Bab 5

Ting!

Tiba-tiba aku mendapatkan pesan dari Ara. Pesan itu adalah sebuah foto Raka dan Tasya yang sedang duduk bersebelahan.

Sebenarnya wajar saja jika mereka begitu, karena bagaimanapun mereka adalah teman dekat. Namun karena akhir-akhir ini aku terus kepikiran tentang keduanya, jadi aku merasa curiga.

Trining! Trining!

Ini sangat kebetulan, dimana Raka menelpon ku disaat aku sedang memikirkannya. Disaat aku menjawab telepon dari Raka, tiba-tiba Raka berkata bahwa dia berjanji akan mengembalikan uang yang tadi Raka pinjam.

Aku hanya diam saja saat Raka berbicara tentang masalah uang yang dia pinjam, padahal sejujurnya akan tidak apa-apa jikalau Raka tidak mengembalikan uang yang tadi diberikan olehku. Tapi karena aku takut Raka merasa terhina, jadi aku hanya mengiyakan saja perkataannya.

"Ka, lagi sama Tasya gak?"

"Enggak. Kamu mau ada yang disampaikan ya ke Tasya? ya udah sampaikan aja, nanti aku kasih tahu ke dia."

"Enggak kok. Aku cuma tanya aja."

Padahal tadi aku melihat foto Raka dan Tasya yang sedang bersama, namun Raka berbohong dan berkata bahwa dia tidak bersama Tasya. Dengan demikian, aku jadi merasa bahwa diantara Raka dan Tasya memang ada sesuatu.

"Kamu sekarang sama siapa?"

"Aku sama Rendi."

"Lagi di kantin ya?" tanya Jena memastikan, karena terdengar banyak sekali orang yang sedang mengobrol.

"Iya, ini aku lagi di kantin."

Tak lama, terdengar suara yang familiar dan itu adalah suara Tasya. Spontan aku mematikan panggilan teleponnya dikarenakan kesal sebab Raka berbohong, padahal tadinya aku sempat percaya bahwa Raka sedang bersama Rendi.

Trining! Trining!

Lagi-lagi Raka menelpon, tapi untuk kali ini aku memutuskan untuk tidak menjawab panggilan teleponnya. Aku ingin menenangkan diri. Karena jika aku menjawab panggilan telepon dari Raka takutnya aku akan emosi.

Jujur saja aku tidak ingin mencurahkan emosiku kepada Raka, tapi jika sampai aku melakukan itu pastinya Raka akan memutuskan aku karena dia pasti menganggap kalau aku sangat keterlaluan karena menuduh Raka berselingkuh.

Misalnya hal itu memang benar, aku juga ragu untuk memutuskan Raka. Karena diantara semua lelaki yang telah menjalin hubungan dengan Jena, hanya Raka yang memberikan effort yang paling besar.

Jika mengingat kejadian waktu itu, aku sangat merasa bersalah kepada Raka. Waktu itu Raka mengalami kecelakaan gara-gara aku menyuruhnya untuk membeli makanan. Tetapi meskipun Raka terluka akibat jatuh dari motor, namun Raka tetap mengantarkan makanan itu kepadaku.

Pada saat itu aku merasa jadi orang paling buruk sedunia karena telah menyuruh seseorang hanya untuk menuruti keinginannya.

Karena kejadian itu, aku merasa kalau diriku harus berbuat baik kepada Raka. Meskipun suatu saat Raka melakukan kesalahan, aku harus siap memaklumi tanpa harus memarahinya. Tapi jika kesalahan itu sangat fatal, tentunya aku ragu untuk memaafkannya.

...****...

Raka POV

Aku akhirnya memutuskan untuk tidak menelepon Jena lagi karena mungkin saat ini Jena sedang tidak bisa diganggu atau bisa jadi tadi Jena mematikan teleponnya karena dia merasa kesal sebab aku sudah meminjam uang kepadanya.

Sejujurnya aku sangat malu karena sebagai seorang lelaki tak seharusnya meminjam uang kepada perempuan. Tetapi karena ini sangat mendadak, jadi dengan terpaksa aku harus meminjam uang kepada pacarku.

"Ka, lo kenapa?" tanya Tasya.

"Loh! kok lo ada disini," heran Raka karena ia tidak mengetahui sejak kapan Tasya datang.

"Lo terlalu fokus telepon sama Jena, makanya lo gak memperhatikan sekitar," sahut Rendi karena memang dari tadi Raka teleponan sambil menunduk.

"Gue ikut gabung ya," ujar Jevan yang tiba-tiba duduk disebelah Raka.

Aku yang masih kesal karena kejadian tadi pagi hanya bisa terdiam karena percuma juga jika meladeni Jevan.

"Sya, lo suka ya sama Raka?" tanya Jevan.

"Enggak kok," jawab Tasya.

"Gak mungkinlah Tasya suka sama pacar sahabatnya sendiri," sahut Rendi.

"Mungkin aja. Bahkan ada loh yang rela jadi selingkuhan dan gak menutup kemungkinan juga kalau Raka pingin selingkuh," kata Jevan.

Aku sudah muak dengan Jevan. Dari tadi Jevan terus menuduh seakan-akan aku dan Tasya sedang menjalin hubungan.

"Maksud lo apa sih? emang lo punya bukti kalau gue sama Tasya punya hubungan spesial?" kesal Raka.

"Kok lo marah. Padahal gue kan gak bilang lo sama Tasya menjalin hubungan," kata Jevan.

"Sudah jelas-jelas tadi pagi lo menuduh gue selingkuh sama Tasya." Raka bergegas pergi setelah berkata seperti itu.

...****...

Jena POV

Waktu telah menunjukkan pukul 16.00 wib dan sekarang waktunya untuk pulang. Tadinya aku ingin menginap di rumah neneknya, namun karena besok aku ada presentasi, jadi aku harus pulang sekarang.

"Pah, kira-kira sampainya jam berapa?"

"Paling jam enam sore," jawab Papah.

"Emang kenapa, Jen?" tanya Mamah.

"Gak kenapa-napa, Mah. Jena cuma gak sabar aja pingin pulang." Akibat kebanyakan pikiran, aku menjadi saat lelah bahkan tak jarang aku juga sering sakit.

Benar, dari tadi aku memang sedang kepikiran tentang Raka dan Tasya. Jika keduanya itu benar menjalin hubungan, tentunya aku akan merasa sakit hati. Aku juga kebingungan, apakah nantinya aku akan mempertahankan hubunganku dengan Raka atau tidak.

Awalnya aku memang berpikir untuk memakluminya jika hal itu terjadi, karena semua manusia pasti pernah khilaf. Namun jika dipikirkan secara logika, seharusnya aku memutuskan Raka.

Trining! Trining!

Aku menjawab telepon dari Jevan. Sebenarnya aku tahu bahwa Jevan menelponnya hanya karena bosan. Tetapi karena saat ini aku juga bosan karena hanya berdiam diri di mobil, jadi aku memutuskan untuk menjawab teleponnya.

"Ada apa?"

"Tadi gue lihat Tasya pulang bareng sama Raka."

Suasana hatiku menjadi buruk. Ia pikir Jevan menelpon untuk membicarakan hal-hal yang random, namun ternyata dia justru membicarakan Raka dan Tasya.

"Gue yakin keduanya ada hubungan, Jen."

"Iya, gue tahu."

"Kalau lo tahu, kenapa lo gak putuskan Raka?"

"Karena gue masih sayang sama Raka."

Jevan mematikan teleponnya disaat Jena berkata seperti itu. Aku tahu bahwa saat ini Jevan sangat lelah menghadapi sikapku. Tetapi apa boleh buat, aku sampai sekarang masih bingung harus melakukan apa.

"Pacar kamu beneran selingkuh ya?" tanya Mamah.

"Hmm... Jena gak tahu."

"Emang udah ada bukti kalau dia selingkuh?" tanya Papah yang sedang menyetir.

"Jena sebenarnya belum ada bukti yang kuat. Cuma teman-teman Jena yang lihat kalau Raka sama Tasya berduaan."

Papah mengatakan bahwa belum tentu Raka selingkuh. Papah juga berkata bahwa dulu dirinya sering bermain dengan teman pacarnya tanpa melibatkan perasaan.

"Emang dulu Papah main sama siapa?" tanya Mamah.

"Sama Rina," jawab Papah.

"Oh jadi gitu," kesal Mamah.

"Papah gak ada hubungan sama Rina. Papah cuma bosan aja karena waktu itu Mamah lagi ke luar kota. Makanya waktu itu Papah ajak Rina ke cafe," jelas Papah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!