Obsesi Pria Tampan
Di sini, di tempat ini, tempat yang sangat digemari banyak orang. Persawahan yang mengelilingi rumahku membuat semua mata mampu terhipnotis dengan keindahan alamnya. Tidak ada henti-hentinya bersyukur, sambil aku terus memandang hingga tak peduli berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk menikmati pemandangan tersebut.
tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, aku bergegas berlari menuju rumahku kembali, rasanya aku sangat ingin terbang melihat burung-burung berterbangan yang kicauannya terasa seperti menghiasi telingaku.
Di tengah perjalanan, aku menemukan sesuatu yang lebih menarik daripada pemandangan alam semesta ini. Walaupun sesama ciptaan Tuhan, namun yang ini tidak hanya membuat mataku menjadi nyaman tapi juga membuat hatiku menjadi tenang.
Terlebih lagi saat dia tertawa, lesung pipi di sebelah kanannya dan giginya yang kecil membuatnya semakin terlihat cantik, matanya yang sayu seperti orang yang kurang tidur, tetapi dengan itu dia semakin terlihat cantik, kulitnya yang tidak putih dan tidak pula hitam, semakin membuatku percaya bahwa wanita Indonesia itu cantik apa adanya tetapi dibalik apa adanya itu justru menyimpan kecantikan yang luar biasa, juga tubuhnya yang ramping dan tinggi semampai membuatnya semakin terlihat elegan. Sepertinya wanita ini sangat cocok untuk menjadi polwan.
Kini kami sudah berpapasan, rasanya kupu-kupu di perutku seperti berterbangan, bisakah aku definisikan bahwa aku sudah jatuh cinta pada pandangan yang pertama? Ah, Jujur saja, ini rasanya seperti sangat konyol. Selama 22 tahun kehidupanku aku tak pernah rasanya tertarik kepada wanita manapun hingga selalu saja ada mulut yang mengatakan bahwa aku ini lelaki tidak normal, Aku pun merasa seperti itu. tapi kali ini aku mendapat bantahan tentang pendapat orang-orang dan asumsiku yang mengatakan bahwa aku bukanlah pria normal.
Jujur saja, aku merasakan hal yang belum pernah aku rasakan seumur hidupku, rasanya seperti ada sesuatu yang menjalar dan itu membuatku Keriangan. Tuhan, inikah jatuh cinta?
Perkenalkan namaku Antama Surya Pratama, aku biasa dipanggil Antama. Sebenarnya arti dari namaku, aku pun tidak tahu, yang jelas aku adalah putra pertama dari seorang ibu yang biasa saja tetapi dia telah berperan luar biasa dalam hidupku, namanya adalah Eka Dwi Utami. Dan ayahku, yang aku tahu Dia adalah seorang CEO yang berperawakan seperti kedudukan yang dia miliki sekarang, besar. Hanya saja, dia mempunyai nyali yang kecil dalam mempertahankan kehidupan rumah tangganya. Jadi kehidupan rumah tangga ayah dan ibuku sedang tidak baik-baik saja, aku selalu melihat ibu ditinggalkan entah ke mana, ayahku adalah seorang yang pandai bersosialisasi akan tetapi dia bodoh dalam memilah perkataannya. karakternya yang kasar serta ketidakpandaiannya dalam menempatkan diri adalah karakter terburuknya, belum lagi dia ini termasuk orang yang sangat cepat bosan, mudah emosian dan sangat sering terjerat ke dalam lubang kemaksiatan, itulah yang aku lihat dari ayahku, apa yang bisa dibanggakan darinya, seorang CEO? Kurasa tidak, kedudukannya itu mungkin hanya akan berlangsung sementara. Aku bukan mendoakannya agar dia menjadi orang yang celaka di kemudian hari hanya saja setiap tindakannya selalu membuat sakit kepala, itulah dia, Prapto Sumono.
Di sini aku sengaja tidak menceritakan kebaikannya karena dia tidak pernah berbuat baik kepadaku. Walaupun dia selalu memberi apa yang aku inginkan tapi dia tidak baik karena yang aku inginkan adalah kebaikan dan kasih sayang darinya, bukan uang dan materi yang dia miliki.
Ikhlas tidak ikhlas dan sadar tidak sadar, aku pun sudah terjerat dengan karakter ayahku sendiri Padahal aku hampir 24 jam hidup bersama ibuku Tetapi entah mengapa karakter alami ini muncul dengan sendirinya,
semakin ke sini, aku menjadi orang yang selalu emosian dan parahnya lagi aku menjadi temperamental padahal ibuku selalu mendidikku dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, tanpa caci maki di dalamnya. Mungkin ini adalah karakter bawaan yang mau tidak mau harus kujalani.
Aku dan ibuku kini tinggal di ujung desa yang dikelilingi dengan persawahan, kemudian disusul dengan pegunungan di sebelahnya. bisa kau bayangkan betapa indahnya itu, kan?
Tinggal di perkampungan tidak berarti hidup kami berkekurangan, karena hidupku sampai sekarang masih saja dibiayai oleh ayah kandungku sendiri, Prapto, masih ingat?
Dia sampai membuatkan kami rumah dengan tiga lantai yang mewahnya sungguh tak terkira. Dia menghabiskan uang yang tak sedikit, tidak hanya itu, dia juga membelikan kami mobil masing-masing padahal posisinya ibuku ini tidak pandai membawa mobil, sangat aneh memang Prapto ini, mentang-mentang kaya alhasil dia bebas buang-buang uang untuk apa saja. Untuk apa Dia memberikan semua hal yang mewah-mewah tetapi dia menelantarkan kami tanpa rasa bersalah dan herannya, kenapa Ibuku justru pasrah pasrah saja, padahal itu sangat menyiksa dirinya?
Aku berharap setelah duniaku yang hancur ini, aku memiliki hal hal lain untukku banggakan. Aku harap setelah duniaku yang hancur ini aku menemukan dia yang selalu ada tanpa menentang, tidak hanya mengerti tetapi juga merasakan apa yang kurasakan, yang ketika aku berada dengannya, kekuranganku tak dia hiraukan, yang ketika dengannya, kekuranganku pun bahkan menjadi sempurna di matanya, yang ketika dengannya aku bebas menjadi diriku sendiri, bebas bercerita tentang bagaimana duniaku hari ini. Tapi bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan seorang kekasih sedangkan aku pun tidak mengasihi diriku sendiri?
Sebenarnya bukan dunia yang tidak adil akan tetapi orang-orang di dalamnya, bahkan kita sendiri pun tak pernah bisa adil terhadap diri sendiri, tak pernah bisa jaga diri sendiri dan tak pernah bisa menjadi diri sendiri. Apakah itu adil untuk diri sendiri? Tentu tidak.
Dari sekian banyak manusia yang kutemui, hanya beberapa persen ketulusan yang kutemukan dan ketulusan itu justru aku dapat dari orang yang bukan sedarah. Entah kenapa aku selalu merasa tidak disayangi oleh orang-orang di sekitarku terutama keluargaku sendiri. Aku tidak pernah mendapatkan cinta dan kenyamanan dari mereka. Haruskah aku tiada baru mereka mengerti bahwa aku juga pernah ada?
Aku mempunyai sahabat, namanya adalah Albara, orang-orang sering menyebut kami 2A , Kami senang mendengarnya. Sepertinya orang-orang sangat senang melihat kami berdua. Sebagai sahabat, Albara adalah air dan aku yang menjadi apinya. Dan seperti air dan api, Albara adalah air ketika aku sedang marah, Albara adalah air ketika aku sedang tidak baik-baik saja, Albara adalah air jika aku tak tahu arah, Albara adalah air saat aku tak punya siapa-siapa, Albara tak sedarah denganku tapi dia searah. Dia adalah orang yang selalu menasihati diriku dan menentang diriku ketika aku berbuat berbagai macam kekhilafan, sebagai sahabat yang baik, dia tak terus-terusan dan tak melulu mendukungku dalam segala hal yang kulakukan, seperti ibu yang sedang memarahi anaknya, anehnya aku tetap diam saja karena aku bisa merasakan ketulusan persahabatan darinya.
Juga karenanya, aku tidak membutuhkan cinta. Ya, cinta dari seorang wanita.
Semoga persahabatan ini berlanjut hingga tua. Tak hanya itu, semoga persahabatan ini berlanjut hingga tutup usia.
Terima kasih yang sudah baca, semoga panjang umur dan sehat selalu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments