Hari berikutnya aku tidak sekolah dikarenakan ia sedang pergi ke rumah nenekku. Nenekku sedang sakit, maka dari itu aku dan orang tuaku pergi ke rumah nenek untuk menjenguknya.
Selagi masih pagi, aku memutuskan untuk menelpon pacarku. Sebenarnya semalam aku sudah memberitahu Raka kalau diriku tidak akan sekolah. Tetapi untuk berjaga-jaga, akhirnya aku memutuskan untuk menelpon karena takutnya Raka lupa dengan perkataanku semalam.
Bukannya dijawab, Raka justru menolak panggilan telepon dariku. Dan tentunya aku merasa kesal karena tidak biasanya Raka menolak panggilanku. Dan jika dilihat dari waktunya, sepertinya masih ada waktu untuk mengobrol singkat.
"Kamu udah ijin ke wali kelas belum?" tanya Mamah.
"Udah kok, Mah."
"Oh iya, Raka gimana kabarnya? kok sekarang dia jarang main ke rumah," heran Mamah.
"Setiap pulang sekolah Raka selalu ke rumah kok, cuma dia gak mau masuk aja kedalam."
Beberapa menit kemudian, Raka menelpon ku dan itu membuat kekhawatiranku berkurang. Aku pikir bahwa Raka menolak telepon karena sudah tak sayang lagi denganku, namun ternyata saat ini dia menelpon ku.
Karena tak ingin panggilannya diakhiri, akhirnya aku buru-buru menjawab telepon dari Raka.
"Hallo, sayang."
"Kenapa telepon?"
"Aku mau memastikan aja karena takut kamu lupa kalau hari ini aku gak sekolah."
"Aku ingat kok. Ya udah kalau cuma itu yang ingin kamu sampaikan, aku akhiri lagi ya teleponnya." Setelah berkata seperti itu, Raka segera mengakhiri panggilan teleponnya.
...****...
Raka POV
Tiba di parkiran sekolah, tiba-tiba seseorang menghampiriku. Orang itu adalah Jevan. Aku bingung mengapa Jevan tiba-tiba datang menghampiriku dengan tatapan seolah-olah membenciku.
"Jena kemana? kok gak bareng sama lo."
"Dia gak sekolah karena neneknya sakit."
"Oh gitu. Gue pikir kalian berantem karena gak berangkat ke sekolah bareng."
"Gak kok. Kita berdua baik-baik aja."
Jevan menepuk pundak Raka dan berbisik bahwa Jevan tahu rahasia yang disembunyikan oleh Raka.
"Rahasia apa? gue gak mengerti maksud lo."
"Lo selingkuh kan sama Tasya?"
"Apa-apaan sih lo! gak jelas banget. Mana mungkin gue selingkuh dari Jena."
Raka buru-buru pergi ke kelas karena tak mau meladeni Jevan. Karena jika meladeninya, itu akan membuang-buang waktu.
Saat berada di kelas, tiba-tiba Tasya datang menghampiriku. Dia bertanya tentang keberadaan Jena dan tentunya aku menjawab bahwa saat ini Jena tidak sekolah dikarenakan neneknya sakit.
"Kalau gitu, gue boleh gak duduk bareng lo?"
"Boleh kok."
Tasya mengambil tasnya dan menaruhnya di kursi milik Jena. Serentak beberapa teman sekelas menoleh ke arahku dan Tasya. Bahkan saat ini Raka melihat ada beberapa orang yang sedang berbisik-bisik.
Raka tahu bahwa mereka pastinya akan mengira seperti apa yang dikatakan Jevan saat tadi. Raka sendiri bingung kenapa rumor itu tiba-tiba muncul padahal sebelumnya Raka dan Tasya memanglah dekat karena keduanya adalah teman dekat.
"Ka, gue mau bicara sesuatu sama lo," ujar Rendi.
"Mau bicara apa?"
"Kita bicara diluar yuk! soalnya gak enak ngomongnya."
Akhirnya Raka dan Rendi segera pergi keluar. Sebenarnya Raka sudah tahu bahwa Rendi akan menagih hutang, maka dari itu dia memilih untuk membicarakannya diluar.
"Lo mau menagih hutang ya?"
"Iya. Lo udah ada uang belum?"
"Belum sih."
"Gimana dong? sekarang gue lagi butuh banget."
Raka berjanji kalau dirinya akan membayar uang tersebut setelah pulang sekolah, meskipun sebenarnya ia tidak tahu bahwa uang itu akan ada atau tidak.
Setelah berbincang-bincang dengan Rendi, Raka memutuskan untuk pergi menuju tempat yang cukup sepi untuk menelpon saudara dan temannya.
Saat menelpon saudara dan beberapa temannya, tak ada satupun dari mereka yang mau meminjamkan uang kepada Raka. Dengan berat hati, Raka akhirnya menelpon Jena meskipun sebenarnya Raka merasa harga dirinya jatuh karena berani meminjam uang kepada pacarnya.
"Ada apa, Ka?"
"Aku boleh pinjam uang gak?" tanya Raka dengan suara yang sangat kecil.
"Bicaranya yang keras, soalnya aku gak bisa mendengar suara kamu."
"Aku mau pinjam uang."
Seketika Jena terdiam dan itu membuat Raka berpikir bahwa saat ini Jena pasti muak karena Raka tiba-tiba meminjam uang.
"Kalau gak punya ataupun gak mau meminjamkan gak apa-apa kok. Lagipula aku bisa pinjam uang ke yang lain.
"Kamu butuh berapa?"
"Lima ratus ribu."
"Ya udah kamu kirim nomer rekening kamu, nanti aku kirim uangnya sekarang."
Raka kembali ke kelas setelah menelpon Jena. Dan tiba-tiba, beberapa teman cewek menatap tajam kearah Raka seolah-olah Raka berbuat salah.
"Ka, gue gak jadi deh duduk bareng lo. Soalnya takut orang-orang mengira kalau kita berdua ada apa-apa," kata Tasya.
"Oh ya udah."
"Gimana, Ka? udah ada belum?" tanya Rendi.
"Udah ada kok. Sekarang gue kirim ke rekening lo ya."
...****...
Jena POV
Aku jadi kepikiran tentang Raka. Sepertinya saat ini kehidupan Raka sangat sulit setelah Papahnya di penjara.
Ya, sebelumnya hidup Raka sangat berkecukupan. Namun karena Papah Raka terlibat korupsi, beberapa aset harus disita.
Sebenarnya hal ini hanya aku, Rendi dan Tasya yang tahu. Karena jika orang-orang tahu mungkin Raka akan dijauhi oleh semua orang.
"Kamu kenapa?" tanya Mamah sambil duduk di sebelahku.
"Aku lagi mikirin Raka, Mah."
"Harusnya yang kamu pikirkan itu pelajaran, bukan pacar!"
Aku hanya tertawa mendengar perkataan Mamah. Jika dipikir-pikir, sepertinya akhir-akhir ini aku terlalu sering memikirkan Raka. Apalagi sejak kejadian kemarin, aku mengira bahwa Raka berselingkuh dengan Tasya.
Berbicara tentang foto itu, sebenarnya aku juga bingung kenapa Tasya pada saat kemarin tidak mengakui bahwa dirinya pernah bertemu dengan Raka, padahal sudah jelas bahwa keduanya bertemu di cafe.
"Mah, mungkin gak kalau Raka selingkuh dari Jena?"
"Emang Raka selingkuh dari kamu?"
"Enggak. Jena kan tadi cuma bertanya."
"Kalau menurut Mamah sih mungkin aja, secara Raka ganteng dan pastinya banyak cewek yang mendekati dia. Dengan begitu Raka pasti akan tergoda sama cewek itu."
Aku mengakui memang banyak cewek yang mendekati Raka, secara aku sering melihat ada beberapa cewek yang mengirim pesan kepada Raka di instagram.
Selain itu, kemarin Raka juga mengatakan bahwa dirinya bosan karena aku terus mengaturnya dan tentunya aku berpikir bahwa Raka mungkin saja berselingkuh dengan cewek lain. Tapi karena saat ini masih belum ada bukti, jadi aku berusaha untuk berpikir positif.
"Udah jangan dipikirkan. Kalau misalnya Raka selingkuh, kamu juga selingkuh aja," saran Mamah.
"Kok ngajarin anak selingkuh sih," sahut Papah.
"Ya kan biar adil. Raka selingkuh, Jena juga harus dong," kata Mamah.
"Gak boleh kayak gitu. Kalau Raka selingkuh, tentunya kamu harus putuskan dia," kata Papah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments