BAB 5

“Sudah ketemu?”

Ucap Agra dari telepon yang tengah menelpon Dani, Dani hanya bisa memejamkan matanya kala mendengar pertanyaan dari atasan sekaligus sahabatnya itu, yang benar saja Dani disuruh mencari pengasuh bayi malam malam begini!, Tentu Dani lebih memilih ke club dari pada menuruti permintaan aneh Agra.

“Serius malam malam begini?”

Tanya Dani memelas, rasanya ia sudah ingin merebahkan dirinya diatas ranjang empuk.

“Bukan sekarang tapi sudah sejak tadi aku memintamu mencarinya jadi sekarang aku sedang menanyakan hasil pencarianmu itu!”

Deg!

Dani dibuat mati kutu, bisa habis dia jika Agra tau ia justru ke club dan bukan menjalankan tugas dari Agra, Dani tentu gelagapan mencari alasan namun sia sia saja lantaran Agra sudah menebak kemana perginya Dani, pria itu benar benar tidak bisa meninggalkan kebiasaan minum minumnya di club' seraya mencuci mata melihat kemolekan tubuh gadis gadis tidak tau diri sana.

“Sudahlah, kau memang tidak berguna!”

Ucap Agra memutuskan sambungan telepon, Sedangkan Dani hanya bisa menghela nafas lega beruntung Agra tidak memarahinya, lagipula ada apa dengan pria itu kenapa hari ini ia terlihat tidak tenang? Memilih untuk tidak peduli, Dani akhirnya melakukan mobilnya menuju apartmentnya, namun baru saja memejamkan matanya diranjang yang empuk, tiba tiba sekelebat bayangan gadis lugu tadi melintas dipikirannya.

“Astaga Dani!! Kenapa terus memikirkan gadis itu? Dia hanya gadis kecil!”

Sentaknya menutup wajahnya dengan bantal, aneh sekali hanya sekali bertemu dengan gadis itu saja sudah membuat Dani memikirkannya terus menerus, entah mengapa ada daya tarik luar biasa yang gadis itu punya membuat Dani benar benar terpikat bahkan gadis itu saja tidak tersenyum sama sekali padanya.

.

.

.

Pagi menyapa ruangan milik Amara, dengan malas gadis itu membuka matanya hanya untuk melanjutkan rutinitasnya setiap pagi, Amara menatap dirinya dipantulan kaca, mata sembab nya benar benar terlihat, entah apa yang harus ia katakan nanti jika teman temannya bertanya kemana ia pergi semalam, dengan berat Amara menghembuskan nafasnya lalu segera berlalu ke kamar mandi.

Setelah selesai bersiap siap, Amara pun segera berangkat ke toko roti, setibanya disana benar saja teman temannya langsung menghampirinya menanyakan kemana ia pergi semalam, sedangkan Amara hanya diam tidak tau harus menjawab apa, apa ia harus jujur jika Didit mencoba berlaku tidak sopan padanya? Dan apa teman temannya akan percaya?

“Aku.. aku hanya merasa tidak enak badan dan segera pulang.”

Ucap Amara gugup, teman temannya hanya mengangguk kecil percaya begitu saja dengan ucapan Amara, lantaran memang selama ini Amara selalu jujur pada mereka, Amara sedikit bernafas lega melihat reaksi teman temannya, namun seketika gadis itu membulatkan matanya kala mendengar ucapan salah satu temannya tentang Didit.

“Amara, kau tahu? Kemarin malam Didit ditemukan terkapar di depan toilet.”

Deg!

Amara terdiam, entah mengapa tubuhnya menjadi gemetaran mendengar ucapan temannya itu padahal ia tidak bersalah sama sekali, melihat raut wajah pucat Amara tentu membuat teman temannya khawatir dengan keadaan gadis itu, apalagi sebelumnya Amara mengatakan jika kemarin malam ia merasa tidak enak badan.

“Amara, kau baik baik saja?”

Tanya Sherly, Amara hanya mengangguk kecil.

“Bagaimana keadaan Didit? Dia baik baik saja, atau...”

Amara tak melanjutkan ucapannya lantaran benar benar takut jika hal buruk terjadi pada Didit.

“Dia baik baik saja Amara, hanya sedikit lebam tidak tau apa penyebabnya, sepertinya dia dipukul seseorang.”

Amara hanya mengangguk kecil, berusaha untuk terlihat biasa saja meskipun detak jantungnya tidak bisa dikendalikan lagi, mereka kemudian kembali melanjutkan pekerjaan mereka, Amara pun segera mengganti seragam kerjanya.

“syukurlah Didit tidak terluka parah.”

Amara membatin di ruang ganti, setelah selesai mengganti pakaiannya, Amara pun segera keluar dari sana namun gadis itu tersentak kala melihat keberadaan bosnya yang berada didepan ruang ganti, hal itu tentu membuat Amara tidak nyaman.

“Pak Adi, apa yang bapak lakukan disini?”

Tanya Amara masih berusaha untuk sopan pada bosnya itu.

“Saya, saya hanya ingin memastikan jika kamu baik baik saja, karena yang saya dengar kamu sedang tidak enak badan, apa itu benar? Kalau benar kau bisa pulang, biar saya yang antar.”

Jelas Adi, gadis itu sontak menatap aneh pada bosnya itu lalu segera menggelengkan kepalanya.

“Saya baik baik saja pak, terima kasih atas perhatiannya, saya lanjut kerja dulu.”

Ucap Amara melangkahkan kakinya pergi dari hadapan pria itu namun tiba tiba Adi menahan tangannya lalu sontak memeluk tubuh gadis itu membuat Amara benar benar terkejut dan refleks menendang benda berharga milik Adi yang membuat pria itu meringis kesakitan memegangi benda pusaka miliknya.

“Ma-maaf pak, tapi bapak bersikap tidak sopan pada saya, jadi itu salah bapak.”

Ucap Amara takut sebenarnya tapi berusaha memberanikan diri, Amara segera pergi dari sana tanpa berniat membantu Adi, harinya benar benar sial, setelah bertemu dengan pria kurang ajar seperti Didit, dia juga harus menerima sikap menjijikkan atasannya itu yang sudah semakin berani menyentuhnya.

“Ibu.. Amara takut sekali tinggal terlalu lama dikota besar ini.”

Gumam gadis itu seraya berjongkok, kepalanya ia masukkan diantara kaki dan tubuhnya, keadaan disana cukup sepi membuat Amara berani mengeluh bahkan meneteskan air mata, hingga tak lama terdengar suara seseorang yang membuat gadis itu sontak saja mengangkat wajahnya.

“Kau baik baik saja?”

Tanya pria itu, Amara sontak mengangkat wajahnya menatap pria itu, seketika matanya membulat kala melihat pria yang tak asing itu berada dihadapannya, pria itu juga terkejut melihat keberadaan gadis yang membuat malamnya tidak tenang, namun seketika sebuah senyuman tersungg dibibir pria itu.

“Amara? Kau disini?”

Tanya pria itu yang tak lain adalah Dani, yang akan berangkat kerumah Agra menjemput pria itu namun lantaran tak sempat sarapan, Dani memilih berhenti disebuah toko roti untuk membeli beberapa roti disana, namun siapa sangka hal itu justru membuatnya beruntung bertemu dengan gadis yang ia pikirkan semalaman.

“Tuan... aduh siapa namamu? Aku lupa.”

Ucap Amara seraya menggaruk kepalanya, ia benar benar lupa nama pria yang menolongnya tadi malam, sedangkan Dani hanya tersenyum kecut mendengar gadis itu mengatakan tidak mengingat namanya padahal ia sepanjang malam terus saja mengingat nama gadis itu.

“Dani, panggil aku mas Dani saja.”

Amara mengangguk merasa tak keberatan dengan permintaan pria itu, sedangkan dibalik tembok kini Adi tengah menatap geram pembeli yang terlihat begitu akrab dengan Amara, bahkan dirinya saja belum pernah berbicara banyak dengan Amara selain masalah pekerjaan.

“Siapa pria itu? kenapa bisa mereka kenal karena yang ku tau Amara tidak mengenal siapapun selain teman teman kerjanya.”

Adi membatin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!