Gavin Agha Wiguna tersenyum bahagia karena tidak ada sedikit pun yang berubah dari kamarnya. Dia memang berpesan kepada kedua orang tuanya agar tak merubah kamarnya. Dia ingin ketika dia kembali ke Jakarta, tidak ada yang berubah dan masih tetap sama ketika dia meninggalkan tanah air.
Langkahnya terhenti ketika dia melihat figura yang berisi foto dirinya dan juga adik sepupunya, Ahlam. Dia menatap dengan lekat foto tersebut hingga terdengar helaan napas begitu dalam yang keluar dari mulut Agha.
"Bukan hanya uang yang dapat merusak persaudaraan. Wanita pun bisa membuat yang tadinya dekat semakin menjauh. Bahkan tak saling sapa," gumam Agha dengan begitu pelan.
.
Pagi hari Agha sudah siap dengan pakaian kerjanya. Sungguh dia sangat tampan dan wajahnya amat berkharisma. Auranya sangat terpancar.
Sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan terkejut ketika melihat sang putra sudah rapi. Agha teramat tampan melebihi ayahnya sewaktu muda.
"Loh, Mas? Emangnya langsung ngantor?"
"Iya, My," jawabnya sambil menarik kursi meja makan yang akan dia duduki.
"Tapi, Mas kan baru sampai, harusnya--"
"Nothing special for me and the others." Agha menjawab sambil tersenyum ke arah sang ibu.
"Tidak ada kata manja dalam dunia kerja."
Didikan keras sang ayah membuat Agha menjadi seseorang pekerja keras penuh tanggung jawab. Dia juga sangat totalitas dalam bekerja. Buktinya, di perusahaan sang kakak pun dia melakukan yang tebaik hingga perusahaan itu semakin berkembang dan juga semakin disegani. Bukan karena Agha anak dari Aksara, ataupun cicit dari mendiang Genta Wiguna. Dia disegani banyak orang karena kemampuannya yang membuat dia terkenal di Sydney, Australia. Bahkan, Agha meminta sang ayah untuk tidak menggemborkan siapa dirinya kepada khalayak umum. Dia merasa belum pantas untuk dikenal sekarang. Walaupun prestasinya sudah diakui di salah satu negara di negara kangguru.
Riana hanya terdiam mendengar ucapan sang putra yang tutur katanya percis seperti suaminya. Di balik rasa kasihan, ada rasa bangga yang Riana rasakan karena sang putra kini sudah sangat dewasa.
Aksa yang baru bergabung tersenyum penuh bangga kepada sang putra. Agha sangat disiplin dalam hal waktu.
"Are you ready?"
"Ya."
Aksa menepuk lembut pundak sang putra yang tak terasa sudah menginjak dewasa. Di mana usianya kini sudah hampir seperempat abad.
"Adek mana?" tanya Aksa. Ketika anak bungsunya belum bergabung bersama mereka.
"Palingan lagu siap-siap. Adek ngampus pagi hari ini."
"My, nanti kirimin jadwal Adek hari ini ke Mas," balas Agha.
"Untuk apa, Mas?"
"Mulai sekarang Mas yang akan memantau Adek."
Sesayang itu Agha terhadap adiknya. Padahal, dia sendiri sibuk, tapi masih mau memantau kegiatan adiknya.
.
Agha memilih untuk membawa mobil sendiri menuju perusahaan keluarga. Dia tidak mau disebut mendompleng nama besar sang ayah. Dia tengah berjuang untuk membesarkan namanya dari kerja kerasnya..
Rapat dadakan di pagi hari membuat para petinggi keheranan. Begitu juga dengan Aska yang diwajibkan untuk hadir. Begitu juga dengan Radit dan Echa.
"Sepenting apa sih rapatnya?" omel Aska ketika dia baru sampai di perusahaan keluarga. Pasalnya, Aska pun sibuk dengan perusahaan anak cabang yang tengah dia kelola.
Mereka semua sudah ada di ruang meeting dan tinggal menunggu Aksara. Radit dan Echa pun ikut pula hadir. Lima menit kemudian, Aksa datang seorang diri. Tak banyak berbasa-basi. Dia segera menjelaskan maksud dan tujuannya di acara rapat tersebut.
"Kita tahu, posisi direktur utama sudah sebulan ini kosong. Hari ini, saya akan mengumumkan direktur utama kita yang baru."
Para petinggi pun mengangguk mendengar ucapan sang pemilik Wiguna Grup. Beda halnya dengan Aska, Radit dan Echa. Mereka sangat tahu bagaimana Aksara menyeleksi manusia yang berkerja di sini. Apalagi, jabatan yang sedang kosong bukan jabatan sembaranga.
"Beliau sudah memiliki pengalaman kerja di Australia, dan saya yakin beliau akan membuat perusahaan ini lebih maju lagi."
Adik dan kakak Aksa kini menukikkan kedua alis mereka. Mendengar negara Australia membuat mereka berpikir keras dan mencoba untuk menerka.
"Rangga?" Echa menebak pelan sambil menatap Askara. Sang adik menggeleng pelan. Dia juga tidak yakin.
Hingga sebuah nama dipanggil oleh Aksara, "Gavin Agha Wiguna."
Mata ketiga saudara Aksa pun melebar. Mereka benar-benar terkejut dan masih tidak percaya dengan apa yang keluar dari mulut Aksa. Kedatangan seorang pria muda, tampan dan memiliki aura yang kuat membuat mereka terpana seketika.
"Selamat pagi semua."
Suara yang begitu tegas terdengar di telinga. Aska, Echa dan Radit masih speechless melihat keponakan mereka yang selama tujuh tahun ini jarang sekali bisa mereka temui. Kini, ketika Agha ada di depan mereka, mereka bertiga nampak terpana sampai tak bisa berkata.
"Beneran itu keponakan gua? Si Empin?"
Aska masih tak percaya. Waktu terlalu cepat berlalu hingga dia tidak sadar jika keponakannya sudah tumbuh besar.
Agha memperkenalkan diri dan juga menyebutkan pengalaman kerjanya kepada para petinggi Wiguna Grup. Di sela perkenalan diri ada yang bertanya perihal dirinya.
"Ada hubungan apa Anda dengan keluarga Wiguna?"
Ya, mereka meyakini jikalau direktur utama yang baru dan masih muda itu bukanlah dari orang sembarangan. Mereka tahu bagaimana selektifnya seorang Ghassan Aksara Wiguna.
"Saya adalah cucu dari Kakek Genta Wiguna."
Sengaja Agha menjawab seperti itu agar mereka berpikir dengan keras. Anak siapakah dirinya? Pasalnya Genta Wiguna memiliki dua orang anak kembar. Giondra dan Giandra, tapi Giandra lebih dulu dipanggil sang maha kuasa sebelum dia menikah.
Giondra Aresta Wiguna adalah penerus tunggal Wiguna Grup yang dibangun oleh sang ayah. Beliau memiliki dua orang anak kembar, Aksara dan Askara. Juga, satu orang anak sambung Elthasya Afani. Sedangkan kedua anak Gio sama-sama memiliki anak lelaki.
Agha tersenyum tipis, dia melihat mereka semua tengah berpikir keras. Menebak anak siapa dirinya. Setelah perkenalan selesai, mereka yang ada di ruang meeting bubar. Sedangkan Aska, Echa dan Radit masuk ke ruangan Aksara di mana ada Gavin juga di sana.
"Empin!"
Aska memeluk tubuh sang keponakan dengan begitu erat. Ada senyum penuh bangga yang sang paman berikan untuknya.
"Si ninja Hatori udah dewasa sekarang. Udah jadi Dirut."
Agha tersenyum mendengar pujian dari Askara. Dia menunduk hormat, lalu mencium tangan sang paman dengan penuh kesopanan.
"Berarti gua udah tua, ya."
Seketika mereka pun tertawa. Echa memeluk erat sang keponakan tampan yang kini sudah pantas disebut the next of Aksara.
"Bubu bangga sama kamu, Mas."
"Jangan memuji Mas, Bubu. Mas masih dalam proses belajar. Mas juga masih butuh bimbingan dari Bubu, Baba dan Uncle."
Aska menatap ke arah Aksara dengan sorot mata penuh bangga. Sungguh didikan keras sang kakak kepada Agha membuatnya menjadi orang yang begitu sopan dan penuh kharisma.
"Didikan keras bukan berarti tak sayang kepada anak, tapi itu membuat anak lebih kuat untuk menghadapi kerasnya dunia yang sesungguhnya. Apalagi masuk ke dunia kerja yang sikut sana-sini. Jika, bermodalkan mental tempe, tak akan menjadi manusia yang berkembang. Hanya bisa mengeluh, tanpa mau bangkit dan memperbaiki diri."
Agha tersenyum mendengar kalimat yang diutarakan sang ayah. Didikan ayahnya membuatnya menjadi manusia yang tak pernah menyerah dan tidak pernah puas dengan apa yang sudah dia gapai. Hingga menjadikannya seperti ini karena tempaan sang ayah.
"Di balik pria sukses, pasti ada wanita hebat si belakangnya. Spill dong ceweknya."
Agha menggelengkan kepala mendengar godaan sang paman. Sikap jahilnya masih tidak berubah. Seketika bayang seorang wanita berambut sebahu muncul di kepalanya. Wanita yang Agha lihat sekilas kemarin di bandara yang menggunakan jaket yang sama seperti jaket miliknya.
"Siapa dia? Kenapa bayangnya kini hadir di memori kepalaku?"
...***To Be Continue***...
Komen dong ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Habib Arshavin
agha😘
2024-12-03
0
Yus Nita
conta ada andangan peetanaa kaleee.../Proud//Hunger//Hunger//Hunger/
2024-08-28
0
Ma Selly
kira" siapa ya cewe itu
2023-12-24
0