Ratu Sihir
Ditahun 1870 lahir seorang anak perempuan yang memiliki rupa cantik dan mata yang indah, membuat siapapun yang menatapnya akan jatuh cinta pada bayi ini. Sanak keluarga yang mengetahui kelahiran bayi dari ratu, sangat gembira dan menangis terharu. Semuanya jadi ingin melihat bayi itu bahkan rakyat biasapun juga penasaran. Namun sang raja melarang ratu untuk memperlihatkan bayi mereka kepada orang lain.
"Adinda. Aku mohon jangan mengizinkan siapapun melihat bayi kita,"
"Kenapa? Dia sangat cantik semua orang pasti akan menyayanginya,"
"Biarkan dia besar dalam istana ini. Setelah umurnya menginjak delapan belas tahun, kita akan memperkenalkannya pada dunia luar."
"Kakanda. Bukankah itu terlalu kejam, kita mengurung dia,"
"Tidak sama sekali, ini demi kebaikannya,"
"Aku mohon, ikuti saja perkataanku." Ucap raja dengan mata yang memelas, tangannya menggenggam tangan ratu.
Jika sudah begini, aku tidak bisa memaksakan kehendakku. Batin ratu.
Ratu pun mengangguk.
Ratu itu bernama padantya dan raja itu bernama rawikara. Mereka melahirkan seorang putri yang diberi nama Haritala. Ini adalah anak pertama dan terakhir mereka, karna sebuah kesalahan mereka harus dikutuk hanya bisa memiliki satu anak.
..._____...
Tahun demi tahun telah berlalu. Ratu dan raja mulai menua, rambutnya yang mulai memutih dan wajah yang keriput tentu itu akan terjadi karna usia mereka hampir 60 tahun lebih.
Dan kini bayi kecil mereka sudah berusia 18 tahun. Untuk pertama kalinya raja membawa putrinya ke taman. Semua pelayan dan penjaga istana memandang kagum dengan kecantikan putrinya.
"Ya tuhan, matanya sangat indah." Puji salah satu pelayan.
Sepanjang jalan putri berjalan dengan girang. Raja terseyum melihat itu, putrinya sudah besar dan akan menjadi ratu. Terkadang raja sedih jika memikirkan putrinya menikah.
"Ayah. Apa boleh aku berjalan keluar?" Pinta Haritala, dengan mata yang berbinar.
"Saat ini tidak. Ayah membatasimu dua tahun lagi, kau tidak boleh keluar melewati gerbang besar itu." Jelas raja. Ia menunjuk gerbang besar yang ada jauh di samping mereka.
"Kenapa? Aku sdh besar," rengek haritala.
"Berhenti meminta, walaupun kau sudah besar kau tetap putri kerajaan. Jadi jaga sikapmu." Raja meninggalkan putri yang wajahnya terlihat sedih.
Ia berhenti di samping pengawal, "jaga dia." Perintah raja dengan suara pelan.
Raja pergi ke dalam istana. Para pelayan segera menghampiri putri yang terduduk sedih, pipinya mulai dibasahi air mata.
"Kenapa ayah mengekangku?" Tanyanya.
Para pelayan saling menatap, mereka bingung harus menjawab apa. Sejujurnya mereka juga tidak tahu kenapa raja mengurung putrinya di dalam istana.
Keesokan harinya Haritala berjalan-jalan, dia menemukan tempat di mana di sana tersimpan banyak buku, ya perpustakaan.
Dia berjalan menelusuri rak yang cukup tinggi. Dan berhenti di saat melihat satu buku tebal dengan sampul berwarna hitam dan merah darah. Kakinya menjinjit untuk menggapai buku itu. Sedikit lagi dia bisa, buku itu terjatuh mengenai kepalanya. Hatitala meringis sambil mengusap-usap kepalanya. Dia tidak peduli dengan rasa sakit, berlalu dia memungut buku itu. Dan berjalan menuju kursi yang tersedia.
"Wah, ini buku tentang sihir." Ungkapnya kagum.
Dari sini lah putri yang akan menjadi ratu memperlajari sihir, tanpa diketahui orangtuanya. Hanya ada satu pelayan yang tahu tentang ini dan pelayan itu menjadi pelayan pribadi Haritala, ia bernama Manika.
Haritala mengancam akan memberitahu raja bahwa Manika berniat ingin membunuhnya, jika saja Manika menolak dan melaporkan pada ratu dan raja bahwa Haritala mempelajari ilmu sihir.
...____...
...Tahun 1891...
Kini usia Haritala sudah menginjak 21 tahun. Tidak disangka dia lebih cepat diangkat menjadi ratu. Karena kesalahan sihirnya dia sudah membunuh orangtua‐nya tanpa dia rencanakan. Dia sedih ibunya telah tiada, namun tidak dengan ayahnya. Dia sudah terlanjur membenci ayahnya dan selama hidup ayahnya dia harus berpura-pura menerima adanya raja.
Kini Haritala duduk angkuh di singgasana. Menatap para pengawal yang berbaris menjejer ke samping. Dan para dayang dikedua sisinya yang memberi angin alami dari kipas besar milik ratu terdahulu. Dan Manika yang berada di sisi kanannya sambil memegang semangkok buah-buahan segar.
"Beritahu pengawal siapkan kuda, aku ingin menyapa rakyat." Ucap Haritala denga suara yang tidak begitu nyaring.
"Baik nyonya." Manika menunduk sopan lalu pergi.
Ratu sudah berada di atas kuda. Dia akan pergi dikawal empat pengawal dengan kuda.
"Nyonya. Kau yakin pergi tanpaku?" Tanya Manika.
Tanpa menunduk ratu menjawab, "ya."
"Ayo." Perintahnya pada pengawal.
"Ratu akan pergi, bukakan gerbang." Teriak salah satu pengawal.
Gerbang besar itu pun dibuka. Haritala menatap kagum ke arah luar sana. Berpuluh-puluh tahun dia dikurung di istana akhirnya dia bisa melihat dunia luar.
Kuda yang ditunggangi Haritala mulai melangkah keluar melewati gerbang.
Kelima kuda yang ditunggangi itu kini sudah sampai di pasar. Banyak orang yang memuji Haritala, karna kecantikannya. Haritala menatap mereka dengan senyuman.
"Tidak disangka putri raja secantik ini." Puji pembeli yang berdiri di depan pedagang buah.
"Dia sangat ramah." Kata penjual ikan.
"Yang mulia. Apa kau mau mampir? Roti ku sangat enak." Tawar pedagang roti.
Salah satu pengawal yang berada dekat dengan pedagang roti itu mengarahkan pedangnya tepat di depan dahi pedagang roti itu. Haritala mengangkat tangannya memberitahu pengawal itu agar menurunkan pedangnya. Ratu tersenyum ramah.
"Terimakasih atas tawarannya. Aku akn berkeliling sebentar." Kata ratu.
Kuda pun mulai melanjutkan langkahnya. Dan sekarang mereka sudah berada di tengah-tengah kota, di depan Haritala melihat sebuah patung besar yang dikelilingi air mancur kecil. Patung itu berbentuk naga yang sepertinya di depan mulut naga itu adalah ilustrasi api.
"Apa itu patung milik kerajaan ku?" Tanya Haritala.
"Ya." Sahut salah satu pengawal.
"Yg mulia. Kita akan berjalan sampai mana?" Tanya salah satu pengawal yang lain.
"Ke depan," sahut Haritala dengan senyum yang mengembang.
"Maaf yang mulia. Kita tidak bisa berjalan maju, patung itu juga adalah batas wilayah. Di depan sana adalah bagian wilayah raja kedamaian." Jelas pengawal di samping kanan haritala.
"Apa dia musuh?" Haritala menatap lurus ke depan.
"Bukan yang mulia, masih bisa dikatakan mereka adalah teman baginda raja." Jelas pengawal itu lagi.
"Baiklah, ayo aku ingin berkenalan dengan mereka." Haritala hendak menjalankan kudanya.
"Yang mulia. Kita harus membuat janji sebelum bertemu, di kerajaan memiliki peraturan jika ingin bertemu harus membuat janji terlebih dhlu." Peringat pengawal itu.
"Baiklah, buat janji. Aku ingin bertemu mereka besok dan hanya dikawal satu orang." Haritala menjalankan kudanya berbalik arah ke istana.
Keesokkan harinya. Haritala kini sudah siap dengan gaun merah maroon dan mahkota perak. Senyumnya tak pernah luntur.
Manika, membuka pintu. Dia tersenyim melihat Haritala yang sejak tadi hanya berdiri di depan cermin besar.
"Kau sudah cantik, nyonya, tidak perlu mengkhawatirkan penampilanmu." Goda manika.
"Aku harus terlihat cantik. Karna aku dengar-dengar raja itu memiliki seorang putra." Kata haritala, pipinya tersipu.
"Benar, pangeran itu bernama Gandawasa. Dan sebentar lagi dia akan menjabat sebagai raja kedamaian ketiga." kata Manika.
"Itu bagus,"
"Kami akan menikah, dan menjadikan kota ini tanpa batas wilayah." Ujar haritala. Ia merentangkan kedua tangannya, berputar sambil memejamkan mata.
Dia benar-benar bahagia. Batin manika.
Haritala menghampiri pengawal yang benar-benar dipercaya raja semasa hidup. Sebut saja dia Gardapati.
"Apa kau sudah membuat janji?" Haritala tersenyum girang membuat Gardapati menunduk sebentar untuk menahan senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Susu Kopi Cokelat
ceritanya bagus, keren
2023-12-18
0
spiderkid
saya suka sekali membaca cerita ini
2023-11-01
2