5. Menikah

Melihat keadaan semakin menuju ke arah yang akan membuat orang-orang perlahan mengetahui dirinya mempunyai ilmu sihir. Haritala jadi berpikiran untuk memberitahu lebih dulu sebelum orang-orang mengetahui dari mulut orang lain atau bahkan dari musuhnya, itu akan membuat namanya buruk dimata rakyat.

Ini hari kedua Gardapati kembali kehadapannya untuk memberitahu kabar lain. Benar-benar pengawal yang bisa diandalkan, pantas saja raja sangat mempercayai Gardapati. Dia benar-benar bisa dipercayai untuk menjadi tangan kanan.

Seperti biasa mereka mengobrol secara empat mata.

"Ini kabar buruk, aku tidak ingin nyonya mengetahui dari omongan rakyat," Gardapati menarik napas, sungguh kalimat yang berat untuk diucapkan.

"Raja kedamaian akan menikah."

Wajah Haritala seketika menjadi pucat ini lebih buruk dari pada dia ketahuan memiliki ilmu sihir. Perjuangannya selama ini sia-sia tidak memiliki hasil apapun, benar-benar diluar dugaannya. Siapa wanita yang memikat hati Gandawasa, tidak ada ratu lain di sini hanya dirinya. Ratu yang lain sudah berumur dan memiliki suami, keturunan mereka semua terbilang masih belasan tahun, apa mungkin Gandawasa menikah dengan anak kecil? Itu sungguh tidak mungkin.

Dengan tangan yang gemetar karna takut amarah Haritala meledak. Gardapati menyerahkan sebuah kertas kuning kecoklatan yang diikat dengan tali. Haritala menerima dengan hati yang hancur.

"Itu sebuah pemberitahuan tentang wanita yang akan dinikahi raja kedamaian."

Haritala sungguh tidak memiliki daya lagi untuk sekedar membuka ikatan itu. Gardapati pun membantu membuka ikatan dan membukakan golongan kertas itu.

Kasali pelayan kerajaan yang akan menjadi istri raja. Apa hanya seorang pelayan? Menurut perkataan pelayan lain mereka sering mengobrol disaat Kasali mengantarkan makanan untuk raja, raja sangat sering memberi senyumannya hanya untuk Kasali. Dia tidak sanggup bersuara hanya bisa membaca dalam hati.

"Jadi hanya seorang pelayan." Haritala menghempaskan kertas itu.

Situasi yang membuat Gardapati takut, ia takut Haritala mengamuk.

"Gardapati," panggil Haritala.

"Ya nyonya?" Gardapati mendekat karna satu jari Haritala menyuruhnya untuk lebih dekat.

"Apa menurutmu aku akan menyerah?"

Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang sulit dan cukup aneh. Bagaimana Gardapati tahu.

"Sepertinya tidak, karna nyonya adalah wanita yang kuat." Gardapati berucap untuk memberi semangat.

Haritala mendengar itu tersenyum miris, membuat senyum Gardapati luntur. Gardapati berpikir, apa perkataannya salah?

"Kau tidak salah, semua memandangku seperti itu," Haritala berjalan menuju jendela besar, ia menatap pemandangan luar yang dipenuhi pepohonan yg rindang.

"Apa jika aku meminta kalian untuk membangun sebuah rumah kecil di sana, itu akan memberatkan kalian?" Haritala menatap pohon-pohon rindang di bawah sana.

"Tentu tidak nyonya, kami dengan senang hati akan membuatkan itu untukmu. Jika kau hanya memerintahku itu pun tidak masalah." Kata Gardapati, dengan semangat yang tinggi dihati Gardapati. Apapun akan dia lakukan untuk ratunya.

Haritala menatap Gardapati. Jantung Gardapati pun menjadi tak karuan.

"Kenapa kau begitu rela berkorban untukku?" Entah hanya pertanyaan biasa atau sungguhan.

"Karna raja telah mempekerjakanku, bahkan saat itu aku masih berumur tiga belas tahun dia merawatku seperti anaknya. Jadi aku akan terus berkorban untuk kerajaan ini." Gardapati tersenyum, senyum yang berbeda dari biasanya. Namun Haritala tidak mempedulikan perbedaan senyum itu.

...___...

Tibalah hari pernikahan Gandawasa dengan Kasali. Tentu Haritala menghadiri pernikahan itu, walaupun hatinya benar-benar hancur.

"Yang mulia ratu," sapa salah satu rakyat kota Benignus. Itu adalah kota yang ada di wilayah raja kedamaian.

Haritala tersenyum, sungguh tidak mudah tersenyum dengan hati yang sakit. Seharusnya dia menangis sekarang.

Ratu duduk satu meja dengan para wanita yang kedudukannya juga tinggi.

"Gendhis tidak hadir,"

"Bagaimana bisa dia adalah sepupu raja,"

"Aku dengar-dengar dia hilang,"

"Jadi ini penculikan?"

"Mungkin ya, orang itu pasti ingin menghancurkan pernikahan raja,"

"Sepertinya orang itu menyukai raja, jadi dia berusaha menghancurkan pernikahan ini,"

"Tapi kenapa Gendhis yang orang itu culik? Kenapa tidak Kasali saja?"

"Hey, sopan sedikit dia akan menjadi ratu,"

"Benar juga, orang itu memiliki maksud lain."

Itu adalah obrolan tiga wanita meja sebelah, yang bisa didengar Haritala. Dengan tampang yang biasa seolah tak mendengarkan apapun, dia berusaha mencari tahu siapa Gendhis.

"Gendhis tidak datang?" Tanya wanita bergaun kuning emas, yang duduk satu meja dengan Haritala.

"Iya, aku dengar-dengar dia tiba-tiba menghilang," timpal wanita gaun merah muda.

"Perannya sangat penting di sini, kenapa bisa tiba-tiba meghilang," ucap wanita bergaun coklat.

"Apa dia diculik?" Kata wanita gaun kuning emas.

"Maaf, siapa Ge dhis?" Tanya Haritala dengan berani.

"Ah, ratu tidak tahu ya? Dia sepupu dekat raja." jawab wanita gaun coklat. Kebetulan dia duduk lebih dekat dengan Haritala.

Haritala mengangguk sebagai balasan.

Haritala tdk langsung pulag. Dia berencana menemui raja keabadian. Tanpa ada yang mengetahui dia menukar pakaiannya dengan Manika, dan Manika menaiki tandu sedangkan Haritala pergi mengenakan jubah hitam dengan kuda yang dibawa Manika.

Kini dengan dikawal Gardapati seorang, mereka pergi menuju rumah tua. Batara—raja keabadian, sudah mengetahui semuanya. Dan mereka akan bertemu di rumah Wizard.

"Selamat datang, ratu," sambut Batara.

Baru saja memasuki ruangan depan, Haritala dikejutkan dengan seorang wanita ygan diikat dan mulut disumpal dengan kain.

"Siapa dia?" Tanya haritala terbata-bata.

"Nyonya, dia adalah Gendhis pemilik darah phoenix." Jelas Gardapati, yang berada di belakang Haritala.

"Gendhis?" Haritali terkejut mengingat pembicaraan saat di pernikahan raja kedamaian.

"Yang mulia, terimakasih. Karna kau akhirnya aku bisa menemukan wanita ini. Tidak disangka pengawalmu sangat hebat." Kata Batara.

Memang sejak dulu Batara mengincar darah ini, sesuai gelarnya raja keabadian dia sangat terobsesi dengan hidup abadi. Sering kali dia berusaha menculik Gendhis namun selalu gagal, orang yang melindungi Gendhis sangat kuat. Namun tidak disangka kali ini orang itu bisa dibuat lengah dari Gardapati.

Haritala menatap Gendhis yang terus berusaha melepas ikatan, dia menjadi iba sekarang.

Aku tidak yakin untuk membunuhnya, apa bisa ini dilakukan tanpa membunuh? Haritala dibuat bimbang, dia tidak pernah membunuh secara sengaja.

"Ada apa yang mulia?" Tanya Batara. Dia menyadari jika sejak tadi Haritala terus menatap Gendhis.

"Apa bisa dilakukan tanpa membunuh?" Haritala benar-benar tidak bisa membunuh orang yang tidak bersalah secara sengaja.

"Biar aku yang melakukan," Batara tidak ingin rencana ini gagal.

Gendhis berhasil mengeluarkan kain dari mulutnya.

"Kalian bisa merobek dibagian telapak tanganku, tidak perlu membunuhku. Aku mohon ratu jangan membunuhku," Gendhis menatap Haritala, dia tahu Haritala tidak sekejam itu.

"Jika kita tidak membunuhnya, mungkin dia akan memberitahu orang-orang bahwa yang mulia lah yang telah menculiknya." Perkataan Wizard sangatlah benar, semua orang tidak bisa dipercaya.

"Aku berjanji tidak akan memberitahu siapapun tentang itu." ucap Gendhis dengan yakin.

"Termasuk org yg selalu melindungimu?" Batara berusaha agar Gendhis berjanji dengan jujur.

"Ya." Sahut Gendhis dengan pasti.

Batara memberi kode pada Wizard agar melepas ikatannya. Setelah selesai Wizard menyerahkan pisau yang sangat tajam pada Batara. Batara berjongkok di samping Gendhis. Sangat terlihat di sini tidak mempedulikan lagi kedudukan mereka sebagai apa.

"Lakukan sendiri." Perintah Batara.

Gendhis memegang pisau itu. Meyakinkan dirinya sejenak setelah benar-benar yakin, ia menggenggam pisau itu lalu menariknya. Darahnya mulai menetes banyak. Tentu sudah tersedia wadah di bawahnya.

"Lakukan dikedua tanganmu," perintah Batara. Sangat tamak.

"Bagaimana nanti dia melakukan aktivitas?" Tanya Haritala, dia tidak setuju dengan itu.

"Kau tidak tahu, ratu? Pemilik darah phoenix itu sangat spesial, luka mereka akan sembuh dalam waktu yang singkat." Batara tersenyum licik menatap Gendhis.

Haritala seakarang dibuat pusing. Tidak mungkin jika dia memiliki ketakutan dengan darah, namun dirinya benar-benar pusing sekarang. Beruntung Gardapati dengan sigap menangkap tubuh Haritala.

"Nyonya, ada apa?" Tanya Gardapati. Dia sangat khawatir dengan kondisi Haritala sekarang.

"Badanku tiba-tiba terasa lemas dan kepala ku pusing." Haritala berusaha mengendalikan dirinya, ia terlihat lemah sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!