Diam-diam Mencintai Mantan Suami

Diam-diam Mencintai Mantan Suami

Bab 1 Tragedi Masuk Got

Seminggu ke depan Marisa mendapat cuti tahunan dari perusahaan tempatnya bekerja yang baru diambilnya tahun ini. Marisa tidak mempunyai rencana liburan kemana-mana. Namun, karena desakan sang adik, yaitu Marqisa yang mengajaknya liburan, akhirnya Marisa mengisi waktu cutinya dengan liburan ke sebuah pantai di Jawa Barat, yaitu Pantai Pangandaran.

Marisa dan Marqisa memutuskan berangkat dengan menaiki jasa travel yang bisa mengantarnya sampai tujuan. Dengan ijin dari kedua orang tuanya, Marisa dan Marqisa akhirnya berangkat.

"Kami pergi liburan dulu, ya, Bu, Pak. Assalamualaikum," pamit keduanya kompak.

"Wa'alaikumsalam, kalian hati-hati di sana, semoga selamat dalam perjalanannya," sahut Bu Mariam seraya melambaikan tangannya di iringi Pak Maryana yang juga melambaikan tangan untuk kedua putrinya.

Perjalanan menuju pantai Pangandaran lumayan lama, sekitar kurang lebih 7,5 jam. Semua itu dilalui travel dengan berbagai rintangan, yakni macet dan antri saat di tol.

"Akhirnnya sampai juga, setelah melewat perjalanan yang cukup jauh," guman Marqisa seraya membanting tubuhnya di atas kasur hotel kelas menengah. Wajahnya tengadah ke langit-langit hotel menikmati sejuknya ruangan berAC.

"Ayo, kita nikmati dulu minuman sambutan selamat datang dari pihak hotel, kakak sudah haus nih," ajak Marisa saat beberapa menit yang lalu salah satu pelayan hotel mengantar dua buah minuman ke kamar yang ditempati Marisa dan Marqisa.

"Wah, segarnya," tukas Marqisa sambil menunggingkan gelas bercawan itu ke atas mulutnya. Marina geleng-geleng kepala dengan tingkah konyol sang adik yang menghabiskan minumnya sampai tandas sehingga ditunggingkan di mulutnya.

"Ayo, sebelum kita jalan-jalan di pantai, lebih baik kita mandi dulu. Lalu setelah itu kita makan sore," ujar Marisa mengajak adiknya mandi sebelum jalan-jalan.

"Asikkk, jalan-jalan! Kali aja ada yang nyangkut, ya, Kak, duren," celetuk Marqisa sembari tertawa.

"Ihhh, apa-apaan sih Qis, kamu mau nyari duda di sini? Kita ini lagi senang-senang bukan mau cari duda. Memang kamu demen duda, ya?" sergah Marisa kepada Marqisa yang dianggapnya bicara sembarangan.

"Dudanya bukan untuk aku, Kak. Tapi untuk Kakak si janda lima tahun, ehehehehe," ledeknya sambil berhambur ke kamar mandi hotel karena takut ditimpuk bantal oleh sang Kakak.

"Huhhhh, Marqisa nyebelin, mentang-mentang aku janda lima tahun, seenaknya meledek. Awas, ya, tahu rasa nanti," dumelnya kesal yang melihat sang adik berlari menuju kamar mandi.

Setelah keduanya mandi dan berdandan ala gadis kota yang sederhana, mereka berdua segera keluar dari kamar hotel dan mengunci kembali pintu hotel dengan sebuah kartu.

Mereka berjalan beriringan, Marisa berada di depan sambil menerima sebuah panggilan telpon dari sang ibu. Sedangkan Marqisa berada di belakangnya sembari matanya jelalatan menikmati suasana lorong hotel. Sejenak Marqisa tertegun saat matanya tertuju ke kamar hotel nomer 109. Dari pintu itu keluar seorang pria dewasa yang seperti dikenalnya bersama seorang anak kecil sekitar lima tahun.

"Mas Raka, sepertinya itu Mas Raka. Ah, benar itu Mas Raka." Marqisa menebak seraya mengamati pria dewasa yang baru keluar dari kamar hotel tempat wisata itu. Marqisa yakin anak kecil yang bersamanya merupakan anak dari pria yang disebutnya Mas Raka itu, yakni mantan kakak iparnya lima tahun yang lalu.

"Pasti Mas Raka sengaja liburan juga ke pantai ini bersama istrinya. Wah, gawat kalau Kak Marisa tahu dan bertemu dengan Mas Raka. Alamat perang dingin akan dimulai lagi."

"Qisa, cepat dong, lelet amat!" Marisa mengingatkan adiknya yang masih tertegun mengamati pria dewasa yang dilihatnya tadi. Marqisa berlari kecil menghampiri Kakaknya yang sudah lebih dulu.

Tiba di pantai mereka berdua sangat menikmatinya. Berkejar-kejaran layaknya ABG dan bermain pasir. Kadang ombak pantai yang ombaknya pasang dikejar Marqisa dengan tawa centilnya yang khas.

"Kak Risa, foto aku, ya, kalau ombaknya sudah pasang. Nanti ambil fotonya saat aku jumping, ya." Marqisa memberi arahan pada Kakaknya layaknya sang Fotografer. Marisa hanya mengangguk pelan, terpaksa dia harus mengikuti adiknya itu.

"Ayo, Kak, kita foto bersama, minta tolong Ibu tukang jualan kopi itu," tunjuknya pada seorang ibu-ibu penjual kopi di pantai itu. Marisa setuju dan berusaha minta tolong pada Ibu penjual kopi.

"Jepret, jepret." Mereka berhasil diambil beberapa foto oleh Ibu penjual kopi pantai itu.

"Terimakasih, ya, Bu," ucap Marisa seraya melihat hasil jepretan si ibu penjual kopi tadi. Marisa nampak tersenyum saat melihat hasil foto si ibu tadi, dia kagum dengan hasil yang bagus foto tersebut.

"Wah, bagus banget, Kak. Ternyata ibu penjual kopi tadi pandai ambil gambar yang pas, ya? Hasilnya juga cantik." Marqisa memuji hasil jepretan ibu tukang kopi tadi. Marisa juga sangat puas dengan hasil jepretan ibu tadi.

"Ayo, Kak kita masuk kamar hotel saja, aku pengen boker nih." Tiba-tiba Marqisa mengeluh pengen buang hajat.

"Di sini saja, nanti malah kebelet kalau harus ke hotel dulu. Ayolah, cepat. Itu di depan ada penunjuk arah toilet, kamu di sana saja bokernya," suruh Marisa menunjuk sebuah plang petunjuk. Marisa tidak membantah, dia segera bergegas menuju toilet.

Karena merasa bosan, Marisa yang harus menunggu lama sang adik boker, iseng dia berjalan-jalan ke taman sekitar hotel tempat mereka nginap. Taman di hotel ini didominasi hampir 90% tanaman berbunga, selain wangi dan indah Marisa memang sangat suka dengan bunganya. Ada bunga Dahlia dan Zinitia dan lain-lain.

     Ketika Marisa akan melangkah menuju bunga Dahlia, tiba-tiba seorang gadis kecil berlari mengejar sebuah balon yang terbang lalu jatuh ke dalam got setinggi satu meter.

     Malangnya, kaki si gadis kecil itu ikut terperosok dan jatuh ke dalam got. Sehingga marabahaya itu tidak bisa dielakkan lagi.Marisa tentu saja kaget dan refleks berlari menuju gadis kecil itu jatuh. Kemudian suara jeritan bocah cantik dan teriakan Marisa sama-sama terdengar mengkhawatirkan.

"Awwww," jerit anak itu melengking.

"Awasss," teriak Marisa kaget seraya berlari ke arah anak yang terlanjur jatuh ke dalam got sedalam satu meter. Pantas saja jatuh, lebar gotnya saja luas selebar satu meter, sehingga sulit jika harus dilangkahi kaki kecil dan masih pendek seperti anak kecil itu.

     Sejenak Marisa berpikir dalam hati, "Kemana orang tua gadis kecil ini? Tega-teganya tidak mengawasi anaknya saat bermain."

Anak kecil itu terbujur sambil menangis, Marisa memanggilnya seraya mengulurkan tangan. Namun sepertinya kaki anak itu terkilir sehingga tidak bisa berdiri. Dengan rasa belas kasihan yang tinggi, akhirnya Marisa turun ke dalam got untuk membantu anak kecil itu naik.

"Adik kecil, ayo kakak bantu. Kakak gendong saja, ya, karena sepertinya kaki kamu sakit," tukas Marisa mengulurkan tangannya. Anak kecil itu hanya bisa mengangguk seraya meringis.

Marisa menggendong anak kecil itu, lalu bersiap menaiki got yang tingginya satu meter. Tidak lupa balon yang dikejar anak itu dinaikkan juga. Karena tidak ada pegangan yang bisa menolongnya berpegangan, akhirnya Marisa memutuskan meletakkan anak kecil itu duluan di permukaan tanah di samping balon yang tadi.

"Ayo, kamu duduk dulu di sini, Kakak harus naik mengangkat kaki untuk ke permukaan tanah ini," ujarnya. Saat Marisa akan naik, tiba-tiba sebuah tangan mengulurkan bantuannya. Siapakah dia?

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

lnjutttken

2023-11-19

1

Neng Weltry

Neng Weltry

ini baru cerita yang beda

2023-11-18

1

Nasir

Nasir

Ok Kak, trmksh sdh mampir.

2023-10-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tragedi Masuk Got
2 Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3 Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4 Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5 Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6 Bab 6 Satu Meja Mantan
7 Bab 7 Kesedihan Marisa
8 Bab 8 Ingin Menghindari
9 Bab 9 Tidak Terhindarkan
10 Bab 10 I Hate U
11 Bab 11 Kesal Dengan Raka
12 Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13 Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14 Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15 Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16 Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17 Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18 Bab 18 Imbalan
19 Bab 19 Permintaan Cila
20 Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21 Bab 21 Menikah Lagi
22 Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23 Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24 Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25 Bab 25 Marisa Sakit
26 Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27 Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28 Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29 Bab 29 Kedatangan Mardiah
30 Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31 Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32 Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33 Bab 33 Balas Dendam Raka
34 Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35 Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36 Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37 Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38 Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39 Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40 Bab 40 Nomer PIN ATM
41 Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42 Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43 Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44 Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45 Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46 Bab 46 Lagi dan Lagi
47 Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48 Bab 48 Marisa Yang Terluka
49 Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50 Bab 50 Salah Paham Raka
51 Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52 Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53 Bab 53 Minta Cerai
54 Bab 54 Mainnya Buru-buru
55 Bab 55 Kapan Punya Anak?
56 Bab 56 Tugas Luar Kota
57 Bab 57 Kerinduan Raka?
58 Bab 58 Malam yang Rindu
59 Bab 59 Jebakan Mardiah
60 Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61 Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62 Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63 Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64 Bab 64 Rencana Resign Raka
65 Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66 Bab 66 Pertengkaran
67 bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68 Bab 68 Persembunyian Marisa
69 Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70 Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71 Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72 Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73 Bab 73 Raka Ngidam?
74 Bab 74 Risa atau Hantu?
75 Bab 75 Kalian Semua Jahat
76 Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77 Bab 77 Menuju Malam Romantis
78 Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79 Bab 79 Rujak Pengkolan
80 Bab 80 Garis Dua
81 Bab 81 Benar-Benar Hamil
82 Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83 #Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Tragedi Masuk Got
2
Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3
Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4
Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5
Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6
Bab 6 Satu Meja Mantan
7
Bab 7 Kesedihan Marisa
8
Bab 8 Ingin Menghindari
9
Bab 9 Tidak Terhindarkan
10
Bab 10 I Hate U
11
Bab 11 Kesal Dengan Raka
12
Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13
Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14
Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15
Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16
Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17
Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18
Bab 18 Imbalan
19
Bab 19 Permintaan Cila
20
Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21
Bab 21 Menikah Lagi
22
Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23
Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24
Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25
Bab 25 Marisa Sakit
26
Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27
Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28
Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29
Bab 29 Kedatangan Mardiah
30
Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31
Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32
Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33
Bab 33 Balas Dendam Raka
34
Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35
Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36
Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37
Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38
Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39
Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40
Bab 40 Nomer PIN ATM
41
Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42
Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43
Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44
Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45
Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46
Bab 46 Lagi dan Lagi
47
Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48
Bab 48 Marisa Yang Terluka
49
Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50
Bab 50 Salah Paham Raka
51
Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52
Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53
Bab 53 Minta Cerai
54
Bab 54 Mainnya Buru-buru
55
Bab 55 Kapan Punya Anak?
56
Bab 56 Tugas Luar Kota
57
Bab 57 Kerinduan Raka?
58
Bab 58 Malam yang Rindu
59
Bab 59 Jebakan Mardiah
60
Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61
Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62
Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63
Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64
Bab 64 Rencana Resign Raka
65
Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66
Bab 66 Pertengkaran
67
bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68
Bab 68 Persembunyian Marisa
69
Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70
Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71
Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72
Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73
Bab 73 Raka Ngidam?
74
Bab 74 Risa atau Hantu?
75
Bab 75 Kalian Semua Jahat
76
Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77
Bab 77 Menuju Malam Romantis
78
Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79
Bab 79 Rujak Pengkolan
80
Bab 80 Garis Dua
81
Bab 81 Benar-Benar Hamil
82
Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83
#Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!