Cinta Karena Kebetulan
Senyum puas mengembang di bibir seorang gadis saat melihat pantulan dirinya di cermin. Pakaian ala anak punk yang sengaja di beli untuk bertemu dengan seseorang hari ini.
"Nice! Kalau begini dia pasti bakalan gak suka sama aku haha!" tawa gadis itu puas. Gadis itu berharap laki-laki yang akan di jodohkan dengannya merasa risih. Sehingga, perjodohan pun di batalkan. Membayangkannya saja sudah membuatnya bahagia bukan main.
Tak berselang lama, gadis itu kini telah berada di sebuah restoran. Sibuk bermain ponsel sembari menunggu seseorang datang.
"Celine Andrea?" sapa sebuah suara yang membuat gadis itu mendongak.
Seorang pria dengan setelan jas kini berdiri di hadapannya. Celine atau Hasya mengangguk sebagai jawaban, lantas mempersilahkan pria itu duduk.
"Silahkan duduk, Tuan." Hasya menunjuk kursi di depannya. Pria itu duduk sambil terus memperhatikan Hasya dari atas ke bawah. Merasa mendapat respon yang di inginkan, Hasya tentu saja senang.
"Baik, mau makan sambil ngobrol atau sekalian setelah makan?" tanya Hasya gamblang. Pria itu tersenyum samar di balik wajah dinginnya.
"Aku terserah saja," jawab pria itu seadanya. Mendengar itu Hasya hanya mengangguk, lalu memesan makanan. Ya, mereka akan makan sambil berbincang.
"Aku perlu tahu nama mu." Hasya menyodorkan kartu namanya. Keduanya pun saling bertukar kartu.
"Danu Gara Rivanda. Nama mu keren juga." Hasya reflek memuji begitu membaca nama yang tertulis di sana.
"Panggil saja Rivan," tuturnya singkat.
"Oke," jawab Hasya.
Makanan pun tiba. Mereka berbincang sambil menikmati hidangan yang ada. Selama berbincang, Hasya benar-benar bersikap kurang sopan. Bahkan, tidak malu untuk bersendawa keras. Hingga membuat sebagian pengunjung melihat ke arah mereka.
"Maaf ya, kalau tidak bersendawa rasanya ada yang kurang." Hasya kembali melahap makanannya tanpa menunggu respon dari Rivan.
Hasya mulai merasa risih ketika Rivan terus menatap dirinya yang sedang makan.Hasya yang gugup mencoba menutupinya dengan cara bertingkah aneh lagi. Tanpa rasa malu, dia mulai membersihkan giginya dengan kuku jari. Hal itu membuat Rivan menaikkan sebelah alisnya. Senyum kecil itu kembali terukir di bibirnya, walau hanya sepersekian detik.
Bukannya Rivan tidak tahu. Dari awal mereka bertemu, Rivan langsung menyadarinya. Gadis itu sengaja membangun kesan buruk, agar dia menolak perjodohan ini. Hanya saja Rivan tidak menyangka, jika gadis itu akan bertindak sejauh ini. Benar-benar di luar ekspektasi. Sangat menarik. Rivan jadi penasaran. Bagaimana reaksi gadis ini, jika tahu rencananya tidak berjalan sempurna. Sungguh, Rivan semakin tidak sabar bermain-main dengannya.
"Kamu pasti heran yah, aku memang berbeda dengan wanita kebanyakan. Jadi jangan terlalu di pikirkan," ucap gadis itu sambil terus mengigit tusuk giginya.
"Benar, Nona Celine sangat berbeda dan istimewa," tutur Rivan dengan nada tenang yang membuat Hasya sedikit cemas. Sedari tadi pria itu hanya menatpnya dengan ekspresi datar. Membuat Hasya jadi sedikit ragu dengan keberhasilan rencananya.
"tidak boleh! Aku harus berhasil!" tekatya dalam hati.
"Aduh! Sepertinya aku perlu ke toilet,"
"Tentu saja, silahkan!" Hasya segera melenggang pergi. Sebenarnya dia tidak pergi ke toilet, melaikan sengaja pergi meninggalkan pria itu. Ini merupakan rencana terakhirya untuk meninggalkan kesan buruk pada pria itu. segera mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan Rivan pesan melalui nomor telpon yang ada di kartu nama.
"Sayang sekali kau harus bertemu dengan ku, Tuan. Sepertinya ini akan menjadi penghinaan besar untuk mu." Hasya meremas ponselnya begitu pesan telah terkirim sempurna. "Tapi apa boleh buat, bisnis adalah bisnis, dan aku menyukai uang. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi," lanjutnya dengan senyum mengembang.
Rivan yang sedang fokus membaca laporan di ponselnya tiba-tiba teralihkan dengan sebuah pesan masuk. Salah satu alisnya terangkat saat dia membaca isi pesan itu. Tawa kecil keluar dari bibirnya. Matanya menatap ke arah di mana si pengirim pesan terakhir terlihat. Tanpa membalas pesan, Rivan beranjak dari kursinya tak lupa meninggalkan cash di atas meja.
Sepanjang perjalanan, Rivan tak henti-hentinya memikirkan kelakuan konyol Hasya. Awalnya dia mengira, jika Hasya akan sama saja dengan wanita kebanyakan. Sikap dan gaya bicara, bahkan mereka cenderung mengatakan hal yang sama. Namun, semua yang gadis itu lakukan justru menarik di matanya.
"Jun, apa kau sudah mencari data gadis itu?" tanya Rivan pada Jun asistennya yang sedang menyetir.
"Sudah Tuan," jawab Jun.
Lagi-lagi salah satu alis Rivan terangkat. Namun, kini disertai dengan seringai kecil di bibirnya.
"Memangnya kenapa, Tuan?" tanya Jun karena tidak mendaptkan respon.
"Tidak, hanya bertanya." Dan Jun percaya itu bukan sekedr pertanyaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments