TRAPPED BY THE SECOND MALE LEAD

TRAPPED BY THE SECOND MALE LEAD

PROLOG

“Jangan permalukan aku di depan para tamu!”

“Pergi jauh-jauh, jangan berdiri di sini! Jangan sampai kau membuat orang lain curiga!”

“Daripada kau terus mendengar kalimat yang menyakitkan, lebih baik kau keluar saja dari pesta ini. Kau merusak momen bahagia ku.”

Percaya atau tidak, semua ucapan itu terlontar dari keluarga kandungnya sendiri. Tak seorang pun di rumah itu menganggapnya sebagai sesuatu yang layak disebut manusia. Mereka tak menginginkan kehadirannya. Justru, anggota keluarganya lah yang paling berkeinginan untuk menyingkirkan dirinya.

Semua itu bermula dari bertahun-tahun lalu, sebelum menginjak masa remaja, jauh sebelum Ziel Emerald yang notabenenya adalah ayah kandung Meridia menikahi wanita tercintanya, ibu Ziel membawanya berjalan-jalan ke kota kelahirannya.

Salah satu tempat yang masuk ke dalam jajaran lokasi favorit Marchioness adalah pelabuhan, di mana ia bisa melihat luasnya lautan yang entah ke mana airnya mengalir dan menikmati sepoi angin kencang yang tidak hanya menyegarkan kulit namun juga hatinya.

Di sana, ibu dan anak itu bertemu dengan seorang peramal misterius. Wanita paruh baya itu meminta Ziel memperlihatkan garis tangannya dan mulai membaca sesuatu hanya dengan itu. Dari mana dia bisa membaca masa depan hanya dengan melihat garis tangan? Entahlah, itu masih menjadi rahasia besar.

“Hm, ini menarik. Nak, kau benar-benar memiliki masa depan yang tidak biasa.”

Marchioness yang penasaran kemudian bertanya “bisa Anda jelaskan bagaimana maksudnya?”

Wanita itu menerawang masa depan Ziel setelah selesai membaca garis tangan dan wajah Ziel. Dia dengan pasti mengatakan bahwa dipernikahannya kelak, ia akan dikaruniai dua orang putri kembar yang sangat berbeda.

Satu putrinya akan menjadi secerah matahari (membawa keberkahan serta memiliki kekuatan suci) dan yang satunya sekelam bulan di malam yang remang (membawa kehancuran dan kutukan).

Baik Ziel maupun ibunya tampak ragu untuk mempercayai sepenuhnya hasil ramalan wanita asing tersebut.

Tetapi sebuah kebetulan yang aneh terjadi.

Belasan tahun kemudian tepatnya diusia Ziel yang ke-25,  ramalan wanita itu benar terwujud. Pasangan Ziel dan Zoya diberkahi dewa dengan dua putri kembar tak seiras yang kemudian mereka namai Marigold untuk sang kakak dan Meridia untuk si adik.

Setelah Zoya melahirkan dua bayi sehat yang sesuai dengan ramalan wanita tua itu, Ziel menjadi percaya sepenuhnya.

Marigold terlahir dengan rambut pirang bersinar bak untaian benang emas yang berkilau kala tertimpa cahaya. Ia juga memiliki netra biru terang yang tampak seperti berlian sapphire. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat ceria dan dipenuhi kehangatan, serta memberi kebahagiaan pada orang lain.

Sebaliknya, Meridia terlahir dengan rambut biru kehitaman yang mengkilap layaknya batu onyx. Iris matanya nyaris sama dengan Marigold, tapi milik Meridia lebih redup dan sayu. Tidak hanya ciri-ciri saja yang kontras, Meridia juga memiliki kepribadian yang berbeda dengan sang kakak. Meridia cenderung dingin, cuek, dan kurang berempati pada sekitarnya.

Meski banyak mengandung perbedaan, Meridia tak terlahir dengan cacat atau tanda kutukan apapun seperti yang diramalkan. Sayangnya, pandangan Ziel teroksidasi dengan baik hingga ke seluruh isi mansion. Bukan hanya anggota keluarganya saja, bahkan para pelayan di sana juga jadi tak menghargainya sebagai salah satu majikan mereka.

Tak ada yang mau melihat keberadaannya. Meridia bahkan sampai ditempatkan di kamar yang paling pojok dekat asrama pelayan yang pada mulanya ruangan itu adalah Gudang penyimpanan barang tak terpakai lagi.

Begitulah Meridia menjalani kehidupannya yang keras sebagai anak Marquess, tak diperlakukan layaknya seorang bangsawan.

Kalian tahu? Tidak semua kesalahan berada di mereka saja.

Biar bagaimanapun Meridia memang membawa kekuatan yang merusak di dalam dirinya. Apapun benda yang dipegangnya akan berujung mati atau rusak. Mungkin itu juga yang membuat orang-orang membenci dan menjauhinya untuk menghindari kesialan tentunya.

Kejadian yang membuat Meridia sadar bahwa dia memiliki sesuatu yang tidak biasa dalam dirinya bermula di taman keluarga Emerald.

Suatu hari, Meridia kecil yang baru saja dimarahi dengan keras oleh ayahnya bersembunyi ke taman belakang untuk menangis sekaligus menenangkan diri. Awalnya Meridia merasa sangat frustrasi melihat perbedaan kasih sayang antara dia dan Marigold.

Kesedihannya memuncak, namun tangan kecilnya merasa penasaran dan sangat ingin memetik kuntum mawar merah segar itu. Satu sentuhan jari saja mampu meluluhlantakkan tanaman mawar yang luasnya bak permadani dunia itu. Semuanya layu dan mati sampai ke akar-akarnya. Tumbuhan yang tadinya segar mendadak seluruh batangnya menjadi kering keriput tak bernyawa.

Sudah pasti dia tidak akan lolos dari hukuman berat. Begitu Zoya mengetahui bahwa taman bunga kesukaannya mati, Meridia dihukum dengan kurungan selama kurang lebih tujuh hari lamanya tanpa diberi makan dan minum.

Hukuman yang sangat keji untuk ukuran seorang anak enam tahun, bukan?

Seiring berjalannya waktu, dua putri kembar Ziel dan Zoya itu sudah menjadi gadis remaja yang memukau. Namun akibat dari masa kecilnya, Meridia tumbuh menjadi jahil dan suka berbuat onar hanya untuk mendapat perhatian dari orang disekelilingnya. Tak jarang pula Meridia mengerjai Marigold sampai membuat saudarinya itu ketakutan.

Sikap Meridia tak sulit untuk dimengerti. Meridia iri kepada Marigold, bukan hanya dari aspek perlakuan yang diterima saja melainkan keseluruhan hidup nyaman Marigold.

Semua cinta kasih tercurahkan untuk Marigold saja. Lusinan gaun cantik nan mewah yang dijahit langsung oleh penjahit ternama, boneka dan perhiasan yang banyak ragam macamnya, pesta teh, pesta ulang tahun, pesta kedewasaan, semua hanya dialami oleh satu putri Ziel saja.

Hingga suatu hari kala kekesalan itu membuncah, Meridia dengan sengaja menenggelamkan Marigold ke dalam kolam ikan yang cukup dalam tepat ketika matahari sedang terik-teriknya dan menyebabkan Marigold kehabisan nafas lalu pingsan hingga mengalami demam selama dua hari.

Ziel amat sangat murka atas tindakan bodoh Meridia yang mengancam nyawa. Pemimpin kediaman Emerald itu pun memutuskan untuk sepenuhnya tidak mengakui Meridia sebagai putri kandungnya. Sikapnya menjadi semakin kejam pada Meridia.

Keberuntungan Marigold tidak berhenti sampai di situ saja. Untuk masalah percintaan pun Marigold tetaplah menjadi yang paling beruntung. Bahkan lelaki yang Meridia cintai pun lebih memilih Marigold.

Padahal Meridia berharap jika suatu saat nanti akan ada satu orang yang mampu menerima segala kekurangannya, memberi perhatian, dan tidak akan pernah meninggalkan dirinya. Sayang sekali harapan itu hancur berkeping-keping ketika lelaki itu berucap “maaf, Meridia. Aku tidak bisa bersamamu, seterusnya aku akan menjalani hidup dengan Marigold. Keputusan ini sudah bulat. Aku harap kau melupakanku.”

Penolakan itu tersemat dengan baik dilubuk hatinya yang terdalam. Sakit? Sudah pasti sakit sekali. Rasanya seluruh usaha Meridia untuk terus bertahan hidup meski selalu dirundung kesedihan dan kekecewaan tak berarti sama sekali.

Tak ada satupun yang berjalan lancer dihidupnya. Tidak dengan hubungan keluarga, tidak dengan percintaan, semua yang Meridia dapati hanyalah kegagalan. Meridia tak pernah mencicipi apa itu kasih sayang.

Sampai kapanpun dia tetap akan menjadi bayangan Marigold, ada tetapi tak ditengok sekalipun karena betapa bersinarnya sosok nyata Marigold.

Akhirnya Meridia memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan meminum sebotol racun hasil racikan sendiri dan meregang nyawa setelah bertahun-tahun memperjuangkan sesuatu yang tak akan pernah bisa digapai.

Sungguh, ironis sekali…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!