Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu

     Dua buah tangan mungil tengadah dengan wajah imut nan cantiknya ikut mendongak. Dia meminta bola yang kini ada di tangan Marisa. Marisa menurunkan tubuhnya dan berjongkok menyamai tinggi gadis mungil yang tadi sempat ditolongnya saat jatuh ke got.

     "Tante? Ini tante yang tadi menolong aku, bukan?" tanyanya menyakinkan.

     "Betul, tante memang orang yang tadi menolong kamu saat masuk got," jawab Marisa seraya meletakkan bola itu di tangan gadis kecil itu. Jantung Marisa langsung berdegup seketika, sebab dia sudah tahu siapa sebenarnya bapak gadis kecil di hadapannya ini. Setelah bertemu dengannya rasa bersalah di masa lalu seolah menyelinap dalam dada Marisa.

     "Sayanggg, tuh, kan, kalau Papa yang lempar nanti kejauhan dan kena orang lain," sergah suara khas seseorang yang ternyata masih Marisa hafal suaranya.

     "Mas Raka," seru Marisa sambil berdiri dan hendak berbasa-basi sejenak dengan Raka. Namun, Raka segera menarik lengan gadis kecil itu dan pergi begitu saja seperti ingin menghindari Marisa.

     "Kak Risa. Kak Risa masih kenal dengan lelaki itu, kan?" Marqisa tiba-tiba menghampiri dan bertanya dengan memasang wajah heran dan kaget, sebab Marqisa tidak menduga bahwa Kakaknya akan bertemu secara tidak sengaja dengan mantan suaminya lima tahun yang lalu.

     "Papaaaa, aku ingin main bola dengan Tante itu sebelum kita masuk ke kamar hotel," pinta gadis kecil itu sambil merengek dan memaksa Papanya untuk memutar tubuhnya kembali. Marisa dan Marqisa mendengar rengekan gadis kecil itu, keduanya masih di situ berdiri saling pandang.

     "Kita pergi saja Kak, sebelum istrinya datang, aku tidak mau istrinya salah paham terhadap kita terutama terhadap Kak Risa," usul Marqisa was-was. Marqisa takut kakaknya dijadikan korban salah sasaran kecemburuan istri orang karena melihat anaknya dekat dengan perempuan lain. Terlebih sikap Raka yang tidak bersahabat saat melihat Marisa, Marqisa bisa menyimpulkan, mantan suami kakaknya itu masih mengenang pahitnya masa lalu bersama kakaknya, meskipun saat perceraian kakaknya lima tahun yang lalu Marqisa masih ABG, tapi dia sudah paham betul kejadian dan penyebab perceraian itu apa.

     Marisa setuju dengan usuk adiknya itu, mereka mulai membalikkan badan dan melangkah meniggalkan tempat itu.

     "Tanteeee, jangan pergiiiii!" teriak seorang bocah ke arah Marisa dan Marqisa, sudah bisa ditebak itu pasti gadis kecil itu.

     "Tante, kenapa aku panggil kalian pergi begitu saja? Apa kalian tidak suka bermain dengan anak kecil?" ulang gadis kecil itu membuat Marisa dan Marqisa dilanda bingung.

      "Ayo, Sayang, jangan paksa mereka untuk bermain denganmu. Mereka ada kesibukan lain. Apalagi ini sebentar lagi malam, lebih baik kita kembali ke kamar," paksa Raka meraih tubuh kecil itu ke dalam pangkuannya.

     "Tidakkk, aku hanya ingin main sebentar sebelum malam," pintanya lagi. Marisa tidak tega, dia membalikkan tubuhnya dan segera berlari menuju anak kecil itu. Marqisa ingin mencegahnya, tapi tidak keburu.

     "Ijinkan aku sebentar bermain dengan anakmu, Mas. Aku tidak akan menyakitinya," ujar Marisa menatap penuh permohonan pada Raka yang menatap tajam ke arah Marisa.

     "Ayo Tante, kita bermain bola dan pasir. Papa tunggu saja di sini, ya," celotehnya polos seraya berontak dari pangkuan Papanya . Gadis kecil imut yang cantik menggemaskan itu berlari dan memegang jemari Marisa erat seakan takut dilepaskan.

     Akhirnya Marisa dan Marqisa bermain bola dan pasir di pantai itu sesuai keinginan gadis kecil itu. Meskipun Marisa merasa canggung dan malu berada di hadapan mantan suaminya, tapi Marisa berusaha setenang mungkin saat bermain bersama anaknya Raka.

     "Huhhhh, takdir apa lagi yang direncanakan Tuhan sehingga aku dipertemukan kembali dengan mantan istri sok ABG itu. Kenapa harus bertemu dan kenapa Cila tiba-tiba mau dan lengket dengan Marisa?" dumel Raka di dalam hati.

     2Sampai kapanpun Raka akan ingat perlakuan Marisa dulu saat masih menjadi istrinya. Mereka dijodohkan dan tidak ada cinta sama sekali diantara mereka. Namun, Raka sebagai pria yang lebih dewasa dari Marisa kala itu, dia berusaha mencintai dan menerima Marisa apa adanya, tapi tetap saja Marisa yang masih belia saat itu belum juga bisa membuka hatinya dan mencintainya, malah kegiatan sehari-harinya dia habiskan berkumpul dengan teman-temannya, bukan mengurus rumah tangga.

     Mungkin, Raka juga salah telah menerima perjodohan begitu saja dari kedua orang tuanya, berharap silaturahmi antara kedua orangtuanya berlanjut dengan perjodohan mereka. Karena Raka tidak mampu bertahan dengan sikap Marisa yang tidak peduli, akhirnya Raka menyerah dan rumah tangga itu bertahan cuma satu tahun.

**

     Raka masih memperhatikan interaksi antara anaknya dan kedua adik kakak itu begitu akrab. Dan dengan waktu yang terhitung cepat mereka mudah dekat. Raka tahu mungkin Cila sedang merindukan sosok seorang Mama yang selama ini dia rindukan. Wajar saja Cila merindukan sosok seorang Mama, sebab sejak usia Cila dua tahun, Mamanya Cila atau almarhumah istrinya meninggal dunia akibat penyakit leukimia yang menggerogoti tubuhnya.

     Raka sadar betul apa yang dirasakan Cila saat ini, dia merindukan kasih sayang seorang Mama untuk menemani hari-harinya, tapi apa dikata, istri yang dia cintai telah berpulang ke hadirat sang Khalik dan meninggalkan Cila yang masih batita kala itu.

     Sehingga saat ini pun Raka belum mau membuka hatinya untuk perempuan lain, yang jelas sosok Marsela ibu kandung Cila belum bisa digantikan oleh perempuan manapun.

     Jeritan dan celotehan bahagia dari bibir sang anak terus mengalir, Raka melihat betapa bahagianya Cila saat ini menikmati kebersamaan dengan orang asing yang baru saja dikenalinya. Namun Cila seakan sudah sangat dekat dan tidak terlihat canggung.

     "Papaaa, ayo ikut main, sebentar saja," tarik Cila tanpa Raka sadari sebelumnya sehingga Raka tidak bisa menolaknya. Dengan terpaksa Raka berdiri dengan hati yang kesal. Cila terus membawa Papanya ke tengah pemainan lempar bola, dan bagi siapa saja yang tidak bisa menangkapnya, maka akan diberi hukuman yaitu dilumuri pasir di wajahnya.

     Mereka berempat masih bermain dengan rasa canggung yang masih dirasakan Marisa, sedangkan Raka dengan wajah tanpa senyum masih menerima lemparan bola dari ketiga perempuan beda usia itu dengan mulus.

     "Awghhhh," jeritan dari mulut Marisa refleks terdengar saat Marisa gagal menerima lemparan bola dari Raka, sehingga Cila memutuskan menghukum Marisa.

     "Tante gagal terima bola dari Papa, jadi Papa harus menghukum Tante. Karena siapapun yang melakukan kesalahan harus dapat hukuman," celoteh gadis kecil imut itu seakan mengorek kesalahan lama Marisa kepada Raka di masa lalu. Marisa terhenyak dan ingin menghindar, tapi atas kesepakatan tadi terpaksa Marisa harus menerima hukuman itu.

      "Ayo Papa, ambil pasirnya untuk dibalurkan ke wajahnya Tante," ujar Cila memberikan aba-aba. Raka berpikir sejenak dengan perintah gadis kecilnya, haruskah ia melakukan itu? Namun ketika dia ingat masa lalu, sepertinya inilah kesempatan untuk membalaskan sakit hati pada Marisa di masa lalu.

Terpopuler

Comments

Nur Hidayah

Nur Hidayah

udah gedhe hukumnya diranjang bikin adiknya cila tp dohalalkan dulu ya

2025-01-07

1

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

leukimia?iso nurun neng anak e to thor?....chila,..bgmn nasib e..semoga ikut gen bapak e

2023-11-19

1

anggita

anggita

raka... cila... marisa😏

2023-10-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Tragedi Masuk Got
2 Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3 Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4 Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5 Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6 Bab 6 Satu Meja Mantan
7 Bab 7 Kesedihan Marisa
8 Bab 8 Ingin Menghindari
9 Bab 9 Tidak Terhindarkan
10 Bab 10 I Hate U
11 Bab 11 Kesal Dengan Raka
12 Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13 Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14 Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15 Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16 Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17 Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18 Bab 18 Imbalan
19 Bab 19 Permintaan Cila
20 Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21 Bab 21 Menikah Lagi
22 Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23 Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24 Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25 Bab 25 Marisa Sakit
26 Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27 Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28 Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29 Bab 29 Kedatangan Mardiah
30 Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31 Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32 Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33 Bab 33 Balas Dendam Raka
34 Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35 Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36 Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37 Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38 Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39 Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40 Bab 40 Nomer PIN ATM
41 Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42 Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43 Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44 Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45 Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46 Bab 46 Lagi dan Lagi
47 Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48 Bab 48 Marisa Yang Terluka
49 Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50 Bab 50 Salah Paham Raka
51 Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52 Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53 Bab 53 Minta Cerai
54 Bab 54 Mainnya Buru-buru
55 Bab 55 Kapan Punya Anak?
56 Bab 56 Tugas Luar Kota
57 Bab 57 Kerinduan Raka?
58 Bab 58 Malam yang Rindu
59 Bab 59 Jebakan Mardiah
60 Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61 Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62 Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63 Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64 Bab 64 Rencana Resign Raka
65 Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66 Bab 66 Pertengkaran
67 bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68 Bab 68 Persembunyian Marisa
69 Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70 Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71 Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72 Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73 Bab 73 Raka Ngidam?
74 Bab 74 Risa atau Hantu?
75 Bab 75 Kalian Semua Jahat
76 Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77 Bab 77 Menuju Malam Romantis
78 Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79 Bab 79 Rujak Pengkolan
80 Bab 80 Garis Dua
81 Bab 81 Benar-Benar Hamil
82 Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83 #Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Tragedi Masuk Got
2
Bab 2 Sorot Mata Tajam Itu
3
Bab 3 Sebuah Hukuman di Masa Lalu
4
Bab 4 "Aku Tidak Punya Mama, Tante! "
5
Bab 5 Ingin Satu Meja Makan
6
Bab 6 Satu Meja Mantan
7
Bab 7 Kesedihan Marisa
8
Bab 8 Ingin Menghindari
9
Bab 9 Tidak Terhindarkan
10
Bab 10 I Hate U
11
Bab 11 Kesal Dengan Raka
12
Bab 12 Sebuah Senyuman untuk Perhatian Marisa
13
Bab 13 Sebuah Foto di Dompet Marisa
14
Bab 14 Dompet Marisa Hilang
15
Bab 15 Kedatangan Raka ke Rumah Mantan Mertuanya
16
Bab 16 Mengembalikan Dompet Ibarat Menorehkan Luka Lama
17
Bab 17 Kalau Sudah Tiada Baru Terasa
18
Bab 18 Imbalan
19
Bab 19 Permintaan Cila
20
Bab 20 Permintaan Cila yang di tolak Raka
21
Bab 21 Menikah Lagi
22
Bab 22 Marisa di Bawa Pindah
23
Bab 23 Igauan Saat Marisa Sakit
24
Bab 24 Aku Cinta Kamu, Mas!
25
Bab 25 Marisa Sakit
26
Bab 26 Cila Ingin Jalan-jalan Bersama Marisa
27
Bab 27 Beda Konsep, Beda Aturan
28
Bab 28 Akhirnya Hanya di Taman Kota
29
Bab 29 Kedatangan Mardiah
30
Bab 30 Iya, Aku Cemburu
31
Bab 31 Beginikah Sakitnya Mencintai?
32
Bab 32 Kamu Tidak Ada Apa-apanya Dibanding Dia
33
Bab 33 Balas Dendam Raka
34
Bab 34 Kecewa Lagi Marisa
35
Bab 35 Sentuhan Hasrat di Alun-Alun Kota
36
Bab 36 Malam Pertama yang Panas
37
Bab 37 Mengulang Lagi dan Lagi
38
Bab 38 Sebagai Bakti Istri
39
Bab 39 Raka Menemui Kuburan Marsila
40
Bab 40 Nomer PIN ATM
41
Bab 41 PINnya Kini Benar-benar Tanggal Pernikahan
42
Bab 42 Menemani Cila Perpisahan Sekolah
43
Bab 43 Tiket Bulan Madu dan Pertengkaran
44
Bab 44 Ciuman Di Pagi Hari
45
Bab 45 Kopi Ginseng vs Ramuan Alami Resep Mama Mertua
46
Bab 46 Lagi dan Lagi
47
Bab 47 Tamu Tidak Diundang
48
Bab 48 Marisa Yang Terluka
49
Bab 49 Celotehan Ibu Mertua Ketika Anak Mantu Pulang Bulan Madu
50
Bab 50 Salah Paham Raka
51
Bab 51 Marahnya Raka. "Anggap Saja Membayar Tubuhmu!
52
Bab 52 Pelarian Marisa Yang Gagal
53
Bab 53 Minta Cerai
54
Bab 54 Mainnya Buru-buru
55
Bab 55 Kapan Punya Anak?
56
Bab 56 Tugas Luar Kota
57
Bab 57 Kerinduan Raka?
58
Bab 58 Malam yang Rindu
59
Bab 59 Jebakan Mardiah
60
Bab 60 Hampir Saja, Ulah Mardiah yang Menjijikan
61
Bab 61 Marisa Menghindari Raka
62
Bab 62 Ungkapan Cinta Pertama Kali Raka
63
Bab 63 Igauan Raka dan Vitamin Pagi
64
Bab 64 Rencana Resign Raka
65
Bab 65 Raka Mengundurkan Diri
66
Bab 66 Pertengkaran
67
bab 67 Marisa Pergi dari Rumah
68
Bab 68 Persembunyian Marisa
69
Bab 69 Mimpi Raka di Siang Bolong
70
Bab 70 Permohonan Maaf Raka
71
Bab 71 Piring Bekas Siapa?
72
Bab 72 Rencana Raka dan Cila Menginap di Rumah Kedua Orang Tuanya.
73
Bab 73 Raka Ngidam?
74
Bab 74 Risa atau Hantu?
75
Bab 75 Kalian Semua Jahat
76
Bab 76 Insiden Saat Kembali ke Rumah
77
Bab 77 Menuju Malam Romantis
78
Bab 78 Rapat Intens di Malam Romantis
79
Bab 79 Rujak Pengkolan
80
Bab 80 Garis Dua
81
Bab 81 Benar-Benar Hamil
82
Bab 81 Penantian Panjang yang Terbayar (Tamat)
83
#Prmosi Novel Baru #Terpaksa Menikahi Kakak Ipar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!