PERDEBATAN DI KANTIN

Setelah beberapa mata pelajaran akhirnya bel istirahat berbunyi, para siswa berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.

"Yah Dea, sudah penuh semua mejanya." Ucap Firza yang membawa semangkuk bakso dan segelas es teh manis di tangannya, Dea pun sama.

"Kita makan di taman saja." Ajak Dea.

"Ya sudah, ayo!"

Seperti biasa, jika kantin penuh dua gadis itu lebih memilih makan di taman. Apalagi suasana di taman sangat sejuk karena banyak pepohonan.

Baru saja Firza dan Dea berbalik, tiba-tiba saja...

PRANG!

Makanan dan minuman yang dibawa Firza terjatuh karena Firza tidak bisa menyeimbangkan langkahnya.

"Firza!" Seru Dea yang langsung membantu sahabatnya untuk berdiri.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanyanya. Firza menggeleng dan segera bangun untuk membersihkan seragamnya yang terkena tumpahan makanan. Lalu gadis itu menatap tajam pada seseorang dan menghampirinya.

"Juli! Kamu sengaja kan buat aku jatuh?" Seru Firza pada seseorang yang duduk tidak jauh darinya.

"Apa-apaan kamu, main tuduh orang sembarangan! Kamu saja yang jalannya tidak pakai mata!" Seru Juli yang bangun dari duduknya.

"Apa kamu fikir aku tidak tau, tadi kamu sengaja menyengkat kakiku!" Sengit Firza, sementara Dea memegangi lengannya. Firza yang manja akan terlihat menyeramkan jika sedang marah seperti ini.

"Heh, Firza! Jangan fitnah ya!" Sahut Juli tak kalah sengit, ia bahkan menunjuk ke arah Firza, Firza langsung menepis tangan Juli yang berada tepat di wajahnya.

"Singkirkan tanganmu!" Serunya.

"Firza, sudah kita pergi saja." Bisik Dea, ia merasa tidak nyaman karena perhatian para pengunjung kantin kini berpusat pada mereka.

"Aku tidak mau pergi sebelum dia minta maaf padaku, karena sudah jelas dia yang salah!" Tegas Firza.

"Minta maaf? Cih! Jangan mimpi! Lagipula memang kamu punya bukti kalau aku yang buat kamu terjatuh?" Timpal Juli.

"Kamu..." Firza menggeram, belakangan ini Juli selalu saja cari gara-gara dengannya.

"Juli! Cepat minta maaf pada Firza!" Suara itu membuat ketiga gadis itu menoleh, ada Arby dan Zahfi yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Arby, kenapa aku harus minta maaf pada Firza? Aku tidak melakukan apapun." Suara Juli tiba-tiba berubah jadi lembut.

"Karena kamu sudah berbuat salah pada Firza." Zahfi menimpali.

"Zahfi, jangan mentang-mentang dia saudara kalian, jadi kalian membelanya." Sahut Juli.

"Kami lihat sendiri kamu memang sengaja membuat Firza terjatuh." Ucap Arby, terlihat Firza menarik sudut bibirnya.

Enaknya punya saudara laki-laki ya seperti ini, selalu ada yang pasang badan saat ada yang mengganggu. Tapi di sini posisi Firza memang tak bersalah. Jika harus satu lawan satu dengan Juli pun, Firza berani.

"Aku tidak akan sudi minta maaf padanya!" Juli langsung berlalu dari sana tanpa menghiraukan ucapan Arby. Tadi wajahnya sudah memerah karena ia tak menyangka jika Arby tau apa yang dilakukannya.

"Firza, kamu tidak apa-apa?" Tanya Arby sambil memindai penampilan adiknya yang sudah berantakan.

"Ya, hanya bajuku saja yang kotor dan aku kehilangan makan siangku." Jawab Firza dengan helaan nafas berat, menatap nanar pada makanan dan minumannya sudah berserakan di lantai. Sayang sekali dirinya jadi membuang-buang makanan gara-gara Juli. Tapi yang membuatnya lebih kesal adalah Juli tidak mau minta maaf padanya.

"Ayo kita ke loker, aku ada seragam di sana." Ajak Dea.

"Ya sudah, kamu ganti baju dulu. Nanti aku pesankan makan siang untukmu." Ucap Arby.

"Iya, Kak. Terima kasih. Aku ganti baju dulu." Firza dan Dea beranjak menuju loker.

_

_

_

"Aku heran, semenjak aku menolak Juli ketika meminta bantuanku agar dia bisa dekat dengan Kak Arby dia jadi jahat begitu." Firza menggerutu, ia sudah selesai berganti baju.

"Padahal dulu hubunganku dengannya bisa di bilang baik-baik saja." Tambahnya.

Beberapa waktu lalu, Juli memang meminta bantuan pada Firza agar dirinya bisa dekat dengan Arby. Karena Juli sudah lama menyukai Arby. Namun Firza langsung menolaknya. Walaupun Arby saudara kembarnya, untuk urusan pribadi seperti itu, Firza tidak akan ikut campur. Mendengar penolakan dari Firza, Juli lantas murka dan sejak saat itu Juli selalu saja cari masalah dengan Firza.

"Sudah, biarkan saja." Ucap Dea yang membantu Firza merapikan hijabnya.

"Tidak bisa di biarkan, Dea. Nanti dia semakin melunjak." Geram Firza.

"Firza, kalau ada orang yang jahat pada kita tidak seharusnya kita balas menjahatinya juga." Dea mulai menasehati sahabatnya.

Dea adalah gadis yang lemah lembut dan juga sangat tulus, itu yang membuat Firza senang bersahabat dengan Dea. Dea juga tidak pernah pilih-pilih dalam berteman.

"Tapi aku tidak sebaik itu, Dea. Kamu tau, tadi rasanya aku ingin sekali melempar wajah Juli dengan mangkuk bakso, tapi kamu malah memegangi lenganku." Timpal Firza, Dea hanya bisa menggeleng mendengarnya.

"Jangan marah-marah terus, nanti cantiknya hilang. Sebaiknya kita makan, aku sudah lapar." Dea mengalihkan pembicaraan dan langsung menarik tangan sahabatnya.

"Kecantikanku ini abadi Dea." Timpal Firza sambil mengikuti langkah Dea.

_

_

_

Dua mangkuk bakso dan dua gelas teh manis sudah terhidang di kursi taman.

"Terima kasih, Kak Arby." Ucap Firza yang langsung duduk di sana.

"Hei, aku yang bawa makanan itu kemari. Kamu tidak bilang terima kasih padaku juga?" Zahfi melayangkan protes.

"Terima kasih kakakku yang paling menyebalkan." Ucap Firza dengan senyum manis di wajahnya. Zahfi baru akan membuka mulutnya, tapi Arby langsung memotongnya.

"Sudah, sebaiknya kalian makan dulu. Ayo kita ke perpustakaan." Arby menyeret Zahfi untuk pergi dari sana sebelum keduanya kembali berdebat.

Terpopuler

Comments

Amara Agustina

Amara Agustina

semangat kak

2023-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!