Setelah kejadian kemarin, Albara masih bertanya-tanya kepada Antama bagaimana dia bisa tahu di mana dirinya sedangkan terakhir mereka berhubungan hanyalah lewat chat dan memberi kabar bahwasanya dirinya sedang dalam bahaya, Albara merasa tidak pernah memberitahu di mana keberadaannya.
"Lo kok bisa tau kalo kemarin gua lagi di sandra sama mereka?" tanya Albara dengan terus memperhatikan Antama yang sedang sibuk dengan ponselnya itu, "Sibuk apa sih, Lo? Chattan ama pacar? Gua kira Lo anti sama cewek?" tanyanya lagi membuat Antama berdecak kesal.
"Bacot Lo, diem,lah! gua lagi fokus chattan nih sama kurir, gue lagi pesan pizza buat makan siang kita." ungkapnya masih saja fokus dengan handphone kepemilikannya. "Nanya apa lu, tadi?" ucapnya lagi.
"Tau ah, lupain." balas Albara bodo amat, merasa kesal karena dirinya tak dihiraukan ketika sedang berbicara, padahal dirinya sudah tau bahwa berteman dengan Ananta memiliki resiko yakni diabaikan.
"Pertanyaan lu bodo, ya iyalah gua tau orang lu nge chat gua kalo lu lagi dalam bahaya, aneh, lu." balasnya dengan sarkas.
"Ga gitu maksud gua, gua itu lagi nanya kok lo bisa tau gue ada di mana? Dunia ini luas ya bangsat."
Antama mengalihkan kefokusannya yang tadinya memegang handphone, kini beralih kepada Albara, "Lo ga inget, ya? Kalo lokasi Lo udah ditautkan di GPS hape punya gue?" jawabnya sambil berjalan duluan meninggalkan Albara, sepertinya dia sudah menemukan sang kurir, kemudian si Albara tercengang dan bertanya-tanya, sejak kapan mereka saling bertukar lokasi GPS?
Ternyata, Antama diam-diam melakukan itu, mana Albara tau kalau selama ini Antama melakukan itu? Yang pasti hal itu Antama lakukan secara diam-diam, bukan?
Setelah mengambil pesanan dari si kurir, mereka pun menuju rumah Antama.
Sesampainya mereka, segeralah si Antama ini mengambil minuman yang berada di lemari pendinginnya. "Lo mau minum apa?" tanya Antama dengan cuek tapi memang seperti itulah dia, datar orangnya.
"Tuak." jawab Albara nyeleneh
"Pala lo!" ungkap Antama sambil memukul kepala Albara dengan senyuman datarnya.
Sepertinya tak berguna jika bertanya serius dengan Albara, anak itu selalu saja nyeleneh dan oon kalo ditanya, anehnya dia sangat pandai berbicara hanya ketika sedang memberikan nasihat saja.
"Nih minuman lo, terus setelah ini gua mau nanya sesuatu penting sama lo, cepat minum." pintanya dengan memberikan coca cola dihadapan Albara.
"Santai kali, bang, emang mo nanya apa lo?"
"Udah cepetan habisin tuh minuman terus makan nggak usah banyak tanya, lo! Makan tinggal makan."
"Oke, bentar lagi habis nih, sabar broo." ungkapnya sambil mengunyah pizza yang tadi Antama pesan.
"Hahahaha," terlihat ekspresi Antama yang tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya itu, sangat kocak dan lucu terlebih lagi pipinya penuh dengan makanan.
"Tumben lu ketawa bre, biasanya kek opet." ucapnya asal tanpa pikir apakah Antama akan kesal atau tidak.
"Emang opet gimana?"
"Jelek."
"terus apa hubungannya jelek sama muka datar?" tanya Antama dengan meremehkan.
"Hubungannya ya sama-sama jelek." ucap Albara dengan polosnya.
"Cih, si anj," balas Antama dengan memiringkan kepalanya disertai dengan tatapan serius kepada Albara.
"Eh, bro, emangnya lo mau cerita apaan?" tanya Albara penasaran.
"Gua mau cerita, beberapa hari yang lalu gua jalan-jalan pagi, terus ketemu sama cewe. Tapi anehnya, gua kan biasanya cuek sama cewe, mau dia jungkir balik dihadapan gue pun gua ga ngurusin, tapi saat itu kenapa gua kayak tertarik sama dia. Padahal cuma sekilas aja ketemunya, itupun karena kita berlawanan arah, jadi kita berpapasan, deh."
"anjir, busettt, gustiiii, bisa-bisanya seorang Antama punya rasa ketertarikan sama cewe, woii harus syukuran sih ini." ungkap Albara dengan sangat excited.
"Woii gak usah menduga-duga dong, lo! Gua aja masih bingung sama perasaan sendiri." sanggah Antama
"Sekarang gua tanya sama lo, apa sampe sekarang lo masih penasaran sama tuh cewe?" tanya Albara dengan menatap intens Antama dan memperhatikan betul-betul, jangan sampai si Antama ini berbohong."
"Sebenarnya gua,"
"Eee, sebenarnya...."
"Sebenarnya.... Sampe sekarang gua masih penasaran sama tuh cewe." ungkap Antama jujur sejujurnya.
"Anjrit," Kaget Albara, kemudian melanjutkan omongannya, "Itu artinya lo udah masuk kategori suka ama dia Bambang."
"Emang ada, ya, orang yang ketemu cuma semenit tapi udah suka?" ucap antama antara yakin dan tidak.
"ada, lah! Lihat diri lo." sanggah Albara dengan penuh penekanan.
"Terus gua harus gimana?" Antama menggeser tempat duduknya agar lebih dekat dengan Albara seakan meminta jalan keluar tentang hal ini.
"Ya.... Sekarang lo harus cari tahu siapa dia, dari mana dia, status dia, jangan sampai dia udah jadi bini orang. Kan nggak lucu kalau ada gosip Antama mencintai istri orang." ujar Albara, sambil meneguk sisa minumannya yang belum habis.
"Terus cara carinya gimana, ha?" gumam Antama merasa sepertinya pagi itu adalah kali pertama dan terakhir mereka bertemu, seakan berputus asa dan merasa bahwasanya dia tak akan mungkin bertemu lagi dengan orang yang sepertinya sudah menduduki posisi di hatinya.
"Lagian bisa-bisanya Lo suka sama orang random, ya... Mending kalo lo jatuh cinta sama cewe random di tiktok, lah ini, lo sukanya Ama cewe random di jalan, emang lo kira tuh cewe bakal lewat jalan itu terus?" ungkap Albara kepada Antama yang semakin pusing mendengar ocehan sahabatnya itu.
"Gua, cerita Ama lo supaya dapat solusi bukannya malah diceramahi." lirih Antama menatap tajam wajah Albara si anak aneh itu. Ya, bagi antama, Albara ini sangat aneh, dia selalu menyebalkan ketika dimintai suatu pendapat, walaupun pada akhirnya dia bisa memberikan solusi. Yang bikin jengkel adalah kenapa dia tidak langsung to the point saja? Kan melegakan kalau tidak ada bermain-main ketika kita sedang serius.
Setelah itu, tak terdengar obrolan dari keduanya, mereka sedang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, menemukan solusi bagaimana caranya agar bertemu kembali dengan wanita yang Antama cari.
TO BE CONTINUE, SELAMAT MEMBACA KELANJUTANNYA!
Untuk kalian semua pembaca, terima kasih sudah membaca dan komentar di cerita ini, tapi jangan lupa untuk beristirahat karena tidak ada yang lebih penting daripada sebuah kesehatan. Jangan lupa juga sayangi dan hargai dirimu sendiri karena ketika kamu bersedih, mereka hanya akan mengasihani dirimu. Bukankah pada akhirnya hanya diri sendiri yang benar-benar tau cara menghargai diri sendiri? Mau se jatuh apapun kamu, kamu adalah obat bagi dirimu sendiri, lagi dan lagi.
Masih kah ingin kalian menyimpan harapan kepada manusia? Sekali lagi, jangan pernah berharap kepada mereka.
Salam biru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments