SETELAH KAU KHIANATI
Maya berjalan tergesa-gesa melewati lobi perusahaan. Dia sudah telat. Entah lah tidak biasanya dia bangun kesiangan. Tampaknya tidurnya benar-benar nyaman semalam, hingga membuatnya enggan terbangun.
Brukk...
Karena kurang hati-hati dan tak memperhatikan jalan, tanpa sengaja, ia bertabrakan dengan seorang pria. Maya menghentikan langkahnya dan menoleh.
“Maaf,” ucap Maya. Ia terpaku melihat siapa yang berada di hadapannya. Pria itu sepertinya juga tersentak melihat Maya.
“Maya...” lirihnya.
Maya terkesiap mendengar suara itu dan membalikkan badannya, bergegas pergi.
“May... Tunggu...” panggil pria itu, tetapi Maya mengabaikannya. Air mata mengancam jatuh, tetapi Maya mendongakkan wajahnya. Ia terus melangkah hingga sampai di depan ruangannya.
Maya masuk dan menghempaskan tubuhnya di kursi besar. Ia tidak menghiraukan sekretarisnya yang mungkin terkejut dengan suara pintu yang tertutup kasar, atau mungkin heran karena sapaan sekretarisnya diabaikan.
Maya menelungkupkan kepala di atas meja. Air mata yang ditahannya sejak di lobi akhirnya tumpah. Sangat sakit. Bayangan yang telah lama dihilangkan dan dihapus dari ingatannya kini hadir kembali, seakan luka yang baru sembuh kembali tersiram air cuka.
Arman, pria itu, pria yang dulu sangat Maya sayangi, tetapi juga yang menggoreskan luka yang sangat dalam di hatinya.
Kilasan Masa Lalu
Maya mengingat sore itu ketika pulang kerja dari toko pakaian. Ia sangat gembira karena menerima bayaran hasil kerja kerasnya selama sebulan. Ia berencana memberi kejutan pada Arman yang beberapa hari lalu mengeluh tidak punya uang untuk membayar kos. Mereka sudah berjalan bersama selama dua tahun. Arman bekerja di sebuah perusahaan sebagai karyawan biasa. Saat Arman mengeluh, Maya mengatakan akan membayar uang kosnya, dan Arman akan menabung untuk biaya hidup mereka setelah menikah.
Tetapi yang terjadi di luar dugaan. Saat tiba di depan kos Arman, pintu tertutup. Maya berpikir Arman belum pulang, tetapi heran karena ada sepatunya di teras, dan juga sepatu perempuan. Suasana hening. Pintu tidak terkunci dan tidak tertutup rapat. Maya mengerutkan kening melihat pintu yang sedikit terbuka. Ia membuka pintu dan masuk diam-diam. Tidak ada seorang pun di sana, tetapi ia mendengar suara-suara dari dapur.
Maya diam dan mencoba menajamkan pendengarannya.
“Tapi sampai kapan kamu akan tetap berhubungan dengannya? Aku sudah lelah seperti ini. Kita berhubungan secara sembunyi-sembunyi?” Itu suara seorang gadis. Maya merasa mengenal suaranya. Ia masuk lebih dalam lagi untuk mendengar lebih jelas.
“Bersabarlah. Semuanya akan segera selesai setelah aku mendapatkan kepercayaannya dan mendapatkan apa yang aku inginkan darinya. Kita akan segera meresmikan hubungan kita, dan aku akan meninggalkannya.” Jantung Maya berdenyut sakit. Itu suara Arman. Arman menyimpan sesuatu di belakangnya.
“Tapi sampai kapan? Aku lelah seperti ini terus. Kau kekasihku, tetapi aku bahkan tidak berhak memperkenalkanmu pada teman-temanku,” ucap suara wanita itu. Itu Regita, teman Maya yang paling dipercaya. Persahabatan mereka rapuh hanya karena seorang pria. Maya tidak menyangka orang yang disayanginya mengkhianatinya dengan temannya sendiri. Walaupun sesak di dada, Maya bertahan di sana untuk mengetahui lebih lanjut rencana mereka.
“Bersabarlah sedikit lagi. Semuanya akan segera berakhir. Sore ini dia akan datang ke sini mengantarkan uang. Lebih baik kamu pulang sekarang, jangan sampai dia bertemu denganmu saat dia datang ke sini,” ucap Arman.
“Tapi kamu kelihatan sangat menyayanginya. Aku cemburu melihat hal itu,” balas Regita.
“Tentu saja aku harus berpura-pura menyayanginya. Kalau tidak, bagaimana bisa dia memberikan uangnya, seluruh gajinya, kepadaku...?” balas Arman. Hati Maya semakin sakit. Ia memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya.
Maya bertepuk tangan di belakang mereka. “Wah... Wah... Wah... Hebat sekali ya! Ternyata rencana kalian. Aku sungguh salut mendengar ini!”
“May? Kau ada di sini...? Sejak kapan? Bukankah kau sedang bekerja?” Arman terbelalak kaget.
“Tentu saja... Mungkin Tuhan yang menyuruhku ke sini untuk mendengar apa yang kalian rencanakan,” jawab Maya santai, meskipun dadanya bergemuruh. Ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya di hadapan Arman.
“Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku bisa menjelaskan semuanya,” ucap Arman. Ia mencoba meraih tangan Maya, tetapi Maya menepisnya.
“Memangnya apa yang kupikirkan? Aku tidak berpikir apa-apa, kok,” jawab Maya santai. Arman tidak boleh tahu bahwa ia hancur. “Lalu apa yang coba kau jelaskan, Mas...? Aku tidak butuh penjelasan karena aku sudah mendengar semuanya.”
“Sudahlah, Mas. Untuk apa menjelaskan padanya...?” sahut Regita. “Biar saja dia tahu semuanya. Bukankah ini lebih baik? Jadi kita tidak perlu menjelaskan padanya tentang hubungan kita. Toh kita sudah tidak membutuhkannya lagi. Aku yang akan membantumu mengenai keuangan,” tambah Regita. Ia ingin mempertahankan Arman dan takut Arman akan kembali kepada Maya. Maya tersenyum mendengarnya.
“Sebenarnya aku hanya tidak menyangka dengan semua ini, Mas. Setelah apa yang aku korbankan untukmu, hasil kerja kerasku selama bertahun-tahun, kau tega melakukan ini di belakangku,” ucap Maya sambil memindai penampilan mereka berdua. Mereka hanya memakai handuk yang melilit di pinggang.
“Cobalah kau tengok dirimu itu, May! Kau memang tidak layak untuk Arman! Lihat penampilanmu dan lihat penampilan Arman setiap hari! Apa kau pantas berada di sampingnya...?” ledek Regita.
“Tidak masalah. Ambillah saja dia! Aku sudah tidak butuh. Untung aku sudah tahu semuanya sekarang sebelum semuanya habis, sebelum semuanya hancur,” balas Maya.
“Maya, ini semua bukan kesalahan Regita, tetapi kesalahanmu! Kau yang tidak pernah mau mengikuti keinginanku! Aku ini pria normal! Aku membutuhkannya! Tetapi kau, jangankan melayani aku, memegang tanganmu pun kau tidak mau! Oh, itu terlalu sok suci!” balas Arman. Maya tertawa miris.
“Jadi itu yang ada di otakmu, Mas? Hanya itu? Untung saja aku mengetahuinya lebih awal. Kalau tidak, mungkin aku akan menyesalinya. Dan aku sungguh beruntung tidak pernah memenuhi keinginanmu,” balas Maya.
“Sudahlah, Mas. Sekarang aku mengerti apa yang kau inginkan. Semoga saja dengan ini kau bahagia. Dan kau ingatlah, Regita, jika dia bisa mengkhianatiku, suatu saat dia juga bisa mengkhianatimu,” ucap Maya tenang, lalu meninggalkan tempat itu seakan tidak terjadi apa pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Julia Juliawati
mampir
2025-04-27
0
Salma Suku
Mampir thor
2025-03-03
1
Heny
Laki-laki seperti itu tinggal kan saja mau enak sendiri sdh bosan di buang
2024-11-30
2