Jadi Janda Muda
Maret 2010
Ting~Ting~Ting~ Bunyi Alarm Handphone memecah kesunyian di subuh hari. Ku raih Hp itu untuk mematikan alarm, menghela napas besar berulang kali dan ku usap muka dengan kasar. Ku tatap pria yang masih nenyak tidur di atas one set tempat tidur yang empuk, sedangkan aku? Ya,aku tidur di lantai dengan beralaskan kasur tipis ukuran single ,ku ratapi diriku yang lagi-lagi membuat mata ini berembun.
"Kenapa aku masih bangun Tuhan?" keluh ku sambil memijit kening yang tak sakit.
Ya, aku memang sudah lelah menjalani kehidupan yang terasa seperti neraka. Hidup dengan pria yang tidak pernah memberi rasa aman dan nyaman, di tambah lagi harus seatap dengan ibunya yang hanya menganggapku hama.
Ku tepis semua rasa sedihku dan mulai beranjak dari kasur, ku renggangkan tubuhku.
"Haaaah, ngilu semua tulangku" keluh batin ini "Ayo Kayraaa, bangun, semangaaaat!!! " ku semangati lagi diri ini entah untuk yang ke berapa kian kali.
Bergegas ku langkahkan kaki ku menuju dapur untuk mengerjakan pekerjaan PRT, lebih tepatnya menantu seperti pembantu,pembantu tanpa gaji.
Ku cuci semua piring yang menumpuk.
"Padahal tadi malam sudah ku cuci semua sebelum tidur, hmmm tidak kah nurani mereka bekerja sedikit saja?" ucapku sambil tetap mencuci piring.
Setelah mencuci piring dan memasak nasi, aku bergegas untuk berwudhu karna adzan baru selesai berkumandang.
"Ya Allah, Maafkan hamba yang selalu berburuk sangka atas nasib yang hamba jalani saat ini, hamba percaya semuanya akan berakhir dengan baik, jika memang kematian belum engkau berikan padaku, mohon berikan aku kekuatan untuk melewati seluruh kedzaliman yang hamba dapatkan, Al-fatihah" ku panjatkan doa dengan khusyuk, berharap seluruh doa-doa ku menembus langit dan membawa keajaiban.
Setelah mengadu kepada Maha Pencipta,
Ku lanjutkan lagi pekerjaan rumah yang menumpuk, tak terasa sudah jam 8 pagi, di mana waktu drama kehidupan ini akan di mulai kembali.
"Nih 50ribu! Sana pergi ke warung, Beli Ayam dan bahan lainnya, sisanya beli air galon!! " ucap ibu mertua ku dengan nada ketus
"Bu,maaf kan kayra, jangan tersinggung, tapi ini enggak cukup, ayam saja untuk sekarang sekilo 40ribu, belum bumbunya, di tambah lagi air galon" terangku secara merinci
"Ya cukup lah! Beli secukupnya untuk ku,suami ku, dina, sono, bambang dan istrinya" sahutnya sengit sambil memperjelas siapa saja anggota keluarga yang berhak makan bersamanya."kalau kamu sih ya pandai pandai lah mau makan apa, nggak mungkin toh saya yang harus menanggung anak tenggorokanmu? Makanya, kalau di kasih uang nafkah sama sono tuh jangan boros, dasar menantu benalu" hina nya sambil berlalu pergi meninggalkanku.
Lagi-lagi aku tersenyum miris, "Nafkah? Sudah 5 bulan kami menikah, nafkah yang di berikan sono dalam 5 bulan ini baru lima ribu saja, boros?? Bisa gila aku haha" tawaku pelan.
"Bahkan untuk makan saja selama 5 bulan ini aku memakai uang tabungan pribadi ku dari saat aku masih bekerja dulu. "
Ya, begitulah kehidupan pernikahanku yang berjalan 5 bulan ini, tanpa nafkah dari suami, tanpa perlindungan dari suami, hanya rasa sakit saja yang selalu ku telan.
...****************...
Memandangi lauk pauk yang baru saja selesai aku masak benar-benar membuatku meneguk saliva berkali-kali. Mencicip? Tentu saja aku tahu diri, dari pada menimbulkan perdebatan, lebih baik aku makan mie instan lagi.
"Ahh Laparnya! "
Cepat ku ambil sebungkus mie instan lalu ku seduh. Sudah hampir 5 bulan aku hanya makan dengan mie instan di seduh air panas dan di tambahi nasi. Kisit kisut deh tuh usus dari pada mati kering.
Pelan ku seruput mi instan, ku harap rasa kenyang ini bertahan sampai malam.
"Dudududuuuuhhhh enak bener masih jam setengah 10 sudah makan. Pakaian udah di cuci? "Tanya mirna ketus
"Belum mbak mir, setelah makan bakal aku cuci kok"
"Ya harus nya kamu cuci dulu dong, ini malah enak-enakan makan! Banyak saham mu di rumah ini HAH?!! "
"Apanya yang enak-enakkan mbak? Aku bangun dari subuh udah ngerjain ini itu loh, ini juga baru rehat sebentar"
"Oh jadi kisahnya bangga lah ya kamu ini???"
"Bukan bangga mbak, aku hanya menjelaskan. Kalau mbak nggak sabar nunggu, mbak cuci saja dulu baju mbak mir dan mas bambang, nggak mesti aku juga kan mbak"
"Loh kenapa harus aku yang cuci?? Terus kerjamu apa? Ongkang-ongkang kaki? Begitu?"
"Ya kan itu baju mbak mir dan mas bambang, mas bambang kan suami mbak mir, haruskah aku yang mencuci? "
"Ohhhh, sudah pintar main hitung-hitungan ya kamu ra? Cuma tamatan SMA saja sok banget. Ku tanya sama mu, Ada Saham mu di rumah ini?"
"Mbak mir sendiri ada saham di rumah ini?"
"Lancang kau ya cewek m*skin!!!!!!! " ucapnya benar-benar gusar
"Haduuuuuh ini ada apa pagi-pagi udah berisik banget! " protes ibu mertua sambil mempersiapkan piring di meja
"Ini loh bu si kayra,aku minta tolong baik-baik buat bantu cucikan sekalian baju ku dan mas bambang eh malah dia ketus banget" mirna mulai lagi dengan jurus seribu fitnah nya
"Ketus gimana mir?"di hentikannya aktivitas mempersiapkan peralatan makan
"Ya ketus bu, malah nanyain aku punya saham apa di rumah ini sampai berani perintah-perintah dia, padahal aku minta tolong baik-baik loh. Tangan ku lagi sakit bu, jadi enggak bisa nyuci" Lancar sekali mulutnya memfitnahku
"Enggak begitu loh bu,kayra ta.. "
"Diam kamu!!! Lagian apa susahnya sih sekalian cuci?? Mirna kan juga kakak ipar dari suami mu! Berarti mirna juga termasuk keluargamu!! Hitung-hitungan banget jadi orang. Duh naj*s banget punya mantu kayak kamu tuh!! " umpat ibu mertua ku dengan semangat
"Memangnya kapan bu kayra di perlakukan seperti keluarga di rumah ini?"
"Lancang kau ya!!! " teriak ibu mertua mulai mendekatiku
PLAAAKKKKKKKK!! Tamparan keras mendarat di pipiku, ternyata pelaku nya mas sono suamiku. Tak puas dengan menampar, di guyur nya kepala ku dengan kuah mie instan.
"Ahh panas, sakit" Bathin ku.
Ya,hanya bathinku saja yang berbicara, merengek kesakitan? Tentu saja tidak akan pernah ku lakukan lagi, itu hanya akan membuat mereka semakin puas.
"Berani kau melawan ibu ku ya j*lang?"
Bugggghhhhh!! Tidak ku jawab dengan kalimat, tapi ku jawab dengan hantaman kepalaku ke kepala suamiku, jika aku sakit, kenapa dia juga tidak merasakan sakit sekalian? Lagi pula aku juga sudah lelah dengan situasi ini.
"Dasar perempuan L*knat, m*ti kauuu!!! " di jambak nya rambut ku dan di jedotkan kepalaku di tembok
Mirna dan ibu mertua? Tentu saja mereka tersenyum puas.
"HENTIKAN SONO!!! MAU JADI APA KAU BERANINYA MAIN KEKERASAN SAMA PEREMPUAN HAH?!!!" Teriak ayah mertua yang membuat sono melepaskan cengkramannya dari rambutku.
Plakkkk plakkkkk di ambilnya rotan dan di pukulnya tangan suami ku
"Sakit paaaakk" rengek lelaki yang hanya berani main kekerasan dengan perempuan
"SAMA!!! ISTRIMU JUGA KESAKITAN!!! "
"Pak sudah pak, sono kan anak mu" ibu meraih rotan dan menyimpannya
Terlihat bapak tersengal-sengal sambil memegang dada kiri nya.
"Ayo bapak duduk dulu ya, ibu sendokan nasi, ayo kita makan ya" di siapkan segala peralatan makan dan minum " mirna, panggil suami mu untuk makan, sekalian bangunkan dina" titah nya yang langsung di turuti mbak mirna
"Sini kayra, makan dulu" ujar bapak sambil menarik satu kursi untukku duduk
"Kayra sudah makan pak"
"Makan apa? Makanan yang ada di rambutmu itu? Ayo sini duduk"
Ku bersihkan sisa-sisa mi instan yang masih menyangkut di rambutku dan bergegas aku duduk makan bersama, ini baru pertama kali nya aku makan bersama mereka.
"Oh ayam ku, akhirnya bisa juga aku memakan mu" bathinku sedikit puas
Tentu saja aku makan dengan tontonan wajah masam dari orang-orang yang menzalimi ku, tapi karna bapak di sini, mereka tidak berani mengusikku.
...****************...
Khusyuk aku bersujud di rakaat Sholat Ashar yang terakhir. Suamiku? Jangan di tanya, dia tentu saja tidur. Kenapa tidak di bangunkan untuk sholat? Tentu saja sudah pasti dia akan meludah wajahku lagi.
"Woy, Lama amat berdoa nya, sana buatkan aku kopi" Perintah nya tanpa peduli sedang apa istri berkedok babu
Sedikitpun tak ku gubris,bahkan mendengar suaranya saja perutku sangat mual.
"Woy.. Woyyy" sambil di toyornya kepalaku
"Astagfirullah" bathinku
Bughhhhhhh!!!
"Aakkkhhhhh!! " pekikku sambil meringis menahan sakit
"Apa-apaan sih kamu mas, kenapa kamu menendangku? "
"Enggak usah banyak cakap, sana buatkan aku kopi"
"Kamu nggak lihat aku sedang ibadah mas? Apa salahnya menunggu sebentar? "
"Apanya yang sebentar? Kau dari tadi bediri nungging bediri nungging nggak selesai-selesai, giliran selesai pake doa-doa segala"
"Tapi nggak mesti di tendang juga mas" aku berusaha membela diriku. "Lagian kenapa kamu selalu minta buatkan kopi di saat aku sedang ibadah sih mas? " menahan sakit tentu saja membuat emosi ku terpancing
"Ya suka-suka aku lah kapan mau minum. Lagipun kau itu istri ku, yang artinya Babu ku, aku majikan mu" jawab mas sono angkuh
"Pelajaran dari mana itu mas? "
Plakkkkkk!! Lagi dan lagi dia menamparku
"Banyak kali cingkonek mu, ngelawan aja kau terus"
"Untuk tamparan mu setelah aku selesai sholat, ku abaikan mas, tapi untuk tendangan mu saat aku sedang ibadah, Lillahita'ala tidak ku ikhlaskan kaki mu itu mendapatkan kebahagiaan" Istri durhaka? Maaf, aku sudah tak peduli, hatiku sudah sangat hancur, tubuhku pun sudah terasa remuk di hajar setiap hari.
Lagi tangannya ingin menamparku, tapi segera aku berdiri hendak ke dapur. Ku tolehkan wajah ku ke arahnya
"Mau pakai gula atau mau pakai racun? "
"APA KAU BILANG?!!!"
Tentu saja aku bergegas ngibrit lari kedapur.
"Nih kopi nya mas" ku sodorkan secangkir kopi
"Coba kamu yang cicip dulu" di liriknya kopi itu sambil memainkan ponsel nya
Sampai ku hela nafasku melihat tingkahnya, "makanya, jahatin orang semangat banget,giliran di kerjain dikit langsung kicut haha" tawaku dalam hati
Ku minum seteguk kopi itu di depannya untuk menghilangkan rasa takutnya
"Oh ya, Besok sore aku izin mau pergi sama sari, ada keperluan sebentar" pinta ku
"Perlu apa? Mau ngadu yang tidak-tidak sama adikmu? " Tanya mas sono penuh selidik
"Yang tidak-tidak itu seperti apa contohnya? Tenang saja, aku hanya membantu adikku mengerjakan tugas sekolahnya"
"Ya sudah, tapi tidak ada uang jajan"
Menghela nafas besar "sejak kapan aku pernah di kasih uang jajan" bathinku
...****************...
Tok.. Tokkk.. Tokkkk
"Mbak kayra!! " Teriak dina dari balik pintu "Mbaaaakkk!!! Buka cepat pintunya"
"Ada apa din? " tanya ku bingung
Di campak nya baju ke wajah ku "ADA APA ADA APA!!! LIHAT NIH KOK BISA BEGINI"Bentak nya padaku, semakin hilang kesopanannya dan semakin hilang juga kesabaranku
" ngomong baik-baik, kalau masih ga sopan, Maaf mbak males ngeladenin"
"Ya lihat dong, kenapa ini bajuku kena luntur begini sih, bisa nyuci apa enggak?? "
"Loh, tadi mbak cuci nggak ada kok noda ini, toh juga pakaian berwarna gelap sudah mbak pisahkan" bukan aku mengelak, tapi memang fakta nya seperti itu. Bahkan saat aku menjemur pun tidak ada noda itu.
"Halah ra, tinggal ngaku saja apa susah nya sih? " teriak mirna memanasi suasana
"Emang kamu nya saja yang nggak becus ngerjain apa-apa" Lihai sekali mulut mirna berbicara, ingin rasanya ku garuk.
"Yang hari-harinya diem kaku kayak kaleng sarden diem aja sih mbak mir, jangan ikut-ikutan" Sahutku kesal
"Apa kamu bilang aku?!! Kaleng sarden? Dasar babu rendahan, cewe rendahan kayak kamu ini sekejap aja bakal jadi janda!! "
"Apa apa lagi yang di omong orang ini,makin nggak jelas"
"Kamu yang nggak jelas dan nggak kelas!! Minta ganti aja tuh din baju mu, maling mana ada yang mau ngaku"
"Kamu kali mbak mir yang ngotorin baju dina, tadi aku lihat kamu bawa-bawa botol cairan yang warna nya sama seperti noda di baju dina, mbak pasti iri kan karna ibu selalu melebihkan lauk pauk untuk si bungsu ini" jawabku asal, dia lancar memfitnahku, ok ku putar balik fitnah nya
"Jangan ngomong sembarangan kamu ya!! " bentak mbak mirna sambil pergi ngibrit ke kamarnya, terlihat sekali wajahnya gugup. "Oppssss apakah omongan asal-asalan ku itu benar, oalahhh wong gemblung? " bathinku
"Jadi ini gimana? " masih di tunjuknya noda kotor pada bajunya
"Ya udah gini saja, mbak ganti dengan uang saja boleh din? Kamu mau gunakan beli baju baru atau cairan penghilang noda juga terserah saja, itu bentuk tanggung jawabku"
Tampak dina masih memikirkan perkataanku, "ya sudah mbak, mana uangnya? " tangannya menengadah.
Bergegas ku ambil uang dalam dompetku
"Ini din, tapi ini pertama dan terakhir ya, jika kejadian lagi hal seperti ini, mbak nggak mau ganti apapun dan silahkan kamu cuci pakaian mu sendiri, mengerti kan? "
"Iya iya huhhhh" keluhnya sambil berlalu setelah menerima uang ganti rugi
"Hmmm firasatku emang si mirna deh ini dalangnya, ada masalah apa sih dia itu sama aku? Dari awal aku menginjakkan kaki di rumah ini udah nyolot banget"
Drrttt drrtt sms masuk di ponsel ku
[Jadi besok sore kan mbak ?]sms dari adikku sari
[InshaAllah jadi dek,jam 4 kan] balasku
[Iya mbak]
"Mas sono kemana lagi deh, kalau sudah jam segini pasti ngilang, Heran"
Ya, setiap selesai waktu maghrib pasti suamiku menghilang entah kemana dan pulang selalu larut malam.
"Entah lah, bodo amat, udah males mikirinnya juga" ucapku santai
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Juhairiah
widiw
2023-09-17
0
abdul gani
Hallo, saya mendukung mu,
suka sama kayra nya, anti menye2
2023-08-21
2