BAB 3

Agra kini berada di ruang kerjanya menatap beberapa data pribadi calon pengasuh bayinya, seorang Agra yang tak mempercayai siapapun dalam mengurus bayinya selain asisten yang memang sudah bekerja cukup lama dengannya, kini terpaksa harus mencari pengasuh untuk bayinya, sebenarnya sudah lama Inum menyarankan pria itu untuk mencari pengasuh namun Agra selalu menolak.

“Wajah mereka terlihat galak, bagaimana jika nanti mereka menyakiti putraku?”

Ucap Agra pada orang kepercayaannya yang ia suruh untuk mencari pengasuh bayinya, pria yang seumuran dengan Agra itu hanya memutar bola matanya malas, ada saja alasan pria itu, bilang saja kalau memang belum percaya dengan orang lain, Dani selaku asisten pribadi sekaligus sahabat Agra itu mengambil lembaran kertas itu lalu segera keluar dari ruangan kerja Agra tanpa sepatah katapun.

“Bagaimana tuan Dani? Apa dia sudah memilih?”

Tanya Inum yang sudah menunggu didepan pintu ruangan kerja majikannya itu sejak tadi, Dani menggelengkan kepalanya membuat Inum hanya menghela nafas berat, sesusah itu majikannya percaya pada orang lagi, terutama seorang wanita, setelah mama Gio meninggalkannya sesaat setelah melahirkan Gio kedunia, entah apa alasannya Inum juga tidak tahu apapun.

“Jangankan untuk jatuh cinta kembali, percaya pada orang lain saja sudah tidak mungkin.”

Gumam Inum sejujurnya merasa kasihan pada majikannya itu, sudah cukup lama ia mengenal Agra lantaran memang sebelum bekerja dengan Agra pribadi, Inum sudah bekerja dirumah besar kedua orang tua Agra dan pindah kerumah pribadi Agra atas perintah kedua orang tua Agra lantaran mama Gio sedang mengandung Gio saat itu.

“Jatuh cinta? Agra? No way!”

Ucap Dani pada Inum, Inum hanya diam lalu menatap pintu ruang kerja milik majikannya itu, seketika bola matanya membulat kala melihat sosok majikannya itu sudah berada di belakang Dani dengan raut wajahnya yang datar membuat Inum seketika menunduk, sedangkan Dani menatap aneh Inum yang mendadak terlihat sangat takut.

“Ada apa Inum? Kenapa kau menunduk? Apa..”

“Ehekmm!! Karena dia ku gaji bukan untuk berbicara denganmu!”

Timpal Agra tentu membuat Dani mendadak membeku, sejak kapan pria itu berada dibelakangnya? Dan pastinya Agra sudah mendengar semua percakapan Dani dan Inum, Inum pun izin pamit setelah mengucapkan kata maaf pada majikannya itu, sedangkan Dani hanya tersenyum menatap Agra menampilkan gigi giginya yang rapat.

“Eh Agra! anu tadi cuma..”

“Pergilah! Cari pengasuh lain untuk bayiku!”

Timpal Agra membuat Dani hanya mengangguk pasrah, padahal yang sebelumnya sudah yang terbaik, bahkan Dani sendiri sudah menemui mereka hanya untuk memastikan jika mereka benar benar berpengalaman tapi Agra ini!! Ah sudahlah tugas Dani hanya menuruti dengan mengerjakan semua tugas yang Agra berikan padanya tanpa harus protes, baru saja melangkahkan kakinya meninggalkan Agra, mendadak Dani kembali berbalik pada Agra kala mengingat ucapan Inum.

“Inum bilang ada gadis yang bisa menenangkan Gio dengan mudah, kenapa tidak gadis itu...”

“Tidak! Dia gadis aneh! Yang ada Gio juga ketularan aneh sepertinya!”

Timpal Agra sontak menolak saran dari Dani, Dani pun lagi lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya, memang sangat keras kepala dan tidak mau mendengar nasehat siapapun, Dani pun akhirnya pamit dari pada harus pusing mengahadapi sikap keras kepala Agra itu, sedangkan Agra kini segera masuk kedalam kamar Gio dimana saat ini bayi itu tengah tertidur pulas.

Agra menghampiri bayinya seraya mengusap puncak kepala bayi itu dengan lembut, wajahnya benar benar mirip dengan sang mama yang sudah mengecewakan Agra, tapi bayi itu yang justru menjadi korban, meskipun tidak berniat untuk menelantarkan Gio dari kasih sayang seorang ayah tapi Agra benar benar tidak bisa melihat wajah bayi itu dengan cukup lama lantaran benar benar mirip dengan mamanya.

“Naina, lihatlah karena keegoisanmu, putra kita yang menjadi korban.”

Agra membatin, kala mengingat betapa egoisnya Naina, yaitu wanita yang telah melahirkan Gio kedunia, setelah seminggu melahirkan Gio, Naina kemudian meninggalkan Agra dan Gio sesuai dengan apa yang ia katakan sebelumnya saat baru mengetahui jika ia tengah hamil Gio, Naina dan Agra tidak pernah menikah, Naina yang selalu menolak ajakan Agra untuk menikah membuat Agra akhirnya menghamili Naina.

Namun bukannya membuat wanita itu mengubah keputusannya, Naina justru memberi Agra pilihan yang sangat sulit, antara harus merelakan Naina kembali ke profesinya sebagai model internasional atau harus kehilangan janin yang baru tumbuh dirahim Naina, Agra kemudian memilih pilihan pertama lantaran mengira mungkin Naina akan mengubah keputusannya setelah melahirkan Gio.

Namun salah, Naina tetap pada keputusannya untuk melanjutkan karirnya yang sudah memuncak, dan meninggalkan bayi tampan yang baru seminggu ia lahirkan kedunia, Agra benar benar marah dengan keegoisan Naina hingga memutuskan semua hubungannya dengan wanita itu, ia bahkan tidak peduli apapun yang terjadi pada wanita itu.

Namun tidak bisa dipungkiri, dihatinya masih ada nama Naina yang belum tergantikan oleh siapapun, meskipun benci namun Agra juga sangat mencintai wanita itu sampai saat ini meskipun banyak wanita diluar sana yang mengejar dirinya namun jangankan membalas pesan mereka, menatap saja tidak, dan satu lagi, seluruh kota tidak pernah mengetahui status Gio di kehidupan Agra lantaran memang Agra tidak pernah menyebut nama putra satu-satunya itu selama ini.

Entah dimana Naina saat ini, yang Agra dengar, Naina masih mempunyai kontrak dengan negara di bagian Eropa sana saat ini, meskipun tak ingin mengetahui tentang wanita itu namun selalu saja ia mendengar kabar tentang model cantik yang sudah go internasional itu dimanapun.

“Tuan!!”

Ucap Inum membuat Agra tersentak kaget lalu menoleh kesumber suara dimana Inum berada saat ini, sedangkan Inum hanya menggelengkan kepalanya, padahal sudah kesekian kalinya ia memanggil majikannya itu namun sepertinya majikannya itu terlalu larut dalam lamunannya.

“Makan malam sudah siap tuan.”

Ucap Inum dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Agra yang segera keluar dari sana, sebelum itu Agra menyeka beberapa bulir air matanya yang menetes kala mengingat Naina, namun Inum tau jika majikannya itu tengah mengingat wanita yang ia cintai selama ini dan bahkan sampai detik ini lantaran ia belum pernah melihat atau mendengar majikannya itu membahas wanita lain.

Sedangkan di tempat lain, Amara kini berada disebuah cafe dimana para remaja sering menjadikan itu tempat perkumpulan, Amara bukan anak gaul namun teman temannya lah yang membuat Amara mau tak mau mengikuti mereka, penampilan sederhana tak membuat Amara malu sedikitpun, toh dia sedang berada di kota, dimana orang tidak akan memperdulikan urusan orang lain.

“Amara!! Kamu kalau dandan cantik loh! Kenapa tidak pernah mencobanya?”

Tanya Riri yang tak begitu dekat dengan Amara, Amara hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya, baginya berdandan tidak berguna, untuk apa berdandan dan terlihat cantik? Apa hanya untuk menggoda atau menarik perhatian para pria? Sayang sekali Amara tidak tertarik, bahkan berpikir untuk menjalin hubungan dengan seorang laki laki saja, tidak.

“Gak lah, lagian nanti orang orang akan merasa tertipu pas liat muka asliku yang kaya Mak lampir.”

Ucap Amara diiringi tawa, teman temannya juga tertawa mendengar jawaban Amara, seperti biasa, Amara mampu membuat teman temannya terhibur, sedangkan Riri merasa jika Amara sedang menyindirnya saat ini lantaran diantara mereka, Riri lah yang sering berdandan secara berlebihan, berbeda dengan Amara yang bahkan memakai lipstik saja tidak.

“Dasar si paling suka cari perhatian!”

Riri membatin menatap datar Amara yang tengah tertawa dengan yang lainnya, tak lama Riri kemudian merogoh ponselnya dari dalam tas mengirim pesan dengan seseorang secara diam diam, tak lama beberapa orang pria datang menghampiri meja dimana Amara dan teman temannya berada.

“Hai sayang.”

Ucap seorang pria menghampiri Riri tak lupa memeluk gadis itu bahkan mencium pipinya dihadapan teman teman gadis itu, yang lainnya biasa biasa saja menatap pemandangan dihadapan mereka, berbeda dengan Amara yang terlihat geli menatap Riri dan juga kekasihnya itu.

“Aku bawa teman temanku, apa boleh?”

Tanya pria itu pada Riri, semua yang duduk disitu menatap Riri, memberi isyarat agar meminta kekasih gadis itu mencari tempat lain saja untuk duduk, namun Riri justru memperbolehkannya membuat semua teman temannya merasa kesal, bukan tanpa alasan tapi mereka juga sudah punya pasangan dan ingin menjaga perasaan pasangan mereka.

Dengan berat hati semuanya menerima anggota tambahan yang tak terduga itu, meskipun sedikit canggung tapi mereka tetap merespon dengan baik teman teman kekasih Riri itu, hingga akhirnya satu kalimat dari Riri mampu membuat teman temannya menoleh.

“Guys, kita ke club yuk? Cari suasana baru!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!