BAB 19

“Agra, pecat saja gadis itu, dia bisa membawa pengaruh buruk pada Gio, lihat saja mulutnya juga sangat tidak sopan.”

Lagi untuk yang kesekian kalinya Ratih mencoba untuk memprovokasi Agra, Agra pun hanya bisa menarik nafas panjang mendengar permintaan sang mama, jujur saja memang tidak mudah untuk memecat Amara, selain sudah terikat kontrak, Gio juga sangat dekat dengan gadis itu, buktinya hari ini Gio begitu tenang saat bersama Amara.

“Ma, tidak semudah itu, Gio sangat dekat dengan..”

“Ya sudah kalau tidak mau mendengarkan ucapan mama, tapi jangan menyesal kalau Gio nanti jadi anak kurang ajar!”

Ucap Ratih bangun dari duduknya mengambil tas nya lalu berjalan keluar dari rumah itu dengan perasaan kesal, Agra hanya bisa menggelengkan kepalanya, mamanya memang seperti itu jika keinginannya tidak dituruti oleh Agra, pria itu kini menatap Gio yang sedang memakan cemilan dengan lahap.

Tak lama terdengar suara keributan dari kamar Gio membuat Agra segera membawa Gio menuju kamarnya, baru saja tiba didepan pintu terlihat Amara yang tengah menangis ditenangi oleh Dani, entah apa penyebabnya yang jelas Agra segera masuk untuk mencaritahu sumber masalah gadis itu.

“Ada apa? Apa Amara merasa sakit?”

Tanya Agra pada Dani yang kini tengah memeluk Amara.

“Aku mau pulang sekarang mas!”

Ucap Amara terlihat lemas, sedangkan Agra yang mendengar ucapan Amara tentu saja semakin bingung, pulang? Kenapa gadis itu tiba tiba ingin pulang? Apa ia merasa tidak nyaman dengan ucapan mamanya yang terus terusan menghinanya? 

“Ada apa? Kenapa dia meminta pulang? Dia tidak bisa pulang begitu saja karena kontraknya..”

“Aku tidak peduli dengan kontrak! Aku hanya ingin pulang menemui ayahku!”

Timpal Amara kini meninggikan suaranya pada Agra membuat pria itu terdiam.

“Amara baru saja mendapat telepon dari kampungnya kalau ayahnya saat ini sedang kritis, itu sebabnya ia ingin segera pulang.”

Jelas Dani pada Agra sontak membuat pria itu menatap Amara saat ini, pantas saja gadis itu terlihat sangat takut, tanpa pikir panjang Agra pun mengizinkan Amara untuk pulang ke desanya namun bukan itu masalahnya saat ini, dikarenakan kondisi Amara yang tak begitu baik, Dani sedikit khawatir.

“Tapi kondisi Amara saat ini juga tidak begitu baik untuk menempuh perjalanan jauh, bagaimana jika..”

“Iya kau boleh mengantarnya tapi setelah tiba disana kau harus segera kembali ke kota, ingat pekerjaan dikantor juga penting.”

Timpal Agra yang mengerti maksud dari ucapan Dani yang memang ingin mendekati Amara, mendengar hal itu Dani pun mengangguk dengan senyuman lebar, akhirnya ada kesempatan ia akan berdekatan dengan Amara, tidak peduli dengan lelahnya nanti.

Malam harinya kini Amara dan Dani berangkat, atas keinginan Amara sebenarnya lantaran tak Ingi menunda lebih lama lagi, mobil yang mereka tumpangi pun melaju dengan kencang keluar menuju gerbang kediaman Agra, sedangkan Agra hanya menatap kepergian keduanya dari jendela kamarnya.

“Sial! Kenapa aku merasa kasihan padanya?”

Agra membatin, entah mengapa setelah melihat raut wajah gadis itu ia terus saja memikirkannya, padahal sebelumnya ia hanya menyimpan rasa kesal pada gadis itu yang selalu saja bersikap centil padanya, tak ingin ambil pusing, Agra pun memilih untuk memeriksa Gio yang berada didalam kamarnya.

Beruntung sebelum pergi, Amara sudah menidurkan Gio hingga bayi itu saat ini sudah terlelap, tapi bagaimana besok? Bagaimana jika besok Gio mencari keberadaan Amara? Semenjak ada Amara urusan Gio benar benar hanya bergantung pada gadis itu bahkan Agra tidak bisa memikirkan hal lain selain Amara jika sudah menyangkut Gio.

Sedangkan didalam mobil saat ini Amara hanya diam sesekali menyeka air matanya, pikirannya sudah melayang kemana mana begitu mendengar kondisi sang ayah, memang semenjak masuk penjara sang ayah tidak pernah sehat, selalu saja ada keluhan dari pria itu namun Amara tidak menyangka jika akan menjadi seperti saat ini.

“Jangan menangis Amara, semua akan baik baik saja.”

Ucap Dani untuk yang kesekian kalinya pada gadis itu, namun Amara tak menghiraukannya, mau sebanyak apapun orang menyemangati nya saat ini jika pikirannya tidak bisa diajak kompromi maka semua itu tidak berguna, Dani pun hanya bisa menghela nafas kala melihat Amara yang terus saja menangis meskipun tidak mengeluarkan suara.

“Baru kali ini aku melihatnya seperti ini, biasanya hanya keceriaan yang ku lihat dari wajahnya.”

Dani membatin, rasanya tengah melihat sisi lain dari Amara.

“Tuhan tolong lindungi ayah Amara, jangan biarkan apapun terjadi padanya.”

Amara membatin, sejak tadi hanya itu yang ia ucapkan, hingga akhirnya gadis itu terlelap lantaran merasa begitu mengantuk setelah banyak mengeluarkan air mata, hingga pagi pun tiba, Amara baru saja terbangun dari tidurnya kini menatap ke samping, sontak keningnya berkerut kala tak menemukan keberadaan Dani.

“Mas Dani? Dimana dia?”

Ucap Amara menatap sekeliling hingga tak lama Dani kembali dengan membawa makanan.

“Kau sudah bangun? Mas bawa makanan, kita sudah tiba didesa mu tapi mas tidak begitu yakin jadi mas menunggumu bangun saja.”

Ucap Dani seraya menyerahkan makanan yang ia beli diwarung terdekat pada Amara, Amara hanya diam menatap Dani, jika di pikir pikir, sikap Dani lebih baik dari pada Agra, tapi kenapa Amara tidak pernah melihat kebaikan pria itu? Ia bahkan rela terjaga sepanjang malam dan menyetir demi dirinya yang bahkan tidak ada ikatan apapun.

“Amara? Kau baik baik saja?”

Ucap Dani kala melihat Amara yang hanya diam menatapnya, sedangkan Amara sedikit tersentak lalu hanya menggelengkan kepalanya, gadis itu segera mengambil makanan dari tangan Dani lalu memakannya, gadis itu kemudian menatap sekitar, memang mereka sudah memasuki desanya namun rumah Amara masih sangat jauh.

Keduanya kemudian kembali melanjutkan perjalanan menuju kediaman orang tua Amara, hingga akhirnya mobil yang mereka tumpangi tiba dikediaman orang tua Amara, begitu tiba disana Amara sontak saja berlari masuk kedalam rumahnya, setibanya disana Amara kembali dikejutkan dengan keadaan sang ayah yang hanya terbaring lemah diatas ranjang.

“Ayah!! Amara pulang yah!!”

Ucap Amara seraya memeluk sang ayah yang bahkan tak lagi merespon ucapannya.

“Amara? Kau pulang?! Bagaimana dengan kerjaanmu? Kita butuh uang Amara!! Ibu menghubungimu hanya agar kau mengirim uang, bukan nya pulang!”

Deg!

Seketika Dani terdiam begitu mendengar ucapan dari wanita yang ia yakini adalah ibu dari Amara, bagaimana bisa seorang ibu berbicara seperti itu pada putrinya? Namun jika dilihat dari reaksi Amara yang terlihat biasa saja setelah mendengar ucapan sang ibu, sepertinya Amara sudah terbiasa dengan semuanya.

“Dia, siapa dia? Kenapa kau bisa datang bersamanya?”

Tanya Inah wanita yang telah melahirkan Amara kedunia ini.

“Dia datang dengan pria itu? Apa pekerjaan Amara dikota sebenarnya? Apa dia menjadi simpanan lelaki yang sudah beristri?”

Bisik bisik terdengar dari mulut para tetangga yang datang menjenguk ayah Amara, bukan menjenguk lebih tepatnya hanya kepo setelah cukup lama tidak melihat ayah Amara semenjak berada dibalik jeruji besi.

“Amara!! Ibu bertanya padamu! Jangan membuat ibu malu Amara!!”

Ucap Inah menarik tangan Amara dengan cukup kasar membuat gadis itu meringis kesakitan.

“Ibu tolong tenang dulu, saya asisten pribadi bos ditempat Amara kerja, saya diutus untuk mengantarkan Amara pulang.” 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!