"Tapi Zahfi memang mirip denganmu, Mas." Sambung Rubby setengah berbisik, Arya langsung merengut mendengarnya.
Memang Arya sewaktu muda terkenal dingin dan galak, tapi rasanya dirinya dulu tidak seketus dan segalak Zahfi, mungkin hanya sedikit mirip saja.
"Ya, ya kamu benar. Sudah, ayo kita sarapan." Arya mengalah saja, ia menuju kursinya dan duduk di sana, sedangkan Rubby duduk di sampingnya. Sementara Zahfi dan Firza masih saling melempar lirikan sinis.
"Kita tidak akan sarapan sebelum kalian berdua saling meminta maaf." Titah Arya sambil menatap Zahfi dan Firza bergantian.
"Ayah..." Firza merengek dan mengerucutkan bibirnya menatap malas ke arah Zahfi yang ternyata tengah menatapnya juga.
"Ayo Zahfi, Firza, apa kalian tidak dengar apa kata Ayah?" Tanya Rubby.
Dengan malas Firza bangun dari duduknya dan mengulurkan tangannya. Bagaimanapun dirinya yang paling muda, jadi menurut hukum alam dia lah harus meminta maaf lebih dulu.
"Maaf." Ucap Firza malas.
"Minta maaf yang benar, Firza." Ujar Rubby yang melihat putrinya itu ogah-ogahan. Firza menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Kakakku Zahfi Ibrahim Firaz, maafkan adikmu ini." Ucap Firza sambil memasang senyum secerah mentari di wajahnya. Arby yang melihatnya malah ingin tergelak. Sedangkan Zahfi masih memasang wajah datar tapi ia tetap ikut bangun dari duduknya.
"Adikku Firza Mikaila Firaz. Aku juga minta maaf." Katanya sambil menyambut uluran tangan adik perempuannya. Keduanya bersalaman kemudian saling melempar senyum. Walau senyum Zahfi setipis tisu dibagi dua.
"Nah, begini kan enak. Kalian itu bersaudara, jadi harus akur. Mengerti?" Tanya Rubby sambil menatap anak-anaknya bergantian.
"Mengerti, Bunda." Sahut ketiganya serentak.
Ya walaupun mereka sering ribut, atau lebih tepatnya Zahfi dan Firza yang selalu berdebat, tapi sebenarnya mereka saling menyayangi satu sama lain.
"Ya sudah, kita mulai sarapannya."
Seperti bisa, Rubby melayani suaminya terlebih dahulu kemudian disusul dengan anak-anaknya.
Selesai sarapan mereka berempat sudah siap untuk berangkat. Arya mengantarkan ketiga anaknya ke sekolah lebih dulu, baru mengantar Rubby ke toko kue miliiknya.
Arya dan Rubby memiliki tempat usaha masing-masing. Arya memiliki coffe shop dan rumah makan, sedangkan Rubby memiliki toko kue yang bernama Rubby's Cake.
Setiap harinya mereka selalu mengantar jemput anak-anak mereka. Selama masih sekolah, Arya belum mengizinkan mereka untuk membawa kendaraan sendiri walaupun semua anaknya sudah bisa menyetir dan memiliki SIM. Usia saudara kembar itu sendiri sudah menginjak tujuh belas tahun.
_
_
_
Mobil hitam yang Arya kendarai berhenti tepat di depan gerbang sekolah.
"Kami masuk dulu ya Ayah, Bunda." Pamit Arby, Zahfi dan Firza. Mereka mencium punggung tangan orang tuanya bergantian.
"Iya, belajar yang benar ya. Ingat, sekolah itu untuk belajar." Pesan Rubby.
"Iya, Bunda." Jawab ketiga remaja itu bersamaan. Arya dan Rubby kembali ke mobil setelah memastikan ketiga anaknya masuk ke sekolah.
"Tidak terasa ya, Mas. Anak-anak kita sudah kelas tiga SMA dan sebentar lagi lulus dan kuliah. Rasanya baru kemarin kita menggendong mereka." Ucap Rubby begitu masuk ke dalam mobil, Arya meraih jemari istrinya dan menggenggamnya erat.
"Kamu ibu yang hebat." Ucap Arya sambil mengecup tangan Rubby.
"Dan aku tidak bisa menjadi ibu yang hebat tanpamu, Mas. Mas Firaz adalah ayah yang terbaik." Netra di balik kacamata itu menatap Arya penuh cinta.
Arya Firaz, pria pertama dan satu-satunya yang berhasil menaklukan hatinya bahkan saat pertama kali bertemu.
"Jangan menatapku seperti itu, Rubby. Atau kita tidak akan pergi bekerja." Ujar Arya, Rubby langsung tergelak.
"Sudah ayo cepat, antar aku ke toko kue." Ajaknya, kalau tidak mereka pasti akan menghabiskan waktu di rumah.
_
_
_
Di sekolah
Firza langsung mengambil langkah sendiri begitu memasuki kawasan sekolah. Ia tidak mau terus menempel pada kedua kakak kembarnya meskipun mereka satu kelas. Gadis itu mengedarkan pandangannya mencari seseorang.
"Dea!" Panggilnya begitu melihat sahabatnya sedang berjalan seorang diri di koridor. Firza langsung berlari kecil menghampirinya.
"Hai, Firza." Sapa Dea dengan senyum tipis di wajahnya.
"Hai juga, Dea." Firza menyapa balik.
"Ini, buku yang ingin kamu pinjam." Firza menyerahkan beberapa buah buku yang dibawanya pada Dea.
"Terima kasih." Ucap Dea sambil memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya, keduanya berjalan beriringan.
"Kamu kenapa?" Tanya Firza, ia merasa Dea berbeda. Lebih banyak diam, tidak seceria hari biasanya.
"Tidak apa-apa." Jawab Dea sambil meneruskan langkahnya.
"Jangan bohong!" Firza berhenti dan menangkup wajah sahabatnya.
"Aku tidak bohong, Firza." Jawab Dea sambil menatap sepasang netra Firza. Ada sorot kesedihan di mata bening Dea.
"Sepertinya ada yang kamu sembunyikan dariku?" Tanya Firza dengan tatapan menyelidik. Mereka sudah lama bersahabat, jadi baik Dea maupun Firza pasti hafal jika ada masalah dengan sahabatnya.
"Tidak ada, Firza." Jawab Dea. Dea sudah memutuskan, untuk masalahnya kali ini ia tidak ingin berbagi dengan siapapun, termasuk Firza.
"Kamu..."
PUK!
Ucapan Firza terputus karena seseorang menepuk bahunya, gadis itu langsung menoleh.
"Minggir! Ini jalanan umum, jangan seenaknya berhenti di tengah jalan!" Seru Zahfi yang mau lewat bersama Arby. Firza memutar bola matanya malas.
"Ih, Kak Zahfi ini. Itu jalanan masih lebar, Kak Zahfi kan bisa lewat sana." Firza menunjuk jalanan kosong di sampingnya.
"Tapi aku mau lewat sini, kamu yang minggir." Sahut Zahfi tak mau kalah. Firza baru akan membuka mulutnya ingin menimpali ucapan Zahfi, tapi Dea menarik lengannya untuk menepi.
"Sudah, Firza. Kita yang salah, kita yang sudah berhenti di tengah jalan." Ucap Dea.
"Dengar itu kata temanmu, kalian yang salah." Zahfi menimpali, dan melanjutkan kembali langkahnya. Firza mengepalkan tangannya ke udara, merasa gemas dengan saudara kembarnya itu. Tidak di rumah, tidak di sekolah, selalu mencari masalah saja dengannya.
"Ayo cepat masuk. Sebentar lagi bel akan berbunyi." Ucap Arby, pemuda itu melirik ke arah Dea sekilas yang ternyata tengah menatapnya. Arby tersenyum tipis pada gadis itu kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas.
"Iya, Kak." Sahut Firza. Dea menatap punggung Arby yang menjauh dengan pandangan yang tak biasa.
"Ayo, Dea! Kita masuk!" Ajak Firza membuyarkan lamunan Dea tentang Arby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Amara Agustina
lanjut kak
2023-08-29
1