Disaat jam istirahat, aku memilih untuk pergi ke UKS karena jika ke kantin pastinya aku akan bertemu dengan Raka.
Sebenarnya dari tadi Raka menelpon ku, tetapi aku terus menolaknya karena aku masih marah karena kejadian tadi.
Tiba-tiba pintu UKS dibuka oleh seseorang dan ternyata orang itu adalah Jevan. Ya, aku memang tahu bahwa Jevan pasti datang ke UKS sebab aku beberapa kali melihatnya ke UKS disaat jam istirahat.
"Lo ngapain disini?" tanya Jevan.
"Gue pingin rebahan."
"Lo marah ya sama pacar lo? makanya lo gak istirahat bareng dia," tebak Jevan.
"Enggak kok."
Disaat Jevan sedang menikmati makanannya, entah kenapa aku merasa lapar. Bahkan saat ini perutku tiba-tiba berbunyi, menandakan bahwa diriku sangat kelaparan.
"Lapar ya? sampai bunyi gitu perutnya."
"Enggak kok."
"Ayo kesini! kita makan bareng."
"Gak mau!"
Jevan mendekat kearahku, lalu ia menaruh makanannya di kasur yang ditempati olehku.
"Ayo makan! atau mau gue suapi?"
"Lo suka ya sama gue? kok perhatian banget."
"Kalau gue suka sama lo emang kenapa?"
Perkataan Jevan membuatku terdiam. Entah yang dikatakannya benar atau tidak, tapi yang jelas saat ini aku menjadi sangat canggung didekatnya.
Ting!
Aku melihat ponselku ketika melihat ada satu pesan masuk. Aku terkejut karena baru kali ini teman kelasku yang sangat pendiam tiba-tiba mengirim pesan.
"Tumben banget Ara kirim pesan."
"Ara? emang dia kirim pesan apa?" tanya Jevan penasaran, karena biasanya Ara mengirim pesan hanya saat penting saja.
Aku membaca pesan itu dan aku sebenarnya bingung mengapa Ara ingin bertemu denganku sekarang, padahal bisa saja nanti dia berbicara denganku di kelas.
"Ara pingin ketemu sama gue. Kayaknya ada hal penting yang ingin dia bicarakan."
"Ya udah suruh dia kesini aja."
Aku mengangguk dan segera membalas pesan dari Ara untuk memberitahunya bahwa saat ini aku berada di UKS.
Beberapa menit kemudian, Ara masuk kedalam UKS dengan raut wajah yang nampak canggung.
Wajar saja, Ara sangat pemalu. Jadi pastinya ia sangat canggung apalagi baru kali ini dia ingin mengobrol denganku.
"Mau bicara apa?"
Ara memandang kearah Jevan. "Bicara berdua boleh gak?"
"Oh oke." Jevan dengan sengaja menaruh handphonenya di ranjang untuk merekam pembicaraan antara Jena dan Ara.
"Jev, handphone lo!" teriakku, namun Jevan berkata bahwa dirinya akan ke toilet, maka dari itu ia menitipkan handphonenya kepadaku.
Setelah Jevan keluar, Ara mendekat kearahku sambil memainkan ponselnya. Dan tentu saja aku kebingungan karena katanya Ara akan bicara sesuatu, tetapi saat ini dia malah fokus dengan ponselnya.
"Ada apa sih?"
"Tunggu sebentar."
Beberapa saat kemudian, Ara menunjukkan sebuah foto kepadaku. Foto itu adalah foto Raka dan Tasya yang sedang berada di sebuah cafe.
"Waktu itu gue lihat Raka sama Tasya di cafe," jelas Ara.
"Iya, terus kenapa?"
"Kayaknya Raka selingkuh dari lo."
"Main berdua kan bukan berarti selingkuh," jelas ku, padahal sebenarnya aku juga takut jika yang dikatakan Ara memanglah benar.
Ara terdiam sejenak karena bingung harus berkata apa lagi supaya Jena mempercayai perkataannya. Maka dari itu, Ara memilih untuk pamit pergi.
"Mereka gak mungkin mengkhianati gue dan juga wajar aja dong kalau mereka ke cafe. Siapa tahu waktu itu mereka memang tidak sengaja ketemu dan akhirnya mereka memilih untuk makan bersama," gumam ku.
Tiba-tiba Jevan kembali masuk kedalam UKS dan dia buru-buru mengambil ponselnya karena takut Jena mengetahui bahwa dari tadi percakapannya terekam.
"Gue pergi dulu ya."
"Mau kemana?"
"Ke kantin, soalnya gue lapar banget." Aku bergegas pergi menuju kantin.
Skip
Sesudah membeli makanan di kantin, aku segera menghampiri Raka dan Tasya. Mereka terdiam saat aku mulai duduk dan itu membuat Jena merasa bahwa ada yang disembunyikan oleh keduanya.
"Lagi membahas apa?"
"Gak lagi bahas apa-apa, kita cuma ngobrol random aja," jelas Raka.
"Guys, gue ke kelas ya soalnya gak mau ganggu kalian," ujar Tasya sambil pergi.
Pandangan Raka tertuju pada Tasya yang mulai menjauh dan itu membuktikan bahwa Raka merasa kehilangan saat ditinggal Tasya. Padahal saat ini sudah ada pacarnya yang duduk didepannya, tapi entah kenapa dia justru melihat wanita lain.
"Oh iya, maaf ya soal tadi. Aku orangnya emang kurang peka," kata Raka.
"Iya, aku udah maafkan."
Aku ingin sekali memastikan tentang ucapan Ara. Namun setelah dipikir-pikir, percuma saja karena mana mungkin ada seseorang yang mengakui bahwa dirinya selingkuh.
"Ka, kamu bosan gak sama aku?"
"Kenapa kamu tanya kayak gitu?"
"Untuk memastikan aja, karena siapa tahu kamu bosan sama aku."
"Jujur sih aku pernah bosan dan kadang aku merasa capek aja sama sikap kamu yang terlalu mengatur."
Aku terdiam karena baru kali ini Raka menyampaikan unek-unek kepadaku. Dan aku mengakui bahwa diriku memang sering mengatur Raka.
"Maafkan aku. Mulai sekarang juga aku janji gak akan mengatur kamu. Kamu bebas mau ngapain aja. Mau kamu merokok, begadang sampai subuh juga silahkan. Bahkan kalau kamu mau pergi kemanapun juga kamu boleh kok gak mengabarkan aku."
"Serius gak akan kayak gitu lagi?"
"Iya. Tapi kamu harus janji, kamu gak boleh selingkuh."
Raka terdiam sejenak. "Iya, aku janji."
Trining! Trining!
Disaat aku ingin melihat layar ponsel Raka, dengan cepat Raka langsung menolak panggilan teleponnya dan dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana.
"Siapa yang telepon?"
"Aku gak tahu. Mungkin itu orang yang salah sambung."
"Kenapa gak coba dijawab dulu teleponnya? kan siapa tahu orang itu kenal sama kamu."
"Aku malas jawab telepon dari nomer yang gak aku simpan."
Aku mencoba memakluminya karena aku juga jarang menjawab telepon dari seseorang yang nomernya tidak ku simpan.
"Pulang sekolah kita jalan-jalan yuk!" ajak Raka.
"Aku gak bisa, soalnya aku udah ada janji sama Tasya."
"Memangnya kalian berdua mau kemana?"
"Aku sama Tasya mau ke salon, soalnya aku pingin potong rambut."
Raka melarang ku untuk potong rambut, karena Raka tidak menyukai perempuan berambut pendek. Sebenarnya ada alasan lain yang membuatnya tidak menyukai hal itu, namun Raka tidak ingin menceritakannya kepada Jena.
"Kenapa aku gak boleh potong rambut?"
"Karena kamu lebih cantik rambut panjang dan juga aku suka perempuan yang berambut panjang."
"Ya udah kalau gitu aku ke salon cuma untuk creambath aja."
"Mau aku temani ke salonnya?"
Aku menolak tawaran Raka karena takut jika Raka akan bosan. Dan juga aku kesana akan berangkat berdua dengan Tasya, jadi pastinya aku tidak akan merasa kesepian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments