Marisa menerima uluran tangan orang itu, sebuah tangan yang kekar dan kokoh, dengan urat-urat yang membentang. Marisa menyimpulkan itu merupakan tangan seorang kuli bangunan yang bekerja di proyek sekitar hotel. Namun, anehnya Marisa sejak tadi tidak melihat pembangunan sebuah proyek di sekitar hotel tempat ia menginap.
Kini tubuh Marisa sudah berada di atas permukaan tanah. Sebelum mendongak dan berterimakasih, Marisa bermaksud meraih tubuh bocah kecil nan cantik tadi untuk dipangkunya. Namum, Marisa kalah cepat dengan seseorang yang tadi mengulurkan tangannya. Marisa segera menoleh dan hendak mengucapkan terimakasih sambil menanyakan anak itu anak siapa.
"Terimakasih banyak Mas atas uluran tangannya," ucap Marisa pada lelaki bertubuh kekar atletis dan tinggi itu yang kini sudah membelakanginya dengan memangku bocah kecil tadi di tangan kirinya. Dan sebuah balon yang tadi jatuh, di tangan kanannya.
"Sama-sama, saya juga terimakasih banyak, karena Anda telah menyelamatkan anak saya dari got," balasnya sembari perlahan menolehkan tubuhnya ke belakang, dengan mata yang masih fokus pada balon.
Tepat saat mata Marisa melihat wajah si lelaki, Marisa terhenyak dan kakinya mundur beberapa senti. Marisa mengenal wajah tampan itu, dengan sorot mata yang teduh. Namun ketika lelaki itu juga menatap wajah Marisa dengan jelas, tiba-tiba sorot mata teduh itu berubah tajam dan tegas.
Lelaki yang kira-kira umurnya sekitar 10 tahun lebih tua dengan Marisa itu menatap dengan sorot mata terkejut, lalu berubah tajam, entah apa sebabnya.
"Mas Raka!" serunya kaget tapi melemah, entah apa yang Marisa rasakan saat itu. Dengan cepat Marisa menundukkan tatapan matanya ke permukaan tanah, ia tidak sanggup menatap sorot tajam mata itu lagi. Apa yang terjadi dengan Marisa, apakah dia mengenal lelaki jutex itu atau ada hal lain yang lebih menakutkan lagi?
"Papa, Tante itu yang menolong aku. Makasih tante cantik," celotehnya jelas seraya bermaksud mendongakkan tubuhnya ke arah Marisa dan ingin meraih Marisa. Namun lelaki yang bernama Raka itu mencegah dan menarik tubuh bocah kecil itu ke dalam pangkuannya.
"Ayo, kita kembali. Makanya kamu jangan nakal dong, Sayang. Kalau diawasi Papa itu jangan lari-lari, kan Papa jadi soak," ujarnya menasehati seraya membalikkan tubuh.
"Mas Raka," panggil Marisa berubah sendu. Namun lelaki tampan berusia 35 tahun itu terus berjalan tanpa menoleh lagi. Pertemuan bersama lelaki tampan bertubuh kekar dan atletis itu, mengingatkan Marisa pada kejadian lima tahun yang lalu saat dirinya masih menyandang gelar seorang istri.
Usia Marisa yang masih muda saat itu, yakni 19 tahun, membuat rumah tangga yang dijodohkan itu kandas begitu saja. Marisa menjadi janda muda diusia tepat 20 tahun, setelah satu tahun lamanya mengarungi rumah tangga yang sama sekali tidak bahagia dan jauh dari kata harmonis.
Selain perbedaan usia yang jauh 10 tahun, sikap Marisa yang nampak belum dewasa dan masih sangat labil membuat dia lepas tanggung jawab sebagai istri. Marisa pada saat itu masih suka ngumpul bareng teman-temannya dan nonton, sehingga lupa akan kewajiban sebagai serang istri.
Pemberontakan Marisa dimulai ketika dia dipaksa dijodohkan dengan Raka yang notebene lelaki yang jauh dari tipenya. Marisa tidak suka pada lelaki tua diatasnya kala itu, dia suka dengan lelaki yang tidak jauh beda perbedaan usianya. Itu alasannya kala itu.
Rumah tangga itupun hanya bertahan satu tahun, setelah Raka merasa menyerah untuk memperjuangkan Marisa yang seperti ABG yang senang ngumpul dan tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.
"Papaaa, tungguin Tante itu. Aku mau kembali ajak tante itu," rengeknya membuat Marisa tersentak saat mengenang kejadian hancurnya rumah tangga dirinya bersama Raka lima tahun yang lalu. Dia Raka mantan suaminya yang dulu tidak dihiraukan dan disia-siakannya.
Marisa melihat gadis kecil itu ingin menghampirinya, tapi Raka terlanjur memaksanya kembali ke dalam hotel. Langkah terburu-buru Raka membuat hati Marisa teriris, sebab kejadian di masa lalunya seakan terbayang dan dikuliti lagi. Dia memang bukan istri yang baik kala itu dan Marisa mengakuinya.
"Cantik betul gadis kecil itu, sepertinya ibu atau istri Mas Raka yang sekarang sangat cantik dan baik. Anaknya juga sangat ramah dan baik," puji Marisa diam-diam tapi dengan hati yang tersayat-sayat. Tiba-tiba sebuah penyesalan menghampirinya, setelah lima tahun menjadi janda muda, Marisa belum terbersit sedikitpun ingin membina rumah tangga kembali. Tapi kini dia dipertemukan kembali dengan mantan suaminya dalam keadaan yang sudah berbeda. Mantan suaminya sudah berumah tangga dengan seorang perempuan yang sangat baik dan cantik tentunya.
Helaan nafas berat dan sesak kini terdengar, Marisa terbayang-bayang kembali masa lalu dan sorot tajam penuh amarah yang baru saja ditujukan padanya dari Raka mantan suaminya.
"Maafkan aku Mas Raka, jika masa lalu bersamaku tidak bahagia, semoga rumah tangganya yang sekarang bahagia dan kekal selamanya," doa Marisa tulus di dalam hatinya.
"Kak Risa, ngapain bengong di sini? Pantesan aku cari di mana-mana tidak ada, rupanya bengong di sini. Emang ngapain, sih, Kak di sini? Nggak kesambet, kan?" heran Marqisa yang tadi pamit boker ke Marisa.
Marisa sontak memegangi dadanya, jantungnya seakan mau copot gara-gara dikejutkan Marqisa. "Aduhhh, apa-apaan, sih, kamu Qis, ngagetin kakak saja?" protes Marisa pias saking kagetnya. Padahal tadi dia memang sedang melamun membayangkan masa lalu saat berumah tangga dengan Raka yang gagal.
"Ayo, kita lanjut petualangan kita Kak. Kita ke pantai sebelah sana aja, sambil aku mau minum air kelapa muda di kedai sana. Haus nih," ajaknya sembari berjalan duluan. Marisa mengikuti Marqisa di belakangnya dengan langkah gontai.
"Ya Allah, siput amat sih Kak jalannya, ayo dong, masa kalah sama ibu-ibu itu yang lari sana lari sini sama pasangannya," komplen Marqisa lagi membandingkan Marisa dengan ibu-ibu di pantai sana bersama pasangannya. Marisa memonyongkan bibirnya tanda tidak senang, sebab sejak tadi adiknya itu ngomel melulu.
"Lihat, lihat, Kak, itu tuh di sana ada bule, siapa tahu sekarang Kak Risa suka sama yang interlokal. Wuihhh cakep lagi," celoteh Marqisa menunjuk jarinya pada dua orang bule yang sedang menikmati sunset.
"Qisa, apa-apaan, sih, Kakak itu datang kemari bukan mau cari jodoh, akan tetapi cari hiburan melepas lelah karena bekerja. Kakak sedang tidak minat yang begituan apalagi interlokal. Memangnya telpon seluler, ada lokal dan interlokal," sergah Marisa tidak suka dengan adiknya yang hoby menjodoh-jodohkan tidak jelas.
"Kak Risa awassss," peringat Marqisa saat sebuah bola pantai milik anak-anak mengenainya dan kena tepat di betisnya. Marisa meringis karena bola pantai itu sepertinya dilempar sangat keras oleh seseorang.
Marisa menunduk dan meraih bola pantai itu lalu berdiri melihat siapa kira-kira yang bermain bola pantai yang mengenainya.
"Tanteeee, itu bolaku," teriak seorang anak kecil seraya menengadahkan tangannya meminta bola pantai yang dipungut Marisa.
"Mas Raka dan anak kecil itu lagi," bisiknya kaget, sejenak Marisa tertegun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Nur Hidayah
klu dl gagal sekarang bs gol gak ya
2025-01-07
2
Sena judifa
Salam dari Muara cinta kita thor. like dan fav mendarat
2023-09-23
1
auliasiamatir
berati raka masih jodoh mu marisa, buktinya di pertemukan selalu oleh author nya 🤣
2023-09-17
1