Bab 5 Ingin Satu Meja Makan

     "Kak, Kak Risa," Panggil Marqisa yang kini sudah berada di dalam kamar hotel. Rupanya Marisa sedang menjalankan ibadah sholat Maghrib. Marqisa lega melihatnya. Lantas Marqisa segera ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah tadi kena pasir, dan ombak pasang air laut yang membuat sekujur tubuhnya terasa kotor dan lengket.

     Lima belas menit kemudian Marqisa menyudahi mandinya, Marqisa melihat kakaknya sudah duduk di depan meja rias kamar hotel itu.

     "Qisa, syukurlah kamu sudah pulang, tadi kakak sempat panik saat ombak pasang itu tiba-tiba muncul, kakak takut kenapa-kenapa dengan gadis kecil itu dan kamu. Tadi, apakah dia benar-benar tidak apa-apa?" tanya Marisa khawatir.

     "Tidak, Kak, Cila baik-baik saja. Dia tidak kurang satu apapun. Lalu, kenapa Kak Risa tadi pergi duluan, Cila tadi mencari lho, bahkan saat aku mau pergi saja dia sangat sedih dan bilang dia tidak mau aku pergi dan tidak mau Tante yang pernah menolongnya masuk got celaka. Sungguh menggemaskan anak itu," cerita Qisa diakhiri kata pujian sambil tersenyum.

     "Jadi, namanya Cila?" yakin Risa.

     "Nama dia Marcila tapi dipanggil Cila. Lalu apakah benar Kak Risa pernah menolong Cila dari got?" Qisa penasaran.

     "Iya, siang tadi aku sempat menolongnya, Cila masuk got saat dia mengejar balon yang jatuh ke dalamnya. Tapi tidak disangka dia bersama Papanya yang ternyata adalah Mas Raka," jawabnya dengan mata yang menerawang.

     "Padahal sebelumnya aku sudah melihat Mas Raka dengan Cila saat kita keluar kamar hotel, Mas Raka nginap di kamar nomer 109. Tapi aku sengaja tidak bilang sama Kakak karena takut Kakak kepikiran lagi dengan masa lalu."

     "Oh, ya? Mas Raka nginap di hotel ini juga?" kejutnya tidak menduga.

     "Huuh, aku tadi sempat lihat pas Mas Raka keluar dari kamar nomer 109. Aku menduga Mas Raka bersama istrinya, tapi ternyata tidak," cetus Qisa.

     "Kenapa kamu tahu Mas Raka tidak bersama istrinya? Sok tahu, kamu."

     "Benar, Mas Raka tidak sama istrinya. Dugaan ini diperjelas setelah tadi Cila ngomong ke aku kalau dia tidak punya mama dengan wajah yang sedih," ujar Qisa lagi sembari membayangkan betapa sedihnya Cila tadi.

     "Ah yang benar?"

     "Menurut pengakuan Cila, begitu."

     "Lalu kemana istri Mas Raka yang baru?"

     "Aku tidak tahu, yang jelas saat Cila bilang bahwa dia tidak punya mama, dia terlihat sangat sedih. Atau, istrinya bandel juga kayak Kakak dulu," ucap Qisa sembari sedikit menyinggung masa lalu Risa yang dulu tidak bertanggung jawab sebagai istri.

     "Kamu ini selalu nyindir aku, aku ini Kakakmu. Aku tahu aku salah, tapi jangan disindir terus, dong. Aku, kan, jadi merasa bersalah," semprot Risa kesal sama Qisa yang menyinggung masa lalunya saat masih jadi istri Raka.

     "He, he, he, aku tidak bermaksud menyinggung, tapi aku sengaja nyindir," ujarnya seraya menjauh dari sang Kakak yang sudah nampak ingin melempar bantal.

     "Lalu kemana istrinya Mas Raka, kenapa mereka cuma berdua saja?" Marisa nampak rasa ingin tahunya dengan wajah yang serius.

     "Entahlah Kak, aku juga tidak tahu. Ahhhh, sudahlah, tidak perlu memikirkan urusan orang lain, lebih baik kita siap-siap turun ke bawah, sebab habis Isya kita akan makan malam. Benar, kan, Kak?" ujarnya sembari memegangi perutnya yang sudah lapar.

     "Beledagggggg, jelegurrrrr." Suara petir di luar, tiba-tiba terdengar nyaring mengejutkan Risa dan Qisa yang masih sibuk mempersiapkan diri akan turun ke bawah untuk makan malam.

     "Astaghfirullah," ucap mereka kompak sembari refleks berpelukan.

     "Ya ampun, kaget aku," sambung Qisa sambil melepaskan pelukan Kakaknya.

     "Sepertinya hujan akan lebat, aku khawatir ombak itu pasangnya sampai halaman hotel," ujar Risa was-was.

     "Semoga saja nggak. Ya, sudah sebaiknya kita keluar kamar dan turun ke bawah untuk makan malam," ajak Marqisa menuju pintu diikuti Marisa.

     Sementara di kamar 109, Bi Rasmi yang masih memakaikan baju untuk Cila, nampak tengah menenangkan gadis kecil imut yang manis itu karena ketakutan dengan suara petir yang kencang barusan.

     "Ayo, Non, kita segera ke bawah menuju Papa Non Cila yang sudah di restoran," ajak Bi Rasmi setelah selesai memakaikan baju buat Cila. Cila nampak masih takut, dia tetap merangkul Bi Rasmi tidak mau lepas.

     Bi Rasmi segera menuju pintu sambil memangku Cila. Saat keluar tiba-tiba Cila berteriak memanggil seseorang.

     "Tanteeee, Tante Qisa, Tante yang nolong di gottt," teriaknya membuat Bi Rasmi terkejut dan heran sembari melihat siapa yang dipanggil Nona kecilnya.

     "Siapa Non?" tanya Bi Rasmi heran.

     "Itu, mereka orang yang pernah nolong aku, Bi. Tungguin mereka Bi, aku mau sama mereka makan malamnya," ujarnya seraya berontak ingin turun. Bi Rasmi menurunkan Cila perlahan dan melihat ke arah dua orang perempuan muda yang menghampirinya sambil tersenyum.

     "Cila, kamu sedang apa di sini?" tanya Qisa seraya meraih tangan gadis kecil itu yang mengulur pada Qisa dan Risa. Keduanya akhirnya menuntun tangan Cila, yang kiri dipegang Risa dan yang kanan dipegang Qisa.

     "Bi Rasmi, inilah mereka yang menolong aku saat di got dan kena ombak pasang tadi." Cila memperkenalkan Risa dan Qisa pada Bi Rasmi. Risa dan Qisa manggut seraya memperkenalkan dirinya masing-masing.

     "Saya Risa, dan ini adik saya Qisa," ucap Risa memperkenalkan dirinya pada Bi Rasmi.

     "Oh, iya, Non. Saya Bi Rasmi pengasuh sekaligus pembantu rumahnya, Den Raka. Lalu Non berdua ini mau kemana, apakah searah dengan tujuan kami? Kalau kami mau nyusul Papanya Non Cila ke restoran hotel di bawah," sambut Bi Rasmi ramah sembari menjelaskan tujuannya kemana.

     "Wah, tujuan kita sama, Bi. Sebaiknya kita barengan saja turun ke bawah," ujar Qisa senang, sementara Risa memberi senggolan di pinggang Qisa memberi kode.

     "Apa Kak?" tanya Qisa membisik.

     "Kalau Papanya tidak senang melihat kita bagaimana?"

     "Lha, kan tujuan kita sama ke sana. Ya, sudah, Kak Risa santai saja jangan merasa takut dulu atau kepedean dulu, jangan-jangan Mas Raka tidak peduli dengan kita." Ucapan Qisa ada benarnya, lagipula mereka mau ke restoran untuk makan malam bukan untuk mengganggu keberadaan Raka.

     Tiba di restoran, Cila segera mencari Papanya yang ternyata dari pintu masuk restoran sudah kelihatan batang hidungnya menempati satu meja yang muat untuk enam orang, yang letaknya paling ujung.

     "Papaaaaa," teriaknya sembari berlari menuju Raka. Sementara Risa dan Qisa segera mencari meja yang masih kosong untuk mereka tempati.

     "Di sini saja Qis, sepertinya agak jauh dari Papanya Cila. Ayo, sebaiknya kita segera ambil makan kita di meja prasmanan itu." Risa segera mengajak adiknya menuju meja prasmanan hotel yang sudah berjejer menghidangkan berbagai menu makanan yang menggiurkan lidah. Semua makanan yang tersaji di hotel ini sudah dibayar bersama penginapan, jadi mereka tinggal ambil gratis sesuai ketentuan, yakni satu lauk apa saja, sayuran, sambal serta lalapan, jika ambil lebih dari itu, penghuni hotel wajib nambah uang.

     "Tidakkkk, aku mau makan satu meja sama Tante dua itu. Papa jangan halangi aku." Teriakan Cila terdengar sampai telinga Risa dan Qisa. Orang-orang di sekitar mereka saling pandang. Raka menjadi bimbang dan hal ini pasti bikin suasana jadi riuh dan memalukan.

****

     

Terpopuler

Comments

Sena judifa

Sena judifa

kasian jg nih cila

2023-09-24

1

auliasiamatir

auliasiamatir

anak nya udah mulai jadi mak comblang 🤣🤣🤣

2023-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tragedi Masuk Got
2 Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3 Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4 Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5 Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6 Bab 6 Satu Meja Mantan
7 Bab 7 Kesedihan Marisa
8 Bab 8 Ingin Menghindari
9 Bab 9 Tidak Terhindarkan
10 Bab 10 I Hate U
11 Bab 11 Kesal Dengan Raka
12 Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13 Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14 Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15 Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16 Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17 Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18 Bab 18 Imbalan
19 Bab 19 Permintaan Cila
20 Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21 Bab 21 Menikah Lagi
22 Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23 Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24 Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25 Bab 25 Marisa Sakit
26 Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27 Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28 Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29 Bab 29 Kedatangan Mardiah
30 Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31 Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32 Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33 Bab 33 Balas Dendam Raka
34 Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35 Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36 Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37 Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38 Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39 Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40 Bab 40 Nomer PIN ATM
41 Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42 Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43 Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44 Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45 Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46 Bab 46 Lagi dan Lagi
47 Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48 Bab 48 Marisa Yang Terluka
49 Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50 Bab 50 Salah Paham Raka
51 Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52 Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53 Bab 53 Minta Cerai
54 Bab 54 Mainnya Buru-buru
55 Bab 55 Kapan Punya Anak?
56 Bab 56 Tugas Luar Kota
57 Bab 57 Kerinduan Raka?
58 Bab 58 Malam yang Rindu
59 Bab 59 Jebakan Mardiah
60 Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61 Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62 Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63 Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64 Bab 64 Rencana Resign Raka
65 Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66 Bab 66 Pertengkaran
67 bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68 Bab 68 Persembunyian Marisa
69 Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70 Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71 Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72 Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73 Bab 73 Raka Ngidam?
74 Bab 74 Risa atau Hantu?
75 Bab 75 Kalian Semua Jahat
76 Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77 Bab 77 Menuju Malam Romantis
78 Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79 Bab 79 Rujak Pengkolan
80 Bab 80 Garis Dua
81 Bab 81 Benar-Benar Hamil
82 Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83 #Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Tragedi Masuk Got
2
Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3
Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4
Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5
Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6
Bab 6 Satu Meja Mantan
7
Bab 7 Kesedihan Marisa
8
Bab 8 Ingin Menghindari
9
Bab 9 Tidak Terhindarkan
10
Bab 10 I Hate U
11
Bab 11 Kesal Dengan Raka
12
Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13
Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14
Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15
Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16
Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17
Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18
Bab 18 Imbalan
19
Bab 19 Permintaan Cila
20
Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21
Bab 21 Menikah Lagi
22
Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23
Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24
Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25
Bab 25 Marisa Sakit
26
Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27
Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28
Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29
Bab 29 Kedatangan Mardiah
30
Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31
Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32
Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33
Bab 33 Balas Dendam Raka
34
Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35
Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36
Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37
Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38
Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39
Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40
Bab 40 Nomer PIN ATM
41
Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42
Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43
Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44
Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45
Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46
Bab 46 Lagi dan Lagi
47
Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48
Bab 48 Marisa Yang Terluka
49
Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50
Bab 50 Salah Paham Raka
51
Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52
Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53
Bab 53 Minta Cerai
54
Bab 54 Mainnya Buru-buru
55
Bab 55 Kapan Punya Anak?
56
Bab 56 Tugas Luar Kota
57
Bab 57 Kerinduan Raka?
58
Bab 58 Malam yang Rindu
59
Bab 59 Jebakan Mardiah
60
Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61
Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62
Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63
Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64
Bab 64 Rencana Resign Raka
65
Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66
Bab 66 Pertengkaran
67
bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68
Bab 68 Persembunyian Marisa
69
Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70
Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71
Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72
Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73
Bab 73 Raka Ngidam?
74
Bab 74 Risa atau Hantu?
75
Bab 75 Kalian Semua Jahat
76
Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77
Bab 77 Menuju Malam Romantis
78
Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79
Bab 79 Rujak Pengkolan
80
Bab 80 Garis Dua
81
Bab 81 Benar-Benar Hamil
82
Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83
#Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!