Amara menatap lampu kerlap kerlip berwarna warni ditempat yang begitu asing baginya itu, ya mereka tiba di club sesuai permintaan Riri, dengan beralasan hanya sebentar Riri akhirnya mampu meluluhkan hati teman temannya itu, meskipun sedikit terpaksa bukan karena tidak terbiasa ke tempat itu, melainkan karena memikirkan Amara yang pasti tidak pernah ke tempat itu selama ini.
Sebegitu khawatirnya mereka pada Amara, namun Amara juga tidak ingin merusak suasana dengan menolak ajakan Riri, meskipun tidak dapat dipungkiri ada rasa takut yang menjalar dihatinya lantaran ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di tempat itu selama hidupnya, rasanya benar benar aneh, banyak orang disana, ada yang terlihat seusia dengannya ada juga yang terlihat sudah cukup berumur.
“Apa enaknya tempat ini? Hanya melihat orang orang melenggak-lenggokkan tubuh saja dihadapan pria pria.”
Amara membatin menatap sekeliling, aneh sekali selera orang orang kota ini, Amara lebih banyak diam disana, tidak seperti sebelumnya yang suka berbicara dan menghibur teman temannya, hingga tak lama salah satu pria yang ia ketahui adalah teman dari kekasih Riri tiba tiba duduk di samping Amara membuat Amara sedikit terkejut.
“Hai, perkenalkan aku Didit, siapa namamu tadi?”
Tanya pria itu mengulurkan tangannya pada Amara, meskipun sedikit ragu, Amara tetap menyambut uluran tangan pria itu dengan senyum tipis.
“Amara.”
Ucap Amara lembut, selagi pria itu masih sopan, Amara juga akan bersikap sama, pria itu hanya mengangguk seraya tersenyum namun matanya tak henti hentinya menatap tubuh Amara yang terbalut celana jeans biru dan kaos putih oblong, rambut dicepol memperlihatkan leher jenjangnya, tanpa Amara sadari penampilan sederhananya itu justru menarik perhatian pria itu sejak tadi.
Pria itu menyadarkan tubuhnya di kepala sofa dengan tangan yang ia tenggerkan di samping nya, lebih tepatnya di belakang Amara membuat gadis itu was was saat ini, meskipun tidak menyentuhnya tapi entah mengapa ia merasa tidak nyaman saat ini, belum lagi mata Didit yang tak hentinya menatap tubuh Amara yang sedikit semok.
“Airin, aku permisi ke toilet dulu.”
Bisik Amara pada Airin, Airin pun mengangguk membiarkan Amara pergi, meskipun sudah menawarkan diri untuk menemani Amara namun Amara menolak lantaran ia ingin berlama lama agar tak perlu cepat cepat kembali ke tempat duduk mereka, rasanya benar benar malas berdekatan dengan Didit, sedangkan Riri menatap Didit setelah kepergian Amara, tak lama Didit menganggukkan kepalanya pada Riri setelah menerima kode dari gadis itu.
Didit pun ikut pergi dari sana secara diam diam disaat Riri tengah mengajak teman temannya berbicara, Didit mengikuti Amara yang memang terlihat baru saja masuk kedalam toilet wanita, dengan sabar Didit menunggu gadis itu keluar dari sana, hingga beberapa menit kemudian Amara keluar dari sana namun dengan cepat Didit menarik pergelangan tangan Amara membawanya ke lorong.
“Hei lepaskan!!”
Sentak Amara menepis tangan Didit, menatap tajam pria itu lantaran berani memegang tangannya, sedangkan Didit tersenyum tipis lalu menarik pinggang Amara agar berdekatan dengannya, Amara sontak saja memberontak meminta Didit untuk melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu namun bukannya melepaskan, Didit justru mengeratkan pelukannya.
“Jangan sok polos Amara! Aku tau bagaimana kelakuan asli gadis sok polos sepertimu, kau sengaja permisi ke toilet padahal nyatanya kau hanya ingin aku mengikuti mu kan?”
Jelas Didit yang terdengar tidak masuk akal bagi Amara, Amara sontak mendorong tubuh Didit sekuat mungkin membuat pria itu terjatuh lantaran juga dalam pengaruh alkohol, namun pria itu kembali bangkit dan menghampiri Amara, tentu ingin membalas dendam lantaran gadis itu berani mendorong tubuhnya, sedangkan Amara kini mencoba untuk lari namun tangannya dicekal oleh Didit.
“Lepaskan aku!!!”
Sentak Amara menepis tangan Didit, pria itu menyeringai menarik Amara dalam pelukannya dengan paksa, membuat Amara mau tak mau berteriak meminta pertolongan namun orang orang yang lewat disana tak memperdulikannya lantaran menganggap mereka hanya pasangan yang sedang bertengkar.
Bugh!!
“Lepaskan dia!!”
Ucap seseorang memukul Didit cukup keras membuat Didit terjungkal, Amara sontak berlari kebelakang pria itu meminta perlindungan, pria itu kembali memukul Didit kala melihat raut wajah ketakutan gadis itu, ia yakin jika gadis itu memang sedang diganggu oleh pria brengsek itu, Didit yang dihajar habis habisan akhirnya tak berdaya ditangan pria itu.
“Kau tidak apa apa?”
Tanya pria itu menatap Amara, Amara yang sedikit gemetaran hanya mengangguk namun air matanya sudah luruh, ia benar benar takut jika Didit melakukan hal yang lebih padanya, pria itu merasa iba melihat wajah ketakutan Amara sontak memeluk gadis itu dalam pelukannya, Amara pun terlihat tidak merasa takut sedikitpun dalam pelukan pria asing itu.
“Dimana rumahmu? Ayo ku antar pulang.”
Ucap pria itu lagi membawa Amara keluar dari tempat itu dari jalan belakang, Amara hanya menurut meskipun tak mengenal pria itu namun ia yakin jika pria itu pria baik baik lantaran telah menolongnya dari Didit, sepanjang perjalanan Amara hanya diam sesekali menyeka air matanya yang tak hentinya turun membasahi pipinya.
“Diapa namamu?”
Tanya pria itu seraya menyerahkan sapu tangan pada Amara, Amara menoleh sekilas ke pria itu lalu meraih sapu tangan pemberian pria itu.
“Amara.”
Jawab Amara singkat, pria itu hanya mengangguk kecil lalu menoleh sekilas pada gadis cantik yang terus saja menundukkan kepalanya.
“Kau tidak terlihat seperti anak nakal, kenapa kau berada ditempat itu?”
Amara terdiam lalu menatap pria itu, padahal mereka baru bertemu tapi pria itu sudah mengambil kesimpulan jika dirinya bukan anak nakal, apa wajahnya benar benar menunjukkan jika dia gadis desa? Entah mengapa mendengar pertanyaan pria itu membuat Amara kesal.
“Aku nakal kok!”
Ucap Amara spontan sontak saja membuat pria itu tertawa, aneh sekali jika ada orang yang mengakui dirinya nakal, orang yang benar benar nakal tentu tidak akan melakukan hal itu, sedangkan Amara semakin kesal lantaran di tertawai oleh pria yang baik tapi menyebalkan juga, beruntung pria itu sudah menolongnya jika tidak mungkin Amara sudah memukulnya.
“Kamu ngekost?”
Tanya pria itu ketika tiba di alamat yang Amara katakan, Amara hanya mengangguk lalu segera turun dari mobil, setibanya didepan kaca mobil pria itu Amara langsung mengucapkan terima kasih atas tumpangan dan bantuan dari pria baik tapi menyebalkan itu.
“Terima kasih tuan..”
“Panggil saja Dani.”
Timpal pria itu membuat Amara mengangguk lalu segera masuk kedalam kostnya, Dani pun segera melajukan kendaraannya meninggalkan tempat itu, sedangkan Amara yang sudah berada di kostnya kini segera merebahkan dirinya, gadis itu meraih ponselnya dari dalam tas, terlihat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari teman-temannya yang menanyakan keberadaannya saat ini.
Amara kembali meletakkan ponselnya tanpa berniat membalas pesan dari teman temannya itu, sedangkan Dani yang berada didalam mobil nya kini masih teringat wajah Amara, gadis lugu yang sok nakal dihadapannya.
“Benar benar lucu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments