Sketsa Tiga Hati

Sketsa Tiga Hati

SEASON 1 - KELUARGA FIRDAUS

Andrea Kamila, seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Pada awalnya merasa sangat beruntung karena memiliki keluarga yang begitu menyayanginya. Tapi suatu malam, Andrea mendapat fakta tentang statusnya yang selama ini dirahasiakan...

Malam hari yang cerah, namun terasa sunyi.

Di sebuah mansion mewah kediaman keluarga Jordan Firdaus. Pemilik Firdaus corp dan Darmawan grup, perusahaan terbesar di negara ini.

Tiga orang tengah berkumpul di sebuah kamar, seorang lelaki paruh baya dengan istrinya dan juga seorang gadis muda.

Gadis cantik berhijab itu menatap nanar pada kedua orang tuanya, mata bening milik gadis itu nampak berkaca-kaca. Baru saja dia tau tentang rahasia terbesar dalam hidupnya.

"Jadi benar Dea bukan anak kandung Ayah dan Bunda?" Tanya Andrea Kamila, atau biasa dipanggil Dea dengan bibir bergetar.

"Sayang, walaupun kamu bukan anak kandung Ayah dan Bunda, tapi kami sangat menyayangimu. Maafkan kami harus mengatakan ini, tapi kamu berhak tau semuanya." Ujar Zia, Bunda dari Dea.

Zia baru saja baru saja menceritakan tentang masa lalu Dea, tentang Dea yang sebenarnya adalah keponakannya bukan putrinya. Dea adalah anak dari kakak perempuan Zia yang bernama Farah, yang sudah meninggal ketika melahirkannya.

Tapi yang menyakitkan bukan hanya itu, ternyata Dea adalah anak dari hasil hubungan di luar nikah.

"Farah kakak perempuan Bunda, usia kami terpaut 5 tahun. Kami hanya tinggal berdua saja karena orang tua kami sudah meninggal. Kak Farah saat itu sudah bekerja di salah satu perusahaan dan menjabat sebagai sekretaris.

Diam-diam Kak Farah menjalin hubungan dengan atasannya sendiri. Mereka menjalin hubungan cukup lama. Bunda juga mengenal lelaki itu, sikapnya sangat baik. Wajar kalau Kak Farah begitu mencintainya. Sandi, namanya.

Sampai suatu hari, Kak Farah menangis, dan memberi tau Bunda kalau dia sedang mengandung anak dari kekasihnya.

Bunda begitu terkejut saat itu. Kak Farah bilang, ia direnggut kesuciannya oleh Sandi saat ada acara di perusahaan tempat mereka bekerja. Saat itu Kak Farah dipaksa minum oleh Sandi hingga akhirnya Kak Farah mabuk, dan mereka berakhir di sebuah hotel.

Awalnya Sandi hendak bertanggung jawab, dan meminta kami untuk menemui keluarganya meminta restu. Karena memang Sandi sengaja berbuat nekat sampai seperti itu agar hubungannya dengan Kak Farah disetujui oleh keluarganya. Tapi nyatanya keluarga Sandi tetap tidak bisa menerima Kak Farah karena bukan dari keluarga kaya. Dan Sandi sendiri telah dijodohkan oleh orang tuanya." Cerita Zia, sepasang netranya menerawang mengingat kejadian pahit itu. Dea terhenyak mendengarnya.

"Jadi benar kata orang-orang, kalau Dea sebenarnya anak haram?" Tanya Dea dengan nada kecewa. Ia ingat dulu, sewaktu kecil tak jarang orang-orang menyebutnya seperti itu.

"Tidak, Dea. Tidak ada kata seperti itu, semua anak terlahir suci. Kamu tetap anak Ayah dan Bunda. Jadi jangan pernah berfikiran seperti itu." Ucap Jordan Firdaus, sang Ayah.

"Dengar, Dea." Jordan memegang kedua lengan putrinya hingga keduanya saling bertatapan.

"Maaf jika kami telah menyakitimu dengan menceritakan semua ini. Kami hanya ingin tidak ada rahasia yang kami sembunyikan darimu. Jika suatu hari kamu menikah nanti, kamu pasti akan bertanya-tanya mengapa kamu menggunakan nama belakang ibu kandungmu, bukan nama Ayah. Daripada nantinya kamu lebih kecewa, sebaiknya kamu tau mulai sekarang. Dan kamu tidak perlu khawatir, Ayah dan Bunda akan selalu menyayangimu. Kami tetap menganggapmu seperti putri kandung kami sendiri, kami tidak akan membeda-bedakanmu dengan Farhan." Ucap Jordan, tangannya mengusap lembut rambut Dea yang tertutup hijab. Gadis itu mengangguk pelan.

"Tidak apa Ayah, justru Dea senang karena Ayah dan Bunda sudah mau jujur pada Dea. Terima kasih karena selama ini Ayah dan Bunda sudah memberikan status orang tua untuk Dea, dan terima kasih juga karena telah menyayangi Dea selama ini." Dea merangsek ke dalam pelukan Jordan, Zia juga ikut memeluknya.

"Kamu tetap putri kami, Dea." Ucap Zia, ketiganya terlarut dalam haru.

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian dan melerai pelukan mereka. Dea dan bundanya sibuk menghapus air matanya.

"Masuk!" Sahut Jordan.

Pintu terbuka, seorang anak lelaki berusia sepuluh tahun masuk ke dalam kamar itu dengan membawa sebuah buku.

"Ayah, Bunda, Farhan cari ke mana-mana ternyata ada di sini." Kata Farhan sambil melangkah menghampiri kedua orang tuanya, tapi pandangannya langsung tertuju pada Dea.

"Kak Dea kenapa?" Tanya Farhan yang melihat mata kakak perempuannya memerah.

"Eh, tidak apa-apa. Memangnya kenapa?" Dea balik bertanya.

"Mata Kak Dea merah, Kak Dea habis menangis?" Tanya Farhan dengan tatapan menyelidik.

"Tidak, Farhan. Kakak tidak menangis, tadi Kakak hanya kelilipan." Dusta Dea, sementara pria kecil itu masih menatapnya curiga. Kelilipan? Tapi kenapa kedua mata kakaknya memerah?

"Farhan, ada apa cari Ayah dan Bunda?" Tanya Zia mencoba mengalihkan perhatian putranya. Farhan memang tidak mudah untuk di bohongi.

"Farhan ada tugas sekolah, Bunda. Dan Farhan tidak mengerti bagaimana cara mengerjakannya." Jawab Farhan sambil menunujukkan buku yang dibawanya.

"Oh, biar Kak Dea saja yang bantu." Dea meraih buku Farhan dan mengajak adik lelakinya duduk di atas lantai yang di alasi dengan karpet bulu.

"Ya sudah, Ayah dan Bunda kembali ke kamar ya? Farhan kalau sudah selesai juga langsung ke kamar dan istirahat, ini sudah malam." Ujar Zia sebelum keluar dari kamar putrinya.

"Iya, Bunda." Jawab Farhan diiringi anggukkan.

"Benar Kak Dea tidak apa-apa?" Farhan bertanya lagi setelah ayah dan bundanya pergi dari sana.

"Iya, Farhan. Ayo kita kerjakan tugasmu." Jawab Dea sambil mengusak rambut Farhan.

Dea nampak begitu serius membaca tugas sekolah adiknya. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, soal itu lumayan sulit ternyata walau hanya pelajaran kelas 4 SD. Pantas saja Farhan tidak mengerti cara mengerjakannya, padahal adiknya itu salah satu murid yang terkenal pintar di sekolahnya.

"Kenapa, Kak?" Tanya Farhan yang melihat kakaknya hanya garuk-garuk kepala sambil mengernyitkan keningnya.

"Soalnya susah, Farhan." Jawab Dea jujur sambil terkekeh pelan.

"Kan memang susah, kalau mudah Farhan tidak akan minta bantuan." Farhan mencebik, Dea sama saja dengan dirinya.

"Masa Kak Dea tidak tau? Kak Dea kan sudah SMA." Tanya Farhan lagi, Dea dan Farhan terpaut usia tujuh tahun.

"Sebentar, Kak Dea cari petunjuk dulu." Dea membuka-buka halaman buku sebelumnya, dengan teliti ia membacanya.

"Nah! Ketemu!" Soraknya begitu menemukan cara mengerjakan soal itu.

"Ini jadi begini..." Dea menjelaskan dan Farhan menyimaknya dengan serius. Keduanya terlarut dengan buku pelajaran Farhan, sesekali Farhan bertanya saat ada bagian soal yang tidak dipahaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!