dua lelaki berbeda usia itu. Mereka saling pandang dengan raut penuh kebingungan.
"Agha akan membantu Daddy untuk mengurus perusahaan."
Aksa sudah memberikan clue. Namun, dua wanita itu masih belum mengerti.
"Jadi, Agha akan tinggal kembali di sini bersama kita."
Riana dan Ghea pun berteriak gembira. Mereka berdua berhambur memeluk tubuh Agha. Aksa menggelengkan kepala.
"Mas akan memantau Adek dua puluh empat jam. Semua jadwal Adek, Mas harus tahu."
Ghea yang tengah bahagia pun berdecak kesal. Mantap sang kakak dengan tatapan tajam.
"Kamu adalah permata berharga yang harus Mas jaga dan lindungi."
Kalimat itu membuat hati Ghea mencelos. Dia yang hendak marah pun dia urungkan. Ghea kembali memeluk erat tubuh sang kakak kembali.
"Makin sayang sama Mas."
"Pipo, Mas sudah kembali ke pelukan keluarga. Mas janji, Mas akan menjaga dan melindungi adik-adik Mas. Juga menjadi panutan untuk mereka."
...****************...
Komen dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rahmawati
gantengnya mas agha
2024-01-18
0
Ma Selly
kita baca dulu alur ceritanya
2023-12-23
0
Rohad™
Novel prequel dari novel ini apa ya thor judulnya?
2023-11-29
0