Rasanya masih tidak percaya. Risma menatap nanar ruangan fitting baju yang di sekelilingnya terpajang gaun-gaun pengantin. Dari yang bentuknya biasa saja, sampai yang luar biasa ada di sini. Rivan terlebih dulu mencoba jas yang akan dikenakannya. Sementara Risma memilah kira-kira gaun mana yang akan dia coba.
Tirai pembatas fitting room tersibak. Menampilkan seorang laki-laki dengan setelan jas putih berdiri di sana. Segera terdengar beberapa bisikan dari pegawai perempuan. Mereka terkagum-kagum dengan ketampanan Rivan.
Sementara bagi Risma itu biasa saja. Mereka saja yang berlebihan. Kalaupun ada yang membuatnya tampan itu karena pakaiannya saja yang mahal. Namun, setelah diamati Rivan memang menjadi sedikit lebih tampan. Seakan memang setelan itu ditakdirkan untuknya. Rivan merasakan pandangan yang berbeda. Laki-laki itu mengukir sedikit senyum setelah mengetahui siapa yang memandangnya. Rivan semakin menegakkan bahunya, dagunya terangkat sombong. Dia merasa puas dengan reaksi gadis itu.
"Apa kau suka?" godanya pada Risma. Gadis itu terlihat tersentak karena keasyikan melamun. Wajah gadis itu memerah, sepertinya malu karena ketahuan olehnya.
Risma merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia tanpa sadar memuji laki-laki itu. Sambil melamun pula. Risma mengangguk sebagai jawaban. Takut suaranya gagap ketika dipaksa berbicara. Kini giliran dirinya yang mencoba beberapa gaun. Setelah dia masuk ke dalam fitting room, beberapa pegawai perempuan mendorong rak gantung yang di isi beberapa gaun. Risma termangu melihat jejeran gaun yang akan dia coba.
“Apakah aku harus mencoba semua ini?” tanya Risma ragu kepada pegawai.
“Benar,Nona,” jawab pegawai tersebut. Risma menghela nafas pasrah. Mungkin akan beda cerita jika dia bersama dengan orang yang dia cintai. Pasti dia akan merasa lebih bahagia. Tentu dengan senang hati dia akan mencoba semua gaun itu. Mendadak wajah Dimas terlintas di kepalanya. Senyum rupawan laki-laki itu selalu membuatnya salah tingkah. Dia kembali menghela nafas.
Alangkah baiknya, jika aku menikah dengannya. batinnya lirih.
“Mari saya bantu, Nona.” pegawai itu mulai melucuti baju Risma. Membantu gadis itu mengenakan gaunnya.
Gaun pertama.
“Terlalu biasa,” ujar Rivan begitu tirai tersibak.
Gaun kedua.
“Terlihat murah. Ganti!”
Risma mendengus. Murah dari mananya? Bahkan, gajinya selama 1 tahun tidak akan sanggup membeli setengah dari gaun ini. Akhirnya, dengan berat hati dia menutup tirai kembali.
Gaun ketiga.
“Ganti!”
Risma meremas jemarinya. Menahan emosi yang sudah di ujung tenggorokan. Kalau saja bukan karena kakeknya yang sudah menyiapkan semua ini. Sudah sedari tadi dia meninggalkan tempat ini. Di dalam fitting room, gadis itu menyuruh pegawai mengambilkannya sebuah gaun yang tergantung di dekat vas bunga. Saat melihat-lihat, Risma menemukan sebuah gaun yang menarik perhatiannya. Setelah mendapatkannya, dengan senyum menyeringai Risma segera mengganti kembali gaunnya.
Tirai tersibak. Gadis dengan balutan gaun putih berdiri di sana. Rivan langsung tersedak ludahnya sendiri saat melihatnya. Risma menyeringai dalam hati, reaksi itu sangat sesuai dengan harapannya. Gaun yang dikenakannya memiliki potongan dada rendah dan sangat terbuka, sehingga belahan dadanya terlihat penuh dan sesak. Bahkan, bentuk tubuhnya terlihat sangat indah dalam balutan gaun putih itu. Dia berjalan pelan mendekati Rivan.
Laki-laki itu terpaku. Dia bahkan tidak berkedip sedetik pun. Risma terlihat sangat berbeda. Bagian itu bahkan berhasil mencuri perhatiannya. Terlihat sangat indah dan memanjakan. Setelahnya, ekspresi laki-laki itu berubah suram. Dia membayangkan tatapan lapar laki-laki saat melihat Risma.
“Aku mau gaun ini!” tekan gadis itu. Oh tentu saja dia menolak.
“Tidak bisa!”
“Kenapa?”
“Pokoknya tidak bisa!”
Wajah gadis itu berubah merah. Sepertinya gadis itu marah karena dia terus menolak. Gadis ini pasti sengaja memilih gaun itu untuk membuatnya kesal. Ternyata permainan itu masih berlanjut rupanya. Rivan memijit pelipisnya pusing. Selain dia tidak suka. Dia juga takut kakeknya akan marah. Pasti disangkanya dia yang memilih gaun itu.
“Setuju atau tidak, aku akan tetap memilih gaun ini.” Risma berjalan cepat masuk ke dalam fitting room. Menyuruh pegawai untuk segera membungkusnya. Rivan yang tidak bisa berkutik hanya mampu menghela napas lelah. Urusan dengan Kakek nanti saja dia pikirkan.
Risma menenteng tas belanjanya dengan wajah bersinar. Dia berhasil mendapatkan gaunnya. Rivan yang melihat itu hanya menggeleng pelan. Risma benar-benar niat membuatnya kesal. Akan tetapi, senyum gadis itu seakan mampu menghilangkan rasa kesalnya. Mereka berjalan beriringan di antara pengunjung mall yang cukup padat.
Pandangan Risma tertuju ke sebuah booth minuman. Dia meneguk ludahnya. Setelah berjam-jam mencoba gaun pengantin membuatnya kehausan. Seakan mengerti arah tatapan Risma. Segera Rivan menggiring gadis itu ke sana. Mereka mengantri cukup lama untuk mendapatkan dua cup minuman. Belum sempat Risma merasakan minuman dinginnya. Sebuah suara tiba-tiba menginterupsi mereka.
“Rivan.” suara panggilan yang terkesan lirih memaksa mereka menghadap si pemilik suara.
Seorang wanita cantik dengan rambut hitam gelombang berdiri tidak jauh dari mereka. Wanita itu terlihat sangat anggun dengan dress selutut. Raut wajahnya sendu, matanya menyiratkan kerinduan yang dalam. Gadis itu tersenyum lembut pada mereka. Ralat, pada Rivan lebih tepatnya. Risma memandang keduanya bergantian. Mendadak atmosfer berubah, dia merasa tidak nyaman. Risma mendongak, di lihatnya raut wajah Rivan mendadak berubah datar. Hawa dingin menyeruak degan kuat dari laki-laki itu. Risma kembali melihat ke arah si Wanita Cantik. Benaknya bertanya-tanya. Siapa gerangan wanita ini hingga membuat Rivan bereaksi demikian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🍧·🍨Kem tình yêu
Karya ini adalah perpaduan sempurna antara bakat penulis dan ide cerita.
2023-09-03
0