Library'S Notes

Library'S Notes

BIKIN KESAL!

"Ra, lo urusin absen mereka. Gue mau ke kantor mau ngumpulin tugas."

Kinara menghela napasnya sesaat sebelum duduk. Hari ini perpustakaan sedang padat-padatnya. Ada petugas yang menyortir buku. Mereka mengganti buku yang sudah rusak menjadi baru lagi.

Selain itu, ada kelas yang mendapat hukuman dari gurunya. Mereka dianjurkan membaca dan merangkum sebuah buku. Anak IPS 3 itu rupanya kakak kelas Kinara.

Awalnya, Kinara terkejut karena tiba-tiba mereka berbaris di depan meja resepsionis. Temannya kewalahan karena banyak yang mengantre untuk meminjam. Baginya, Kinara datang di waktu yang tepat.

Ada wali kelas mereka juga di sini. Tatapannya tajam dan menusuk. Kinara yang bukan anak didiknya juga merasa dihukum.

"Huh, Arika malah kabur," cebiknya. Meski begitu, ia tetap melayani pengunjung untuk absen.

CTAK!

"Hah, akhirnya selesai juga," helanya lega. Kinara meregangkan otot-ototnya yang kaku.

Arika teman sesama petugas perpustakaan belum juga kembali. Ia mendengus lelah. Matanya berkeliling menyusuri setiap sudut ruangan. Hanya sekumpulan orang membaca buku di depannya.

Matanya jenuh untuk membaca novel. Padahal tujuannya ke sini bukan untuk bertugas. Kinara memilih untuk menenggelamkan kepalanya di meja. Kelopak matanya enggan memejam meski kantuk menyerang.

Tuk!

Suara ketukan di meja mengusik Kinara. Gadis itu rasa sangat enggan untuk mendongak. Ia masih mengumpulkan niat dan tenaga untuk bangun.

Tuk! Tuk!

Orang itu kembali mengetuk. Kinara menyadari telah membuat orang itu menunggu. Mungkin kalau tidak sabaran, ia akan dilempari setumpuk buku.

"Ma-maaf," ucapnya begitu melihat siapa yang datang.

Seorang lelaki berdiri dengan dua buku di tangannya. Saat datang pun tak berbicara, hanya mengetukkan bukunya dengan meja. Ia menatap Kinara tanpa eskpresi apapun.

"Absen," katanya tak lama kemudian.

Kinara mengangguk tapi tak segera melayaninya. Netranya menangkap manik mata lelaki itu. Sorot matanya sendu tapi juga tajam.

Karena kebodohan Kinara yang malah melamun, ia mengetuk meja sekali lagi. Agak keras kali ini dan membuat sebagian pengunjung perpustakaan menoleh. Gadis itu terperanjat dan segera mengambil kartunya.

"Maaf, kurang fokus," ucapnya walau ia tahu lelaki itu tidak peduli sama sekali.

"Dengan siapa?" Siswa itu hanya menunjukkan bet nama yang ia sembunyikan di sakunya.

"Raf-fa-no, oke ketemu. Sudah selesai," ujar Kinara sembari menyerahkan kartu anggota padanya.

Tanpa panjang lebar lagi, anak itu langsung membawa bukunya. Tak mengucapkan sepatah katapun, hanya pergi melengos begitu saja. Hal itu membuat Kinara sedikit terkejut.

Selama ini, orang-orang memang bersikap dingin padanya. Ia tak peduli dengan itu dan menganggapnya hal biasa. Namun, hari ini ia merasa ada yang berbeda dengan orang barusan.

Matanya memutar mengikuti ke mana lelaki itu pergi. Dia berhenti di salah satu rak buku. Genre novel remaja kesukaan Kinara.

"Gue nggak salah lihat, kan?" batinnya.

Ia tak percaya ada laki-laki yang suka baca novel sepertinya. Kebanyakan dari mereka menghindari hal 'menye-menye' seperti itu. Daripada fiksi remaja atau roman picisan, dewa perang atau misteri mungkin lebih menarik.

Tak seperti pengunjung lain, orang itu memilih membaca sembari duduk di tangga. Perkakas yang ia gunakan untuk mengambil buku di tempat tinggi. Tatapannya yang sendu dan jari-jari tangannya membolak-balikkan halaman.

Kinara mengaku iri dengan jari tangan anak bernama Raffano itu. Jenjang dan lentik padahal laki-laki. Ia bahkan cemberut memandangi jari-jari tangannya sendiri.

Tak!

"Ukh...!" pekiknya saat sebuah buku menyapa kepalanya.

Kinara menoleh mendapati Arika berkacak pinggang, "Lo pikir ini kagak sakit?!" ketusnya.

"Melamun, sih! Gue takutnya lo kesambet atau apa diam saja dari tadi. Ngelamunin apa, hah?" tanyanya.

Kinara menggeleng, "Tidak ada. Gue cuma bosan," jawabnya berkilah.

Tak ada jawaban, Arika duduk begitu saja dan mulai sibuk dengan tugas-tugasnya. Kinara menghela napas panjang. Gadis itu lega Arika tidak curiga padanya yang sedang mengagumi jari lentik orang.

"Ka, gue mau ke kelas," celetuknya.

Arika hanya mengangguk. Kinara menggendong tasnya dan beranjak berdiri. Sebenarnya, ia sendiri hanya ingin melihat ada tugas atau tidak di kelasnya.

Tuk!

Belum sempat Kinara pergi, seseorang mengetuk mejanya lagi dengan buku. Kinara menoleh, lelaki yang sama kembali mendatanginya. Ia menyerahkan beberapa buku pada gadis itu.

"Pinjam?" tanya Kinara memastikan.

Lelaki itu menatapnya sekilas, "Hm."

Kinara menghembus napasnya pasrah. Ia segera menulis nomor buku yang lelaki itu pinjam. Raffano pergi begitu saja setelah bukunya selesai didata.

"Terima kasih lah minimal!" batinnya geram.

Kinara mendengus kemudian pergi dari sana. Ia hampir lupa tujuannya untuk pergi ke kelas. Lelaki itu masih ada di lorong, Kinara melihatnya tepat setelah menutup pintu perpustakaan.

Raffano berjalan dengan santai dengan dua buku di tangannya. Kinara berjalan di belakangnya. Karena masih kesal, ia mengambil jarak sekitar 5 meter dari Raffano.

Anak itu berhenti tetapi Kinara tidak. Ia tetap berjalan karena memang mau ke kelas. Gadis itu tak peduli dengan urusan orang lain.

Raffano menoleh ke belakang, "Lo ngikutin gue?" tanyanya ketus. Ia juga menatap tajam Kinara yang hampir sejajar dengan langkahnya.

Gadis itu reflek berhenti dan menggeleng, "Nggak, gue mau ke kelas," balasnya tak kalah ketus.

Namun, sepertinya lelaki itu tidak puas dengan jawaban Kinara. Ia menatap gadis itu dari bawah ke atas. Kinara menyadarinya, ia kembali berhenti melangkah di depan Raffano.

"Masa?"

Kinara menatapnya, "Gue nggak tahu lo punya masalah apa sama gue. Tapi gue beneran mau ke kelas, kebetulan kelas gue di ujung sana terus belok kiri," balasnya panjang lebar.

Raffano berdecak, "Lo ngawasin gue, kan?"

"Hah-"

"Di perpustakaan tadi."

Kinara mengerutkan wajahnya. Ia mencebik, "Gue nggak tahu maksud lo apaan. Gue cuma melihat dan mengawasi selaku petugas di perpustakaan," balasnya.

Kinara berdecak, ia tahu lelaki di depannya ini tidak puas dengan jawabannya. "Terserah apa kata lo, tapi gue nggak bohong."

Ia melangkah pergi setelah berkata demikian. Tujuannya ke kelas jadi tertunda sebab pertanyaan tidak jelas barusan. Kinara mencoba masa bodoh dengan sikap Raffano.

"Gue memang kelihatan banget, ya, kalau miskin? Sampai orang seperti dia memandang remeh," batinnya miris.

Kinara berpikir kalau Raffano juga salah satu dari sekian yang merundungnya. Ia memang bukan dari keluarga yang berada. Sejak awal masuk SMA perundungan sudah menjadi makan siangnya setiap hari.

Ia melajukan langkahnya. Suasana hati yang buruk membuatnya lelah. Agaknya menyesal untuk pergi ke kelas. Mungkin kalau tidak bertemu dengan Raffano, dia akan baik-baik saja.

Kinara tidak menoleh ke belakang. Namun, ia tahu lelaki itu masih ada di sana sembari menatapnya. Menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

Raffano membawa bukunya di samping badan. Ia memasukkan tangan kirinya di saku celana. Tatapannya lurus ke depan, melihat Kinara yang semakin mengecil di pandangannya.

"Dasar perempuan, bikin kesal saja!"

Terpopuler

Comments

Almaya Archerry

Almaya Archerry

Halo, buat teman² yang sudah selesai baca Love Baby Wolf bisa langsung cuss baca Library's Notes, ya✌🏼
Bisa dicek di profil author 👀
Jangan lupa mampir, siapa tahu menarik dan tertarik🤭
Terima kasih atas dukungannya, semoga hari kalian menyenangkan♡

2024-01-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!