Chapter 2.

Brak! 

Satu tumpukan file berisi laporan keuangan menumpuk diatas meja Xing'er. Wanita yang semula sedang fokus pada layar komputernya seketika terkejut kemudian menoleh pada file-file itu dan kedua matanya berakhir pada wajah Yan Xun yang tengah tersenyum. 

Sebuah senyuman mematikan dari pria yang sulit ditebak isi hatinya. 

"Kerjakan semuanya sampai selesai ingat tidak boleh pulang sebelum selesai, jika tidak gajimu akan aku potong 30%," cerocos Yan Xun mengarahkan ketika jarinya ke hadapan Xing'er. 

"Ap—," 

"Berani protes, bonus tahunan mu hangus," sarkas Yan Xun kembali tersenyum mencurigakan.

Kedua manik mata Xing'er membulat, lagi-lagi dia merutuki Yan Xun seperti biasanya yang selalu memberinya tugas di luar keahliannya. 

Padahal Xing'er bekerja sebagai tim marketing, tapi setiap harinya ada saja pekerjaan di luar kendalinya yang Yan Xun berikan padanya dan entah apa tujuannya yang pasti Xing'er hanya menangkap jika Yan Xun sedang menguji ketahan mentalnya dan berapa lama dirinya bisa bertahan di perusahaannya. 

"B-baik Pak … dasar manusia berkepala ba*i," umpat Xing'er dalam hati tapi bibirnya sedang tersenyum pada Yan Xun. 

Yan Xun mengangguk, dia menepuk kepala Xing'er sembari melontarkan pujiannya pada karyawan sekaligus teman sekolahnya. "Anak baik." 

"Cih, berani menyentuhku lagi akan aku potong tanganmu itu dasar tidak punya hati," umpat Xing'er lagi. 

Ia menjatuhkan bokongnya ke atas kursi dan menatap getir tumpukan file diatas mejanya. "Yan Xun oh Yan Xun, sebenarnya apa yang kau inginkan dariku kau ingin aku mati karena file-file ini," gumamnya lemas kemudian fokusnya teralihkan pada ponselnya yang bergetar tanda pesan masuk. 

Niang cerewet: " Jangan lupa sore ini kau ada janji dengan Mu Yao, jangan kecewakan Niang mu ini!"

"Jangan mencoba beralasan!" Pesan berisi ancaman kembali diterimanya saat ia hendak membalas pesan ibunya dengan alasan lembur. 

Usai membaca pesan dari ibunya yang terus mengatur jadwal berkencan dia terlihat frustasi, ingin rasanya Xing'er pindah planet agar tidak menemui orang-orang yang terus menekannya setiap hari karena statusnya yang jomblo. 

"Aiyo! Sebenarnya ada apa dengan diriku, kenapa semua orang suka sekali membuatku berada dalam kesulitan," rengeknya sambil menenggelamkan wajahnya di meja dan di detik berikutnya dia mengangkat wajahnya dan kembali bersemangat untuk mengerjakan pekerjaannya.

"Aku harus semangat, ingat tidak apa-apa hidup menjomblo asalkan banyak uang para buaya si*alan itu pasti akan datang menghampiri lagi." Xing'er menganggukan kepalanya dan mengepalkan tangan penuh semangat. 

Satu jam kemudian. 

Xing'er yang semula sangat bersemangat kini mulai kembali layu dan mengeluh, entah kemana semangatnya yang baru saja membara bak api itu pergi sekarang yang ada hanya gerutuan dan rengekan yang terdengar dari bibirnya. 

"Eh Xing'er, kamu tidak akan pulang?" sapa Jie Li yang sudah menenteng tas di pundaknya. 

"Pergilah jangan menggodaku," lesu Xing'er mengerlingkan matanya serta wajah yang ditekuk. 

Jie Li tersenyum penuh ide dan menghampiri sahabatnya sambil berbisik. "Kedai sapi ujung jalan sedang mengadakan diskon besar-besaran, ayo kita pergi kesana." 

"Jie Li, apa kau tidak lihat pekerjaanku banyak mana bisa pulang sekarang jika aku kabur si kejam itu akan memotong gaji serta bonus tahunan ku," keluh Xing'er.

"Aiyah, apa susahnya istirahat sebentar … eh tadi aku lihat CEO Yan Xun sedang pergi dengan Ti Jun dan aku bisa tebak jika dia tidak akan kembali dalam waktu sebentar jadi zou ba." Jie Li menggerakan kepalanya mengajak Xing'er agar ikut makan malam bersamanya sebentar. 

(Zou ba \= kurang lebih artinya ayo pergi) 

Gadis itu berpikir sejenak ia menatap wajah sahabatnya yang sedang menunggu persetujuan, setelah berpikir beberapa saat ia pun mengangguk membuat Jie Li tersenyum bahagia dan langsung menarik tangan Xing'er untuk segera pergi ke restoran daging sapi ujung jalan. 

Sesampainya mereka di restoran, keduanya duduk di dekat jendela menanti pesanan mereka datang.

"Jie Li, apa kau tidak lihat papan pengumuman di depan bilang diskon hanya untuk orang berpasangan saja," kata Xing'er curiga.

"Benar," jawab Jie Li singkat. 

"Lalu kenapa kau mengajakku kesini, itu berarti kita tidak mendapatkan diskon." 

Gadis berambut kepang itu kembali tersenyum pada Xing'er yang tengah menatapnya curiga. "Siapa bilang kita bukan pasangan, kita itu pasangan paling serasi di dunia ini." 

"Apa maksudmu?" Xing'er membulatkan matanya disertai kening berkerut. 

"Yo Jie Li katakan, kenapa kau hanya tersenyum seperti itu!" dengus Xing'er sebal pada sahabatnya yang terus tersenyum penuh siasat.

Tangan Jie Li melambai meminta agar Xing'er mendekat padanya, lalu ia berbisik jika dirinya mengatakan pada pelayan restoran kalau ia dan Xing'er adalah sepasang kekasih.

"Apa! Cao ni ma," kesal Xing'er tak habis pikir dengan ide gila sang sahabat. 

"Cao ni ma\= sebuah umpatan kasar)

"Ck Xing'er, kau tahukan daging sapi ini sangat enak dan mahal kapan lagi kita bisa makan hidangan ini dengan diskon yang sangat tinggi." 

"Jie Li aku tahu, tapi setidaknya kau harus menjaga nama baikku … aku tahu aku sudah lama jomblo tapi aku tidak pernah mau berpikir untuk berpacaran dengan sesama jenis menggelikan," kesal Xing'er.

"Aku tahu, aku juga sama sepertimu masih normal tapi ini demi makan enak … ayolah Jiejie jangan marah hanya satu jam, hoh," bujuk Jie Li mengedip-ngedipkan kelopak matanya.

"Cih, jiejie aku tidak mau jadi kakakmu … sudahlah ini juga tidak buruk daripada aku harus berada di ruangan itu sendirian mengerjakan pekerjaan yang bukan milikku," gerutunya lagi. 

"Hihi kau memang jiejie terbaik," puji Jie lie mengangkat kedua jempolnya.

"Cih," decak Xing'er sambil tersenyum lembut. 

"Nona ini pesanan anda." Pelayan itu meletakan satu pot daging dengan bumbu coklat serta asap mengepul di atas meja yang ditempati Xing'er dan Jie Li. Pelayan itu memperhatikan kedua pelanggannya, mungkin pelayan pria itu heran dengan wajah kedua pelanggan tersebut mereka memiliki paras yang cantik tapi malah memilih jalan salah. 

"Kenapa? Apa kau punya masalah denganku?" tegur Xing'er dengan suara sengaja dibuat berat. 

Pelayan itu menggelengkan kepalanya cepat. "T-tidak ada … aku harus cepat pergi jika tidak dia akan membunuhku karena aku pernah dengar pasangan satu jenis lebih jahat dibanding pasangan normal," gumamnya dalam hati. Pelayan itu buru-buru pergi setelah memberikan pesanan milik pasangan tidak normal itu dalam keadaan takut. 

Jie Li tertawa saat melihat pelayan itu takut pada Xing'er. "Jiejie, lihat dia takut padamu." 

"Heuh jijie, berhenti memanggilku jiejie dan cepat makan aku harus kembali ke kantor." 

"Hem," angguk Jie Li keduanya pun kini menikmati makanannya dengan sangat tenang dan diakhir makan malam mereka, Xing'er serta Jie Li mendapatkan sebotol arak gratis sebagai bonus karena menjadi pasangan yang beda di antara pasangan lainnya. 

Awal niat mereka hanya untuk sekedar makan, tapi setelah mendapatkan hal baik yaitu arak terbaik di negaranya mereka pun akhirnya minum berulang kali sampai mabuk. 

Waktu sudah menunjukan pukul 23,00. Jie Li mengajak Xing'er untuk segera pulang, tetapi Xing'er menolak karena mengingat jika malam ini dirinya harus menemui anak dari teman ibunya dan untuk menghindari perjodohan itu ia lebih memilih tetap di restoran tersebut. 

"Baiklah, aku pulang duluan ya bye," pamit Jie Li dia pulang lebih dulu dengan langkah kaki terhuyung akibat mabuk. 

Setelah kepergian Jie Li. Xing'er kembali menuangkan air yang ada dalam botol kaca ke cangkir kecilnya, ia menatap cangkir tersebut sambil tersenyum getir.

"Apa salahnya jika tidak menikah? Bukankah mengejar karir lebih hebat dibanding menikah … memiliki pasangan sangat merepotkan bahkan Jie Li saja sering menangis karena disakiti oleh pacarnya yang tidak setia, Niang memang tidak menyayangiku dia ingin aku mati berlumur air mata karena pernikahan," gerutu Xing'er sambil menenggak secangkir arak dalam satu kali minum. 

Disaat wanita yang sedang kesal pada ibunya itu masih menggerutu, seorang pria tua dengan pakaian compang camping menghampirinya. 

"Putus asa, sulit mendapatkankan pasangan karena ingin mengejar karir, dalam hati begitu banyak tekanan sungguh bernasib malang," cetus pria dengan jenggot panjang putih menghiasi dagunya yang keriput. 

Xing'er mengangkat kepalanya dan menatap kakek tua itu setengah sadar. "Kamu siapa?" 

"Kamu tidak perlu tahu siapa saya, saya kesini hanya ingin menyampaikan sesuatu." Kakek tua itu memberikan sepasang gantungan kunci dengan giok putih yang menyatu ke tangan Xing'er.

(contoh).

"Pergilah besok ke hutan bambu Jade arahkan kedua gantungan ini ke arah utara maka besok kamu akan menemukan jodohmu disana," papar kakek tua.

"Wah benarkah? Ffftt hahaha pak tua jangan pikir kau bisa menipuku disaat aku mabuk, meskipun aku terkapar di lantai aku tidak akan pernah tertipu oleh siapapun," ujar Xing'er yang merasa pria tua itu ingin mengambil hartanya. 

"Terserah padamu saja, aku hanya sekedar membantumu dan ingat gantungan kunci benang merah itu hanya akan berbinar jika berada pada pria yang memang jodohmu." 

"Omong kosong," dengus Xing'er mendelik.

"Sudahlah, aku hanya bisa membantumu sampai sini saja kau mau percaya atau tidak semua tergantung padamu," kata kakek tua tersebut, ia beranjak dari duduknya dan tiba-tiba menghilang ketika sudah berada diambang pintu. 

"Cih, dasar orang tua sudah bau tanah bukannya tobat malah banyak membual," decak Xing'er meneguk kembali arak terakhirnya sebelum dirinya pulang ke rumah. 

.

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Qori Maret

Qori Maret

gpp. sangat seru dan aku suka.

2024-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!