Chapter 4

"Xing'er, apa kau mendengarku!" teriak Yan Xun menyerukan nama teman masa sekolahnya.

Sudah seharian dirinya berada di dalam hutan dan berteriak memanggil Xing'er, tanpa memperdulikan tenggorokannya yang sudah sakit dan kering akibat terus berteriak pikirannya hanya satu segera menemukan Xing'er dalam keadaan apapun.

"Xuan Xing'er! Jawab aku!" panggil Yan Xun lagi.

"Ini semua salahku, seharusnya aku tidak terlalu menekanmu dalam bekerja … Xing'er aku mohon datanglah padaku kita pulang bersama, aku berjanji tidak akan memotong gaji mu lagi jika kau terlambat dan aku akan membantumu agar kau tidak selalu dijodohkan oleh ibumu," ujar Yan Xun menyesal, wajah yang semula segar kini tampak layu akibat frustasi tidak bisa menemukannya. 

"Tuan, hari mulai gelap kita harus kembali," kata Ti Jun.

Kepala Yan Xun menggeleng pelan, ia menjatuhkan bokongnya di atas tanah dan menunduk. 

"Tuan, serahkan ini pada petugas anda harus pulang dan istirahat aku yakin petugas bisa menemukan Xing'er dalam keadaan selamat." 

"Tidak Ti Jun, Xing'er hilang karena aku dan aku harus mencarinya sampai ketemu." 

"Tapi Tuan, ini sudah malam dan masih banyak urusan yang harus anda kerjakan besok saat ini yang membutuhkan anda bukan hanya Xing'er tetapi perusahaan juga sedang membutuhkan anda." 

Yan Xun menatap sendu sekretarisnya, ia pun beranjak dari duduknya dan keluar dari hutan tersebut. Ia menyuruh Ti Jun agar petugas tidak menghentikan pencariannya sebelum menemukan Xing'er. 

Hubungan Xing'er dan Yan Xun memang sudah terjalin sejak mereka masuk ke sekolah dasar dan keduanya tidak pernah akur akibat Yan Xun yang selalu menjahili Xing'er dan membuatnya menangis. 

Sikap iseng Yan Xun pada Xing'er tidak hanya saat mereka kecil saja, tetapi sampai dirinya beranjak dewasa Yan Xun masih tetap jahil hingga membuat Xing'er kesal dan membencinya, namun dibalik isengnya seorang Yan Xun. Pria yang kini sudah menjadi pemimpin perusahaan itu tidak pernah membiarkan Xing'er disakiti oleh orang lain, dirinya akan maju paling depan jika tahu Xing'er menangis karena orang lain. 

Dalam hidup Yan Xun hanya dirinya yang boleh membuat Xing'er menangis, tetapi jika orang lain yang menyakitinya Yan Xun tidak segan akan menghajarnya sampai orang itu kapok dan tidak berani mendekati Xing'er lagi dan salah satu alasan kenapa Xing'er masih jomblo hingga saat ini itu pun karena Yan Xun yang selalu mengancam para pria yang ingin mendekati Xing'er tanpa sepengetahuan teman masa kecilnya itu. 

Hari mulai gelap di depan sebuah rumah tepatnya kediaman Xuan, Yan Xun sedang berdiri menatap rumah sederhana yang selalu ia jadikan rumah keduanya disaat dirinya sedang mengalami masalah dengan orang tuanya.

Entah apa yang harus ia katakan kepada orang tua Xing'er mengenai putri semata wayangnya yang hilang di hutan, rasanya ia tidak sanggup jika harus melihat kesedihan yang dirasakan oleh kedua orang yang telah ia anggap sebagai orang tuanya sendiri. Namun, mau bagaimana lagi orang tua Xing'er tetap harus tahu jika putrinya telah hilang. 

"Xun'er," panggil Jin Cai saat melihat teman putrinya sedang berdiri di depan rumahnya, ia menghampiri putranya itu dan menyuruhnya untuk masuk. 

Dengan perasaan berkecamuk, Yan Xun mencoba untuk tersenyum dan mengikuti Jin Cai ke dalam rumah. 

"Xuan, lihat Yan Xun datang," seru Jin Cai memanggil suaminya dengan raut wajah senang. 

Xuan Ziyu yang saat itu sedang berada di belakang rumah buru-buru masuk untuk menyambut kedatangan Yan Xun.

"Aiyo Xun'er sudah lama kau tidak mampir kemari, kau tumbuh jadi pria yang tampan sekarang," puji Ziyu menepuk-nepuk bahu Yan Xun. 

Yan Xun hanya tersenyum dan merasa tidak tega untuk memberitahunya. 

"Duduklah," titah Ziyu. Kemudian tak lama Jin Cai kembali menghampiri kedua pria itu dengan membawa teh juga cemilan. 

"Oh ya Xun'er, bukankah Xing'er bekerja di perusahaan mu kenapa kalian tidak pulang bersama?" tanya Jin Cai. 

Pria yang masih mengenakan jas kerjanya itu menatap sedih kedua orang tua Xing'er secara bergiliran dan menunduk. 

Jin Cai yang bingung melihat raut wajah Yan Xun mendadak muram, melirik suaminya yang juga sama bingung dengannya. 

"Yan Xun, apa ada masalah?" tanya Ziyu.

"Xing'er," lirih Yan Xun tak sanggup meneruskan kalimatnya.

"Xing'er, ada apa dengannya?" kening Ziyu berkerut. 

"Tadi pagi Xing'er masuk ke hutan bambu Jade dan sekarang belum ditemukan," cetus Yan Xun. 

"Apa, Xing'er masuk ke hutan bambu!" pekik Jin Cai dan di detik berikutnya wanita yang sudah memasuki usia kepala lima itu jatuh pingsan. 

Xuan Ziyu terlihat panik, dengan bantuan Yan Xun dia menggendong istrinya ke kamar dan kembali bertanya soal putrinya yang tiba-tiba menghilang di hutan, padahal tadi pagi sang putri mengatakan jika dirinya pergi ke kantor seperti biasanya tapi yang aneh Xing'er pergi hanya mengenakan baju olahraga. 

Ziyu tidak menyimpan rasa curiga sedikitpun dengan tampilan putrinya yang tidak seperti ingin pergi ke kantor, sebab ia hanya berpikir mungkin perusahaan sedang mengadakan acara olahraga dan untuk menghindari Jin Cai yang selalu mengomel, Xing'er pergi terburu-buru seperti biasanya 

"Paman, aku berjanji akan segera menemukan Xing'er … paman dan bibi jangan terlalu khawatir kalian harus tetap sehat, serahkan semua tentang Xing'er padaku," tutur Yan Xun berjanji akan menemukan Xing'er dalam keadaan baik-baik saja. 

.

.

.

.

 ****

Sementara itu semenjak tubuhnya terasa ada yang menarik dengan kekuatan besar Xing'er mulai tersadar dari pingsannya, ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya yang terasa berat dan sepersekian detik kedua matanya langsung terbelalak kaget ketika melihat ada sekelompok orang dengan pakaian kuno sedang menghunuskan pedang ke arahnya. 

Ia menatap aneh satu persatu orang-orang yang ada di depannya. "Bukankah aku tadi ada di hutan bambu sendirian, kenapa sekarang aku ada di tempat ini? Dan orang-orang ini … kenapa mereka memakai baju kuno? Apa aku berada di lokasi syuting yang sedang membuat film kolosal, tapi kenapa mereka seperti ingin menyerangku?" pertanyaan demi pertanyaan terus berputar di kepala Xing'er, karena merasa penasaran Xing'er menggerakkan jarinya dan menyentuh ujung pedang yang tajam hingga membuat jarinya terluka. 

Xing'er memekik dan orang-orang itu langsung memasang sikap yang siaga, khawatir jika Xing'er akan melakukan pergerakan yang membahayakan. 

Gadis yang sedang dilanda rasa takut itu tertawa konyol, ia berpikir mencari cara untuk melarikan diri dari orang-orang aneh tersebut. 

"Hahaha, tuan-tuan bisakah kalian menurunkan senjata kalian, kalian menakuti ku," ujar Xing'er sambil berdiri.

Melihat Xing'er melakukan pergerakan, orang-orang itu maju satu langkah dan semakin menghunuskan pedangnya ke dekat Xing'er. 

Kedua mata Xing'er menjuling ketika melihat ujung pedang yang dekat dengan hidungnya, ia menelan ludahnya kasar dan kembali jatuh pingsan karena ketakutan.

.

.

.

.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!