Raka meraup pasir sebanyak mungkin di telapak tangannya lalu berdiri di hadapan Marisa yang terlihat canggung dan malu. Sejenak Raka menatap ragu, tapi karena desakan Cila, akhirnya pasir dalam genggamannya itu dia balurkan ke seluruh wajah Marisa dengan segenap hati.
"Anggap saja ini sebuah hukuman atau balasanku di masa lalu atas perlakuanmu," batin Raka puas. Namun setelah Raka puas membalurkan pasir itu di wajah Marisa, tiba-tiba ada getaran rasa di dalam dadanya yang menyelinap. Raka berusaha menepisnya dengan menjauhkan diri satu langkah dari berdirinya Marisa.
"Papa, awasss." Tiba-tiba ombak mendadak pasang dan menggulung para pengunjung sampai pinggang, sehingga semua pengunjung berjatuhan karena kedatangan ombak yang tidak disangka-sangka. Marisa dan Marqisa juga Raka fokus ingin melindungi Cila, sehingga saat ombak itu pasang Marisa dan Raka saling bertubrukan lalu badan mereka jatuh tumpang tindih tidak terelakkan.
Tubuh Raka yang kekar menimpa tubuh Marisa yang lebih kecil daripadanya, sekilas mereka seperti sedang melakukan adegan mesra. Sementara Cila terseret ombak sejauh lima meter dan berhasil ditarik dan diselamatkan Marqisa.
Marisa mencoba bangkit di bawah tubuh Raka yang sangat berat, dia harus segera bangkit sebelum semua orang melihatnya. Tubuh Marisa bergerak-gerak dan Raka menyadarinya, sejenak Raka menatap wajah cantik polos milik Marisa. Ada getaran rasa yang tiba-tiba muncul kembali dalam dada Raka. Lagi-lagi Raka mencoba menepisnya. Raka buru-buru bangkit, kemudian menarik tangan Marisa dan berdiri.
Tubuh keduanya basah air laut yang tiba-tiba pasang, padahal tadi tenang-tenang saja. Semua orang yang tadi sedang beraktivitas di pantai kini sama-sama panik dan mulai menepi, terlebih seorang Operator pihak hotel memperdengarkan suaranya memberikan informasi bahwa ombak akan pasang kembali, akibat akan hujan. Maka dari itu semua pengunjung dihimbau untuk segera naik ke dalam hotel.
Langit memang menampakkan awan kelamnya dan semburat warna jingga dari ufuk barat sudah tenggelam karena disapu awan kelam yang menggumpal menutupinya.
Raka nampak panik mencari Cila anak gadisnya, Marisa juga demikian, dia mencari Cila dan Marqisa sang adik.
"Papaaaa," teriak Cila membuat Raka bahagia tidak terkira, ternyata Cila datang bersama Marqisa mantan adik ipar Raka.
"Syukurlah Sayang, kamu tidak apa-apa. Ya ampun ombak itu sampai menghantam dan melempar tubuhmu jauh dari Papa," ujar Raka masih terdengar panik.
"Untung ada Tante ini, aku tadi dipeluk sehingga aku tidak keseret ke tengah," terangnya sangat lucu dan pintar. Cara ngomong dan gerak-geriknya sangat menggemaskan siapa saja yang melihatnya, bangga banget siapapun orang tuanya yang memiliki anak sepintar Cila ini.
"Syukurlah, sayang. Cila sudah berterimakasih pada tante ini?" tanya Raka menunjuk Marqisa.
"Aku belum sempat. Terimakasih, ya, tante sudah menolong aku." Marqisa hanya mengangguk dan tersenyum bahagia sebab sudah bisa menyelamatkan Cila dan dirinya. "Lalu, Tante yang satunya lagi mana, apakah tadi tidak keseret ombak? Aku tidak mau kalau Tante yang menolong aku jatuh dari got, celaka," ucapnya khawatir.
"Tante yang tadi, sedang ke kamar mandi hotel, sepertinya mau membersihkan diri. Kalau begitu adik kecil harus ikut Papa sekarang, ya, karena Tante juga mau masuk ke dalam kamar hotel, mau membersihkan diri," ujar Marqisa berpamitan. Wajah Cila mendadak sedih karena akan berpisah dengan Marqisa.
"Qisa, terimakasih telah menolong anakku." Panggilan itu mengingatkan Marqisa pada seseorang dimasa lalu yang memang suka memanggilnya demikian, dia Raka mantan Kakak iparnya yang ternyata masih ingat dengan nama panggilan Marqisa.
Marqisa membalikkan tubuhnya dan kembali menghadap Raka dan Cila.
"Tidak apa-apa Mas."
"Tante, mau kemana?" Cila bertanya dengan raut wajah yang sedih.
Marqisa menahan tubuhnya untuk tidak berbalik sebab Cila terlihat sangat sedih, sepertinya dia harus merayu gadis kecil di hadapannya supaya mengikuti Papanya.
"Tante harus ke kamar Tante untuk membersihkan diri dan ganti baju. Oh iya ngomong-ngomong adik kecil ini namanya siapa, dari tadi kita belum kenalan?" Marqisa seakan baru ingat bahwa dirinya belum kenalan dengan gadis kecil di hadapannya ini.
"Nama aku Marcila, bisa disebut Cila. Kalau Tante, siapa namanya?" Cila balik bertanya dengan gaya gemasnya.
"Nama tante adalah Marqisa, adik Cila boleh memanggil Qisa atau Tante Qisa," balas Marqisa dengan gembira.
"Ok, sekarang tante harus pergi dan membersihkan diri. Adik Cila juga harus mandi sama Mama dan Papanya, ya."
"Aku tidak punya Mama, Tante," tukasnya spontan sambil menatap dalam ke arah Marqisa. Marqisa sejenak tertegun lalu buru-buru berpamitan, dia takut terjebak dengan situasi yang membuat haru gadis kecil di hadapannya yang memang nampak sedih saat dia mengatakan dia tidak punya Mama.
"Tante pamit, ya," ucap Marqisa sambil melambai dan membalikan tubuhnya dan berharap Cila tidak lagi memanggilnya meski hatinya masih ingin bersama anak kecil itu.
Marqisa berjalan cepat menuju kamar hotel tempat dia menginap sambil memikirkan apa yang diucapkan Cila tadi. "Aku tidak punya Mama, Tante." terngiang sampai tubuhnya memasuki loby hotel.
Sementara Cila menatap sedih kepergian Marqisa, sebenarnya dia masih ingin bermain bersama Marqisa dan juga Marisa yang tadi siang sempat menolongnya dari dalam got.
Raka melihat gadis kecilnya itu sangat sedih, lalu Raka segera mengajak Cila ke dalam, apalagi sebentar lagi turun hujan yang tentunya akan menambah cuaca semakin dingin.
"Ayo, Sayang, lebih baik kita masuk ke dalam. Tubuh kamu basah dan kita harus segera membersihkan diri," ajak Raka membawa Cila ke dalam kamar hotel untuk membersihkan diri akibat terpaan ombak pasang tadi. Tidak lama dari itu hujan pun turun sangat lebat menghembuskan angin yang kencang ke dalam pintu masuk hotel. Semua pengunjung pantai, ramai-ramai masuk ke dalam hotel tempat menginapnya masing-masing. Suasana pun terasa mencekam, sebab hujan di sekitar pantai ini suaranya menderu-deru silih berganti bersama suara ombak yang pasang.
Bersyukur ombak pasang ini masih wajar, bukan ombak akibat aktifitas gempa sehingga tidak dikhawatirkan akan terjadi tsunami.
Sampai masuk ke dalam kamar hotel Cila masih terlihat murung dan sedih. Raka segera memanggil seseorang untuk menuju kamarnya menginap.
"Bi Rasmi, datanglah ke kamar nomer 109," titah Raka pada seseorang yang dipanggilnya Bi Rasmi. Tidak lama dari itu seseorang mengetuk pintu kamar hotel. Raka segera membuka pintu kamar, dan muncullah seorang wanita paruh baya bersama seorang lelaki paruh baya di belakangnya. Rupanya Raka membawa serta seorang Pembantu dan Supir yang kebetulan suami istri dalam liburannya kali ini.
"Masuk, Bi. Mandikan anak saya. Saya ngopi dulu bersama Mang Raga. Kalau sudah selesai ajak dia langsung ke restoran hotel untuk makan malam, saya tunggu bersama Mang Raga di bawah." Raka memberi aba-aba, lalu segera bergegas menghampiri Mang Raga, supirnya.
Sepanjang jalan menuju restoran hotel, Raka kembali terbayang saat tadi tubuhnya terguling oleh ombak menimpa Marisa, perempuan muda yang telah lima tahun menjadi mantan istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
marga "mar" kabeh thor...hehhe...nti anak nya raka sama marisa dinamai marcel,marvel,markos,marbila,marnika,..asal dudu markonah wae...hehehh
2023-11-19
1
Sena judifa
like dan rate 5 mendarat thor. salam dr muara cinta kita
2023-09-23
1
auliasiamatir
duhai mantan kau membuat babang raka bergetar 🤣🤣🤣🤣
2023-09-17
0