Jihan terus berjalan tanpa suara hingga dirinya duduk di meja dapur Juwita masih belum menyadari jika kakaknya sudah duduk di sana.
Setelah muntah-muntah Juwita menghapus mulutnya dengan tisu sambil berbalik arah dan Juwita langsung terkejut mendapati kakaknya yang sudah duduk di dekat meja dapur dengan tatapan mata yang tidak Juwita mengerti.
" Udah berapa bulan kamu hamil? " Jihan bertanya to the point sambil terus menatap Juwita.
" Kakak apa-apaan sih siapa yang hamil? " Juwita mengelak tidak mau mengaku.
" Kalau tidak hamil kenapa muntah-muntah? " Jihan kembali bertanya dan Juwita masih bersikap biasa saja.
" Itu karena ada aku masuk angin kak makanya muntah-muntah. " Juwita menjawab sambil mengambil air minum di lemari pendingin.
" Oh masuk angin terus mangga muda ini punya siapa? Setau kakak kamu tidak suka buah yang rasanya asam? " Jihan kembali bertanya dan Juwita pun tersedak air yang di minumnya.
Uhuuk..
Uhuuk..
Uhuuk..
Juwita batuk-batuk sambil memukul dadanya sendiri tapi selesai tersedak Juwita hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan dari kakaknya.
" Kenapa diam saja ayo jawab mangga muda ini punya siapa? " ujar Jihan yang kembali bertanya.
" Eee itu memang punya aku kak, mulutku rasanya pahit sekali jadi aku mau coba makan yang asam siapa tahu rasa pahitnya menghilang. " Juwita menjawab dengan gugup sambil memegang ujung kaos yang sedang dia kenakan.
Sebagai seorang kakak yang mengasuh Juwita sejak kecil sudah tentu Jihan tau apakah adiknya ini sedang berbohong atau tidak.
" Apakah yang kamu katakan itu sebuah kebenaran atau hanya kebohongan untuk menutupi kehamilanmu itu. " tuduh Jihan langsung sambil mengamati reaksi wajah adiknya itu.
" Ka-kakak ini apa-apaan sih siapa yang hamil orang aku aja masih perawan kok. " Juwita menjawab namun dia tidak berani menatap mata kakaknya dan yang paling mencolok adalah Juwita tertawa tapi tangannya bergetar dan bicaranya pun terbata-bata.
" Oh iya kakak lupa jika kamu kan baru lulus SMA kemarin pasti seharusnya masih perawan dong ya? " ucap Jihan lagi dan Juwita semakin salah tingkah.
" Aku ke kamar dulu ya kak mau tidur. " pamit Juwita yang buru-buru ingin pergi namun di tahan oleh Jihan.
" Kok buru-buru banget sih, oh iya kakak lupa jika semalam di butik ada gaun terbaru yang baru kakak luncurkan kamu mau gak? Mumpung kakak bawa satu jika kamu tidak mau rencana mau kakak kasih kak Jelita. " ucap Jihan mengalihkan pembicaraan agar Juwita tidak jadi kembali ke kamar.
" Mau kak untuk aku saja jangan untuk kak Jelita. " sambung Juwita cepat.
" Oke kamu tunggu di sini kakak ambil gaunnya dulu. " Pamit Jihan yang berlalu dari area dapur.
Jihan terus melangkah kembali ke kamarnya untuk mengambil paper bag sembari membangunkan suaminya, Bagas yang awalnya sangat malas dengan terpaksa ikut karena Jihan terus memaksanya untuk bangun. Setelah membangunkan suaminya Jihan juga membangunkan kakaknya Jelita dan mengumpulkan mereka berdua di ruang tamu.
" Sebenarnya ada apa sih Jihan kenapa kamu mengumpulkan kami di sini? " Jelita bertanya dengan mata yang masih sangat mengantuk.
" Iya sayang sebenarnya ada apa sih Abang mengantuk sekali sayang? " timpal Bagas juga.
" Kalian tunggu di sini jangan kemana-mana. " Pesan Jihan yang kembali ke dapur untuk memanggil Juwita.
" Mana kak gaunnya. " pinta Juwita saat melihat Jihan yang baru saja masuk ke area dapur.
" Ini udah kakak bawa ayo kita coba di ruang tamu. " Ajak Jihan sambil merangkul tangan Juwita.
" Kok di ruang tamu kak gak di kamarku aja? " Sahut Juwita yang sedikit curiga namun dia tetap mengikuti langkah kakaknya.
" Di ruang tamu cahayanya lebih terang biar semakin terlihat jelas gaunnya nanti. " Jawab Jihan berbohong.
Juwita percaya saja dengan kakaknya karena selama ini Jihan tidak pernah membohonginya. Mereka terus berjalan hingga tiba di ruang tamu Juwita terkejut saat melihat Bagas dan Jelita juga ada di sana, dengan cepat Juwita menghentikan langkah kakinya.
" Ayo jalan Juwita kenapa berhenti? " ujar Jihan bertanya.
" Hmm gaunnya kak Jihan berikan pada kak Jelita saja aku sudah tidak menginginkan nya lagi. " sahut Juwita yang bersiap ingin melarikan diri.
Perasaan Juwita mendadak tidak enak dan dia mempunyai firasat yang buruk saat melihat kakak ipar dan kakak tertuanya.
" Jangan coba-coba untuk pergi Juwita, ayo ikut kakak sekarang. " Jihan menarik paksa Juwita hingga tiba di depan Bagas dan juga Jelita.
" Sebenarnya ini ada apa sih sayang kenapa kami di kumpulkan di sini? " Bagas bertanya saat melihat Jihan membawa paksa adiknya.
" Sekarang jawab dengan jujur siapa Ayah dari bayi yang ada di dalam rahimmu itu? " Jihan bertanya to the point.
Bagas dan Jelita sangat terkejut mendengar hal itu.
" Kamu hamil Juwita? " Jelita bertanya dengan mata yang membulat dengan sempurna.
" E-enggak kak, kak Jihan sedang mengada-ada. " Juwita membantahnya namun tangannya terus meremas ujung kaosnya dan wajahnya sudah mulai memucat.
" Yakin kalau kakak sedang mengada-ada? Bagaimana dengan ini? " Jihan mengeluarkan semua baju haram milik Juwita dari dalam papar bag.
Juwita menelan salivanya dengan susah payah saat melihat koleksi baju haram miliknya ada di tangan kakaknya.
" Bagaimana bisa baju haram milikku ada sama kak Jihan. " Batin Juwita.
Kedua mata Jelita semakin membulat dan dirinya sampai geleng-geleng kepala tidak percaya adik kecilnya yang baru berusia 19 tahun memiliki koleksi baju haram sebanyak itu.
" Itu apa kak? Aku tidak tau! " Juwita masih terus mengelak namun Jihan tau adiknya itu sedang berbohong.
" Oke kalau kamu masih mengelak, bagaimana dengan ini? " Jihan mengeluarkan test pack milik Juwita ke atas meja dan secara spontan Juwita ingin mengambilnya namun Jelita dan Bagas sudah memegang masing-masing satu dan di sana terlihat jika terdapat dua garis merah terang yang berarti positif hamil.
" Kamu hamil Juwita? " murka Jelita yang tanpa aba-aba langsung menampar pipi adik kecilnya.
Plaaakkk...
Satu tamparan melayang di pipi Juwita hingga kepalanya tertoleh ke kanan.
" Cukup kak jangan di tampar lagi. " ujar Jihan mencegah kakaknya agar tidak menampar Juwita lagi.
Walau pun dirinya kecewa tetapi Jihan bukan tipe wanita yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan, dirinya berprinsip jika masih bisa di bicarakan dengan baik-baik untuk apa pakai kekerasan.
" Tapi dia sudah buat kita malu dek baru tamat SMA tahun lalu tapi sekarang sudah hamil dan katakan pada kakak siapa Bapaknya? " Bentak Jelita.
Juwita gemetaran dia sudah tidak bisa mengelak lagi bukti sudah ada di depan mata.
" Maafkan aku kak Jihan? Maafkan aku kak Jelita? " Juwita berlutut di hadapan kedua kakaknya namun dengan kasarnya Jelita menendang Juwita hingga jatuh ke belakang.
" Sudah kak jangan di pukul lagi, apa kakak pikir dengan memukul Juwita bisa mengembalikan keadaan seperti semula? Bahkan jika kakak pukul dia sampai mati pun keadaannya tetap akan seperti ini. " Tutur Jihan sembari membantu adiknya untuk berdiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments