Hari ini matahari sangat terik, Antama mencoba mengaktifkan mode luar ruangan di ponsel miliknya, yang benar saja, ternyata dari tadi Albara telah menghubunginya, lebih kagetnya lagi ketika melihat isi chat dari Albara ternyata dia sedang berada dalam masalah dan entah kenapa dia bisa mengalami hal itu tapi pastinya Antama merasa, tidak mungkin jika Albara yang memulai perkara duluan.
"Woi anjing, itu temen gua mau lu apain, hah?" teriak Antama menggetarkan seisi ruangan, ya, ruangan seperti gudang tempat dihajarnya si Albara, terlihat Albara kini hanya bisa menahan sakit dan terbaring lemas menunjukkan betapa pukulan sekelompok orang tersebut sangatlah kuat.
BUK
BUK
BUK
Pukulan demi pukulan Antama layangkan dengan sangat gesitnya, tak lupa dia menggunakan kuda-kudanya yang sempurna dan kakinya spontan saja menendang secara berurutan para kelompok pecundang itu. Memang pantas mereka dinamakan sebagai pecundang, kerjaannya hanya main kepung dan membawa banyak teman, coba saja Kalau mereka sendirian, mana berani mereka kepada Albara. Jangan remehkan Albara, anak itu adalah murid kesayangan ayahku, dia sangat pandai menghafal semua gerakan bela diri, bahkan aku sampai tak dihiraukan oleh ayahku. Entah mengapa orang-orang berguru kepada ayahku sedangkan aku justru sangat meremehkan kekuatan ayahku sendiri.
Aku merasa bahwa dia bukan tandinganku, aku rasa dia sudah tua, lemah jika harus dipertandingkan denganku. Oh, ya, meskipun aku tidak belajar bela diri melalui ayahku tetapi aku mempunyai guru di kampungku namanya adalah Abdullah, dia ini sangatlah jagoan karena setiap ada pemberontakan dan keributan di perkampungan, dia yang selalu menjadi pahlawan, tidak hanya membasmi para penjahat tetapi juga membuat mereka tobat, dan meski begitu dia tak pernah menyombongkan dirinya, dia adalah orang yang sangat baik dan bisa menempatkan diri di mana dia harus melawan dan di mana dia harus diam.
setelah melihatnya, aku tak bisa menyombongkan diriku karena dihadapannya aku tak ada apa-apanya, rasanya tak pantas jika aku harus dibandingkan dengan dirinya, karena dia adalah potongan manusia yang sempurna.
Tak hanya bisa bela diri tetapi juga dia mumpuni dalam pengetahuan agama, tidak mudah tersulut emosi dan mempunyai ilmu tenang yang luar biasa, belum lagi usianya masih muda, sekitar 30 tahunan. Masih muda, bukan? Dia juga belum menikah, padahal wanita-wanita di kampung sangat mengidolakannya, sampai-sampai banyak ibu-ibu yang memiliki anak gadis menawarkan langsung anaknya kepada Abdullah ini, tapi apa responnya? Dengan mudahnya dia menjawab, "Bela diri banyak kelemahannya, dan salah satu kelemahannya adalah seorang wanita." singkat padat dan juga jelas, mendengar jawaban seperti itu, wanita mana yang tidak sakit hatinya? belum lagi setiap ada yang menawarkan diri jawabannya sama seperti di atas.
bahkan pernah ada seorang wanita yang marah dan tidak terima atas perlakuan Abdullah ini seketika mengancamnya dengan santet, apakah Abdullah takut? Tentu saja tidak, dia adalah seorang peruqyah handal, apalagi kurangnya si Abdullah ini?
mungkin kurangnya adalah kenapa sampai saat ini dia belum menikah juga, apakah pernikahan itu sangat menakutkan dalam pandangannya? Sampai sekarang pun aku masih belum berani menanyakan perihal itu.
...****************...
"Jadi karna itu? Lo sampe digebukin sama mereka?" tanya Antama tanpa berkedip sedikitpun saat menatap penuh selidik kepada Albara.
"iya, sialan banget, kan?" ucapnya sambil membayangkan yang terjadi tadi, rupanya Albara dipukuli karena menolong perempuan yang berjalan di depannya tadi, bisa-bisanya perempuan di depannya itu seketika dikerumuni oleh sekelompok orang tersebut, kemudian di tanya, "neng jual diri, ga? Kalo iya, ayo dong sini mau gak sama kita berenam?" ujar salah satu orang dari kelompok tersebut yang sepertinya adalah sang bos.
Melihat si perempuan yang tidak peduli dengan apa yang ketua gengnya katakan pun mereka tersulut emosi, sampai ada anggota yang maju mendekati si perempuan itu dan berkata dengan genit, "Aduh, mba, kalo udah los mah gak usah jual mahal kali, orang kayak lu mah biar diperkosa juga halal." sontak saja wanita itu kaget mendengar apa yang baru saja laki-laki itu ucapkan, sehingga membuat si perempuan itu melayangkan tendangan mautnya kepada si lelaki tersebut, dan apa yang terjadi? Lelaki brengsek tersebut langsung saja pingsan di tempat.
melihat hal tersebut semua anggota pun langsung menyergap si perempuan itu, ada yang memegang tangan kanan dan kiri, dan ada juga yang hanya menatap penuh keinginan.
Setelah itu, bosnya pun mulai memegang leher si perempuan tersebut, semacam hendak mencekik, dan perempuan itu tidak tinggal diam, dia juga memberontak, tapi mau sehebat apapun dia, tetaplah akan terkalahkan karna lawannya adalah 'banyak'.
Yang membuatku diam dan mematung adalah, tak sangka bahwa perempuan ini lumayan jago bela dirinya, bisa dibilang sebelas dua belas dengan dirinya.
Albara masih saja terdiam, memperhatikan ketua gengnya yang sedang menyimpan satu tangannya ke leher si perempuan itu, tetapi anehnya, tangannya semakin menurun, dan sepertinya hendak memegang area sensitifnya. Terlihat bagaimana paniknya wanita tersebut.
Rahangku pun mengeras, spontan saja aku berlari dan melayangkan tendangan terbang kepada bos mereka itu. Rasanya sangat ingin membunuhnya di tempat, hanya saja anak buahnya yang berjumlah empat orang itu langsung menyerang diriku, belum lagi satu orang yang pingsan tersebut sudah sadar, untung saja dia tak ikut menyerang, karna mungkin sakit di kepalanya masih menyerang.
Wanita itu pun hendak menolongku menghabisi mereka, langsung saja aku berteriak agar dia segera pergi, sebenarnya aku butuh bantuannya, tetapi aku tidak mau dia melihatku berakhir kalah di tangan orang-orang brengsek seperti mereka, belum lagi jika aku kalah, perempuan ini akan dijadikan santapan mereka, itulah mengapa aku menyuruhnya untuk segera pergi dengan Memperlihatkan hantaman demi hantaman yang penuh dengan makanan kekuatan agar meyakinkan dia agar segera pergi.
Akhirnya, sebelum tenagaku benar-benar habis, dia pun pergi.
Aku semakin kewalahan menghadapi mereka berlima, bos dan empat bawahannya itu.
Aku juga berhasil meruntuhkan mereka, hanya saja tenagaku sudah terkuras habis melawan mereka berlima, sampai aku diberi tendangan sekali oleh bos mereka dan terpental, ah, rasanya sangat sakit sekali hingga membuatku tak sadarkan diri, hampir saja aku mati dibuatnya.
Ketika sudah sadar aku terheran-heran kenapa sudah berada di dalam ruangan yang agak gelap dan kumuh itu, sepertinya itu tempat peristirahatan mereka.
"Woi, akhirnya bangun juga, lu. Akhirnya bisa gebukin orang lagi. Udah siap belum lu mati pelan-pelan di tangan kita?" ucapnya dengan sombong salah satu dari mereka kemudian di balas gelak tawa yang lainnya.
"Kematian gua di tangan Tuhan, bukan di tangan kotor lo, itu!" balasnya dengan nada ketus dan menekankan pada kata "Tangan kotor Lo itu" tentu saja membuat seluruh dari mereka naik pitam.
BANGSAT!
CEPAT HAJAR DIA
baru saja beberapa pukulan, Antama datang dengan suaranya yang menggema seisi ruangan. Langsung saja dia menghantam habis-habisan para brengsek sialan itu.
Bersambung...
terima kasih yang sudah vote dan komen, semoga panjang umur
Salam biru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments