Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "

     Raka meraup pasir sebanyak mungkin di telapak tangannya lalu berdiri di hadapan Marisa yang terlihat canggung dan malu. Sejenak Raka menatap ragu, tapi karena desakan Cila, akhirnya pasir dalam genggamannya itu dia balurkan ke seluruh wajah Marisa dengan segenap hati.

     "Anggap saja ini sebuah hukuman atau balasanku di masa lalu atas perlakuanmu," batin Raka puas. Namun setelah Raka puas membalurkan pasir itu di wajah Marisa, tiba-tiba ada getaran rasa di dalam dadanya yang menyelinap. Raka berusaha menepisnya dengan menjauhkan diri satu langkah dari berdirinya Marisa.

     "Papa, awasss." Tiba-tiba ombak mendadak pasang dan menggulung para pengunjung sampai pinggang, sehingga semua pengunjung berjatuhan karena kedatangan ombak yang tidak disangka-sangka. Marisa dan Marqisa juga Raka fokus ingin melindungi Cila, sehingga saat ombak itu pasang Marisa dan Raka saling bertubrukan lalu badan mereka jatuh tumpang tindih tidak terelakkan.

     Tubuh Raka yang kekar menimpa tubuh Marisa yang lebih kecil daripadanya, sekilas mereka seperti sedang melakukan adegan mesra. Sementara Cila terseret ombak sejauh lima meter dan berhasil ditarik dan diselamatkan Marqisa.

     Marisa mencoba bangkit di bawah tubuh Raka yang sangat berat, dia harus segera bangkit sebelum semua orang melihatnya. Tubuh Marisa bergerak-gerak dan Raka menyadarinya, sejenak Raka menatap wajah cantik polos milik Marisa. Ada getaran rasa yang tiba-tiba muncul kembali dalam dada Raka. Lagi-lagi Raka mencoba menepisnya. Raka buru-buru bangkit, kemudian menarik tangan Marisa dan berdiri.

     Tubuh keduanya basah air laut yang tiba-tiba pasang, padahal tadi tenang-tenang saja. Semua orang yang tadi sedang beraktivitas di pantai kini sama-sama panik dan mulai menepi, terlebih seorang Operator pihak hotel memperdengarkan suaranya memberikan informasi bahwa ombak akan pasang kembali, akibat akan hujan. Maka dari itu semua pengunjung dihimbau untuk segera naik ke dalam hotel.

     Langit memang menampakkan awan kelamnya dan semburat warna jingga dari ufuk barat sudah tenggelam karena disapu awan kelam yang menggumpal menutupinya.

     Raka nampak panik mencari Cila anak gadisnya, Marisa juga demikian, dia mencari Cila dan Marqisa sang adik.

     "Papaaaa," teriak Cila membuat Raka bahagia tidak terkira, ternyata Cila datang bersama Marqisa mantan adik ipar Raka.

     "Syukurlah Sayang, kamu tidak apa-apa. Ya ampun ombak itu sampai menghantam dan melempar tubuhmu jauh dari Papa," ujar Raka masih terdengar panik.

     "Untung ada Tante ini, aku tadi dipeluk sehingga aku tidak keseret ke tengah," terangnya sangat lucu dan pintar. Cara ngomong dan gerak-geriknya sangat menggemaskan siapa saja yang melihatnya, bangga banget siapapun orang tuanya yang memiliki anak sepintar Cila ini.

    "Syukurlah, sayang. Cila sudah berterimakasih pada tante ini?" tanya Raka menunjuk Marqisa.

     "Aku belum sempat. Terimakasih, ya, tante sudah menolong aku." Marqisa hanya mengangguk dan tersenyum bahagia sebab sudah bisa menyelamatkan Cila dan dirinya. "Lalu, Tante yang satunya lagi mana, apakah tadi tidak keseret ombak? Aku tidak mau kalau Tante yang menolong aku jatuh dari got, celaka," ucapnya khawatir.

     "Tante yang tadi, sedang ke kamar mandi hotel, sepertinya mau membersihkan diri. Kalau begitu adik kecil harus ikut Papa sekarang, ya, karena Tante juga mau masuk ke dalam kamar hotel, mau membersihkan diri," ujar Marqisa berpamitan. Wajah Cila mendadak sedih karena akan berpisah dengan Marqisa.

     "Qisa, terimakasih telah menolong anakku." Panggilan itu mengingatkan Marqisa pada seseorang dimasa lalu yang memang suka memanggilnya demikian, dia Raka mantan Kakak iparnya yang ternyata masih ingat dengan nama panggilan Marqisa.

     Marqisa membalikkan tubuhnya dan kembali menghadap Raka dan Cila.

     "Tidak apa-apa Mas."

     "Tante, mau kemana?" Cila bertanya dengan raut wajah yang sedih.

     Marqisa menahan tubuhnya untuk tidak berbalik sebab Cila terlihat sangat sedih, sepertinya dia harus merayu gadis kecil di hadapannya supaya mengikuti Papanya.

     "Tante harus ke kamar Tante untuk membersihkan diri dan ganti baju. Oh iya ngomong-ngomong adik kecil ini namanya siapa, dari tadi kita belum kenalan?" Marqisa seakan baru ingat bahwa dirinya belum kenalan dengan gadis kecil di hadapannya ini.

     "Nama aku Marcila, bisa disebut Cila. Kalau Tante, siapa namanya?" Cila balik bertanya dengan gaya gemasnya.

     "Nama tante adalah Marqisa, adik Cila boleh memanggil Qisa atau Tante Qisa," balas Marqisa dengan gembira.

     "Ok, sekarang tante harus pergi dan membersihkan diri. Adik Cila juga harus mandi sama Mama dan Papanya, ya."

     "Aku tidak punya Mama, Tante," tukasnya spontan sambil menatap dalam ke arah Marqisa. Marqisa sejenak tertegun lalu buru-buru berpamitan, dia takut terjebak dengan situasi yang membuat haru gadis kecil di hadapannya yang memang nampak sedih saat dia mengatakan dia tidak punya Mama.

     "Tante pamit, ya," ucap Marqisa sambil melambai dan membalikan tubuhnya dan berharap Cila tidak lagi memanggilnya meski hatinya masih ingin bersama anak kecil itu.

     Marqisa berjalan cepat menuju kamar hotel tempat dia menginap sambil memikirkan apa yang diucapkan Cila tadi. "Aku tidak punya Mama, Tante." terngiang sampai tubuhnya memasuki loby hotel.

     Sementara Cila menatap sedih kepergian Marqisa, sebenarnya dia masih ingin bermain bersama Marqisa dan juga Marisa yang tadi siang sempat menolongnya dari dalam got.

     Raka melihat gadis kecilnya itu sangat sedih, lalu Raka segera mengajak Cila ke dalam, apalagi sebentar lagi turun hujan yang tentunya akan menambah cuaca semakin dingin.

     "Ayo, Sayang, lebih baik kita masuk ke dalam. Tubuh kamu basah dan kita harus segera membersihkan diri," ajak Raka membawa Cila ke dalam kamar hotel untuk membersihkan diri akibat terpaan ombak pasang tadi. Tidak lama dari itu hujan pun turun sangat lebat menghembuskan angin yang kencang ke dalam pintu masuk hotel. Semua pengunjung pantai, ramai-ramai masuk ke dalam hotel tempat menginapnya masing-masing. Suasana pun terasa mencekam, sebab hujan di sekitar pantai ini suaranya menderu-deru silih berganti bersama suara ombak yang pasang.

      Bersyukur ombak pasang ini masih wajar, bukan ombak akibat aktifitas gempa sehingga tidak dikhawatirkan akan terjadi tsunami.

     Sampai masuk ke dalam kamar hotel Cila masih terlihat murung dan sedih. Raka segera memanggil seseorang untuk menuju kamarnya menginap.

     "Bi Rasmi, datanglah ke kamar nomer 109," titah Raka pada seseorang yang dipanggilnya Bi Rasmi. Tidak lama dari itu seseorang mengetuk pintu kamar hotel. Raka segera membuka pintu kamar, dan muncullah seorang wanita paruh baya bersama seorang lelaki paruh baya di belakangnya. Rupanya Raka membawa serta seorang Pembantu dan Supir yang kebetulan suami istri dalam liburannya kali ini.

     "Masuk, Bi. Mandikan anak saya. Saya ngopi dulu bersama Mang Raga. Kalau sudah selesai ajak dia langsung ke restoran hotel untuk makan malam, saya tunggu bersama Mang Raga di bawah." Raka memberi aba-aba, lalu segera bergegas menghampiri Mang Raga, supirnya.

     Sepanjang jalan menuju restoran hotel, Raka kembali terbayang saat tadi tubuhnya terguling oleh ombak menimpa Marisa, perempuan muda yang telah lima tahun menjadi mantan istrinya.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

marga "mar" kabeh thor...hehhe...nti anak nya raka sama marisa dinamai marcel,marvel,markos,marbila,marnika,..asal dudu markonah wae...hehehh

2023-11-19

1

Sena judifa

Sena judifa

like dan rate 5 mendarat thor. salam dr muara cinta kita

2023-09-23

1

auliasiamatir

auliasiamatir

duhai mantan kau membuat babang raka bergetar 🤣🤣🤣🤣

2023-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tragedi Masuk Got
2 Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3 Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4 Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5 Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6 Bab 6 Satu Meja Mantan
7 Bab 7 Kesedihan Marisa
8 Bab 8 Ingin Menghindari
9 Bab 9 Tidak Terhindarkan
10 Bab 10 I Hate U
11 Bab 11 Kesal Dengan Raka
12 Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13 Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14 Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15 Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16 Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17 Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18 Bab 18 Imbalan
19 Bab 19 Permintaan Cila
20 Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21 Bab 21 Menikah Lagi
22 Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23 Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24 Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25 Bab 25 Marisa Sakit
26 Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27 Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28 Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29 Bab 29 Kedatangan Mardiah
30 Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31 Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32 Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33 Bab 33 Balas Dendam Raka
34 Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35 Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36 Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37 Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38 Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39 Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40 Bab 40 Nomer PIN ATM
41 Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42 Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43 Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44 Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45 Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46 Bab 46 Lagi dan Lagi
47 Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48 Bab 48 Marisa Yang Terluka
49 Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50 Bab 50 Salah Paham Raka
51 Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52 Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53 Bab 53 Minta Cerai
54 Bab 54 Mainnya Buru-buru
55 Bab 55 Kapan Punya Anak?
56 Bab 56 Tugas Luar Kota
57 Bab 57 Kerinduan Raka?
58 Bab 58 Malam yang Rindu
59 Bab 59 Jebakan Mardiah
60 Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61 Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62 Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63 Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64 Bab 64 Rencana Resign Raka
65 Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66 Bab 66 Pertengkaran
67 bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68 Bab 68 Persembunyian Marisa
69 Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70 Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71 Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72 Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73 Bab 73 Raka Ngidam?
74 Bab 74 Risa atau Hantu?
75 Bab 75 Kalian Semua Jahat
76 Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77 Bab 77 Menuju Malam Romantis
78 Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79 Bab 79 Rujak Pengkolan
80 Bab 80 Garis Dua
81 Bab 81 Benar-Benar Hamil
82 Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83 #Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Tragedi Masuk Got
2
Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3
Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4
Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5
Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6
Bab 6 Satu Meja Mantan
7
Bab 7 Kesedihan Marisa
8
Bab 8 Ingin Menghindari
9
Bab 9 Tidak Terhindarkan
10
Bab 10 I Hate U
11
Bab 11 Kesal Dengan Raka
12
Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13
Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14
Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15
Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16
Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17
Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18
Bab 18 Imbalan
19
Bab 19 Permintaan Cila
20
Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21
Bab 21 Menikah Lagi
22
Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23
Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24
Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25
Bab 25 Marisa Sakit
26
Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27
Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28
Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29
Bab 29 Kedatangan Mardiah
30
Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31
Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32
Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33
Bab 33 Balas Dendam Raka
34
Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35
Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36
Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37
Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38
Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39
Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40
Bab 40 Nomer PIN ATM
41
Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42
Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43
Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44
Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45
Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46
Bab 46 Lagi dan Lagi
47
Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48
Bab 48 Marisa Yang Terluka
49
Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50
Bab 50 Salah Paham Raka
51
Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52
Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53
Bab 53 Minta Cerai
54
Bab 54 Mainnya Buru-buru
55
Bab 55 Kapan Punya Anak?
56
Bab 56 Tugas Luar Kota
57
Bab 57 Kerinduan Raka?
58
Bab 58 Malam yang Rindu
59
Bab 59 Jebakan Mardiah
60
Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61
Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62
Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63
Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64
Bab 64 Rencana Resign Raka
65
Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66
Bab 66 Pertengkaran
67
bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68
Bab 68 Persembunyian Marisa
69
Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70
Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71
Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72
Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73
Bab 73 Raka Ngidam?
74
Bab 74 Risa atau Hantu?
75
Bab 75 Kalian Semua Jahat
76
Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77
Bab 77 Menuju Malam Romantis
78
Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79
Bab 79 Rujak Pengkolan
80
Bab 80 Garis Dua
81
Bab 81 Benar-Benar Hamil
82
Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83
#Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!