Aku berjalan tergesa-gesa melewati lobi perusahaan,. hingga tanpa kusengaja, aku bertabrakan dengan seseorang pria.
Aku hentikan langkahku dan secara spontan menoleh ke arahnya.
"Maaf," ucapku. Tapi sejenak kemudian aku terpaku dan terdiam melihat Siapa yang berada di hadapanku. Dan dia pun sepertinya tersentak, entah kaget atau apa melihat kehadiranku di hadapannya.
"Maya... " lirihnya.
Aku terkesiap mendengar suaranya dan itu menyadarkanku dari lamunanku. Gegas aku membalikkan badanku dan pergi dari tempat itu.
"May.. tunggu... " panggilnya. tapi tak ku hiraukan.
Ada yang akan terjatuh dari mataku tapi aku mendongakkan wajahku agar beningan kristal itu tak sampai terjatuh. Aku terus melangkah hingga langkah kakiku sampai ke depan ruanganku.
Aku segera masuk dan kuhempaskan tubuhku di atas kursi kebesaranku tak kuhiraukan sekretarisku yang mungkin terkejut dengan suara pintu yang tertutup secara kasar.
Mungkin juga dia terheran-heran atau mungkin sedang manyun karena sapaannya yang tak kuhiraukan.
Aku telungkupkan kepala di atas meja akhirnya tumpah juga air mata yang kutahan sejak dari lobi. Ternyata sesakit ini, saat bayangan yang telah lama aku hilangkan, kuhapus dari ingatanku kini hadir kembali seakan luka yang baru sembuh kemarin sekarang tersiram oleh air cuka.
Arman, dia pria itu, pria yang dulu bahkan sangat kusayangi Tetapi dia juga yang sudah menggoreskan luka yang sangat dalam yang tak mungkin aku hilangkan dari hatiku.
flash back on
kuingat kembali sore itu ketika aku pulang dari pekerja di toko pakaian aku sangat gembira itu adalah hari yang indah Karena hari itu aku menerima bayaran dari hasil kerja kerasku selama 1 bulan.
Aku membayangkan bahwa aku akan pergi ke tempat kosnya untuk memberikan kejutan dia yang beberapa hari lalu mengeluh tidak memiliki uang untuk membayar kos.
pasti dia akan merasa gembira sekali. kami sudah berjalan bersama selama 2 tahun dia bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang karyawan biasa, hari itu saat dia mengeluh tidak memiliki uang untuk membayar kos Aku mengatakan padanya untuk tidak usah khawatir aku yang mengatakan akan membayar uang kosnya dan dia yang akan menabung untuk biaya kehidupan kami setelah menikah kelak.
tapi sungguh yang terjadi di luar dugaan bukan dia yang aku kejutkan tapi aku yang terkejut dengan apa yang aku lihat di tempatnya. saat itu aku baru saja sampai di depan tempat kosnya pintu tertutup dan aku berfikir bahwa dia belum pulang dari tempatnya bekerja tapi aku heran kenapa ada sepatunya di teras dan juga kenapa ada sepatu perempuan di sana suasana kelihatan Hening Jika dilihat dari luar. Tapi aku melihat pintu yang tidak terkunci dan juga tidak tertutup rapat mataku mengerut melihat apa yang aku lihat di depan, ku buka pintu dan aku masuk secara diam-diam, tidak ada seorangpun di sana . tapi aku mendengar suara-suara yang sedang berbicara di dapur.
aku diam dan mencoba menajamkan pendengaranku.
" tapi sampai kapan kamu akan tetap berhubungan dengannya aku sudah lelah seperti ini kita berhubungan secara sembunyi-sembunyi?" itu suara seorang gadis dan aku seperti mengenal suaranya. tapi aku berharap bahwa pendengaranku ini salah apa mungkin itu dia, hingga aku lebih memutuskan untuk lebih masuk ke dalam lagi dan untuk mendengar apa yang sebenarnya terjadi
" Bersabarlah semuanya akan segera selesai setelah aku mendapatkan kepercayaannya dan mendapatkan apa yang aku inginkan darinya kita akan segera meresmikan hubungan kita dan aku akan meninggalkannya"
hatiku berdenyut sakit itu suaranya itu suara Arman orang yang paling aku sayangi selama ini ternyata dia menyimpan sesuatu di belakangku,
" tapi sampai kapan aku lelah seperti ini terus kau kekasihku tapi aku Bahkan tak berhak memperkenalkanmu pada teman-temanku" ucap suara wanita itu yang tak salah lagi ternyata dia benar-benar temanku teman yang paling aku percayai,
Aku bahkan tak pernah menyangka serapuh itu persahabatan kami hanya karena hadirnya seorang pria. sama seperti halnya aku tak menyangka bahwa orang yang aku sayangi ternyata menghianatiku dengan temanku sendiri, aku masih mencoba untuk bertahan di sana walaupun sesak di dalam dada Aku ingin mengetahui lebih lanjut apa yang mereka rencanakan
" Bersabarlah sedikit lagi semuanya akan segera berakhir sore ini dia akan datang ke sini mengantarkan uang lebih baik kamu pulang sekarang jangan sampai dia bertemu denganmu saat dia datang ke sini" ucap arman yang begitu sakit menusuk indra pendengaranku
" tapi Kamu kelihatan sangat menyayanginya Aku cemburu melihat hal itu" balas Gadis itu Regita yang tak lain adalah temanku teman yang sama-sama berangkat dari kampung dan dulu akulah yang membawanya ke kota ini
" Tentu saja aku harus berpura-pura menyayanginya kalau tidak Bagaimana bisa dia memberikan uangnya seluruh gajinya kepadaku.??" balas Arman. sungguh hatiku semakin sakit mendengarnya dan aku sudah memutuskan untuk segera keluar dari tempat persembunyianku
" prok prok prok" aku bertepuk tangan di belakang mereka, " wah wah wah hebat sekali ya ternyata rencana kalian Aku sungguh salut mendengar ini" ucapku yang tentu saja mengejutkan mereka
" May kau ada di sin??, sejak kapan ? bukankah kau sedang bekerja" ucap Arman yang terbeliak kaget
" tentu saja,... Mungkin Tuhan yang menyuruhku ke sini untuk mendengar apa yang kalian rencanakan" jawabku sesantai mungkin walaupun bergemuruh di dalam dadaku aku tak boleh memperlihatkan kalau aku lemah di hadapannya
" ini tidak seperti yang kau pikirkan aku bisa menjelaskan semuanya" ucap Arman dia mencoba meraih tanganku tapi aku menepisnya
" Memangnya apa yang ku pikir kan , aku tidak berpikir apa apa kok, " jawabku sesantai mungkin, Arman tidak boleh tahu kalau aku merasa hancur, " lalu apa yang coba kau Jelaskan Mas ??? aku tidak butuh penjelasan karena aku sudah mendengar semuanya" jawabku
" sudahlah mas Untuk apa menjelaskan padanya?? " sahut Regita " biar saja dia tahu semuanya Bukankah ini lebih baik jadi kita tak perlu menjelaskan padanya tentang hubungan kita toh kita sudah tidak membutuhkannya lagi aku yang akan membantumu mengenai keuangan" tambah Regita dia sepertinya begitu ingin mempertahankan Arman dan dia begitu takut kalau Arman akan terbalik kepadaku. aku tersenyum mendengarnya
" Sebenarnya Aku hanya tidak menyangka dengan semua ini mas , setelah apa yang aku korbankan untukmu hasil kerja kerasku selama bertahun-tahun, kau tega melakukan ini di belakangku" ucapku, Seraya memindai penampilan mereka berdua dari atas sampai ke bawah bahkan pakaian layak mereka tak layak jika ada tamu yang datang , keduanya hanya memakai handuk yang melilit di pinggang saja, Mungkin telah terjadi sesuatu di antara mereka berdua tapi aku tidak peduli semua itu.
" cobalah kau tengok dirimu itu May kau memang tak layak untuk Arman lihat Penampilanmu dan lihat penampilan Arman setiap hari apa kau pantas berada di sampingnya??" ledek Regita
" tidak masalah kau ambil saja dia !! , aku sudah tidak butuh, untung aku sudah tahu semuanya sekarang sebelum semuanya habis , sebelum Semuanya hancur " balasku
" maya ini semua bukan kesalahan regita tapi kesalahanmu, kau yang tak pernah mau mengikuti keinginanku aku ini pria normal aku membutuhkannya tapi kau jangankan melayani ku pegang tanganmu pun kau tak mau, oh itu terlalu sok suci" balas Arman yang membuatku tertawa miris
" jadi itu yang ada di otakmu mas? hanya itu, untung saja aku mengetahuinya lebih awal kalau tidak mungkin aku akan menyesali nya dan aku sungguh beruntung tak pernah memenuhi keinginanmu," balasku
" sudahlah mas sekarang aku mengerti apa yang kau inginkan semoga saja dengan ini kau bahagia dan kau ingatlah regita jika dia bisa menghianatiku suatu saat dia juga bisa menghianati mu" ucapku kemudian berjalan tenang meninggalkan tempat ituseolah tak terjadi apapun,
Aku berlari begitu keluar dari gang yang berada di depan kos Arman, berlari dan terus berlari, sampai tak sadar aku sampai di sebuah taman.
aku menghentikan langkahku, baru sadar jika aku telah berada di tempat yang jauh dari tempat kost arman. walau berusaha terlihat baik-baik saja nyatanya aku rapuh, ada yang terasa nyeri di dalam dadaku, aku jatuh tertunduk kutelungkapkan wajah di atas lutut dengan dua tangan bertumpu di atas rerumputan, air mata yang sedari tadi bu tahun akhirnya jebol juga, aku menangis sejadi jadinya. menyesali apa yang terjadi dalam hidupku, menyesali semua kebodohanku, menyesali ketidak peka an ku atas sikap Arman dan Regita yang sudah nampak aneh selama sebulan belakangan
"Nduk..." aku ter jingkat kaget saat merasa ada tangan yang menyentuh pundak ku
ku dongak kan kepalaku dan tampak dalam pandangan mataku seorang wanita paruh baya dengan wajah cantik sedang menunduk menghampiriku.
Ku seka air mataku lalu berdiri menghadapnya. wanita itu mundur selangkah
dan tersenyum manis.
"Ada apa nduk kenapa menangis di sini, , apa ada barangmu yang hilang ,??" tanya wanita itu lagi, aku masih terisak tak bisa menjawabnya, aku hanya mampu memindainya dari ujung rambut sampai ujung kaki
~Siapa gerangan nyonya yang cantik ini~ batinku, melihat apa yang menempel di seluruh badannya sangat jelas jika beliau adalah orang kaya
"Nduk..." ucapnya lagi sambil menyentuh tanganku, aku seakan tersadar dari lamunan, aku mundur, dan sangat malu karena mungkin dia risih dengan caraku memperhatikannya
"Iya nyonya ..." jawabku
"kenapa sore sore menangis sendirian di taman, apa yang terjadi?" beliau mengulang pertanyaannya
"Tidak ada apa apa nyonya ... maaf nyonya siapa ??" aku menjawab dan juga bertanya, karena selama tinggal di lingkungan ini , baru pertama ini aku bertemu dengannya, atau mungkin juga aku yang kuper sehingga tak mengenalnya
"Kamu Maya kan..?? yang bekerja di toko pakaian *SUMBER REJEKI* yang ada di jalan mangga muda itu..?" bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah kembali melontarkan pertanyaan sambil tersenyum
aku kaget, mundur lagi selangkah dan kembali memindainya dari atas sampai bawah ~siapa nyonya ini, kenapa beliau mengenalku sedangkan aku tak tahu siapa dia~ pikirku. lagi lagi wanita itu tersenyum.
"Ayo kita duduk di bangku sana..." dia mengarahkan tangan kanannya ke arah sebuah bangku taman sedang tangan kirinya menggandeng tangan ku. Entah hipnotis apa, aku hanya menurut saja
"cerita pada ibu nduk... apa yang terjadi padamu? kenapa menangis di sini..??"
setelah sampai di bangku dan kami pun duduk, dia kembali menanyakan hal yang belum ku jawab dari tadi
"Tidak ada apa apa nyonya..." jawabku. "Apakah nyonya mengenal saya ? , bagaimana nyonya tahu saya bekerja di toko pakaian ?? Apa nyonya adalah pelanggan di toko itu ??" aku ingin menuntaskan rasa penasaran ku
tapi dia lagi lagi hanya tersenyum
"Bagaimana kalau kita buat kesepakatan ?, aku akan jawab pertanyaanmu setelah kamu jawab pertanyaanku, bagaimana.." lagi lagi dia tersenyum kali ini sambil negosiasi. "Tidak apa apa nduk , cerita kan pada ibu apa yang terjadi padamu, barangkali saja ibu bisa membantumu.." ucapnya lagi sambil mengelus tanganku, "Beban akan lebih ringan setelah di bagikan nduk.." tambahnya
Aku menunduk, tanpa terasa air mataku kembali terjatuh. ku dongak kan wajahku menatapnya lalu menunduk lagi, ku hela nafas panjang dan ku keluarkan, terasa berat, seolah ada batu besar menghimpit dadaku
"kekasih saya berselingkuh , nyonya " Jawabku pada akhirnya.
"Dia mengkhianati saya, dan sakitnya lagi itu dengan teman saya, teman sekampung yang dulu saya ajak ke kota ini, " tambahku,
"Yang menyakitkan adalah alasannya yang sangat tidak masuk akal, hanya karena... hanya karena..." aku mengambil jeda ambil nafas menahan sesak, sedang si nyonya itu hanya diam mendengarkan tanpa memotong atau bertanya. "hanya karena... saya selalu menolak ketika diajak berhubungan badan." lanjut ku, tangisku tumpah semakin deras. dan nyonya itu masih saja diam sambil mengelus elus punggungku.
"Padahal selama ini saya sangat mencintainya, saya menuruti apapun permintaannya, jika itu hanya berhubungan dengan uang, saya relakan hampir seluruh gaji saya dari toko pakaian, untuk kebutuhannya, bahkan dari gaji saya, saya hanya menyisihkan sedikit untuk keperluan sehari hari saya dan untuk makan saja, dan bodohnya saya, saya menurut saja waktu dia janjikan kalo gajinya dia sendiri yang bekerja di pabrik tekstil akan dia tabung untuk biaya pernikahan kami kelak , dan juga harus di tabung agar bisa membeli rumah kecil yang akan kami tempati setelah menikah " lanjut ku lagi sambil terus menangis, ku tepuk tepuk dadaku yang terasa sesak. Aku tak lagi mampu bicara.
"Sudah cukup nduk.." setelah beberapa saat kami terdiam dan aku bisa menghentikan tangisku , beliau berucap lirih sambil mengelus punggungku, "Sekarang berhenti lah menangis, jangan buang air matamu dengan percuma untuk laki laki seperti itu.!!" ucapnya lagi
"Bukankah lebih baik bagimu kalau kau mengetahui itu Sekarang? dari pada kau mengetahui dia bukan laki laki setia , setelah kalian terlanjur menikah, dan harusnya kau bersyukur dia belum berhasil mengambil mahkotamu yang paling berharga.??!!" tambahnya lagi, kali ini tangannya memegangi dagu ku untuk menghadap padanya. kami bertatapan beberapa saat, aku mencoba mencerna semua kata katanya, lagi lagi beliau tersenyum, senyum yang sangat menyejukkan hati
"Nyonya benar.." aku mengangguk lalu menundukkan wajah, beberapa saat aku terdiam, aku memang harus bersyukur untuk hal itu. "Aku tidak akan menangisinya..!!" janjiku pada diriku sendiri .
"Kau sudah lega setelah berbagi ??" beliau bertanya dan lagi lagi sambil tersenyum. dan aku mengangguk, "Sekarang tersenyum lah, jangan buat dia bahagia dengan melihatmu menangis.!!" katanya lagi. itu benar , aku memang harus tersenyum, aku tak boleh lemah hanya karena pengkhianatan nya, biar saja uang ku hilang , aku anggap itu sebagai sedekah.
"Sekarang sudah benar benar sore, bahkan sudah hampir maghrib, ayo kita pulang !!" kemudian mengajakku berdiri, aku pun ikut berdiri, ku pandang sekelilingku yang memang hampir gelap. aku tersentak saat baru tersadar ternyata nyonya itu tak lagi ada di sampingku, seperti ada yang aneh dalam pikiranku, seperti ada sesuatu yang hilang tapi apa.??
"Ah...." aku tersentak saat mengingat sesuatu "ah benar, nyonya itu kan belum menjelaskan siapa dirinya.." gumamku. "Nyonya .. tunggu.." teriak ku sambil mengejarnya. kulihat beliau berhenti sebentar lalu menoleh padaku dan tersenyum, tapi kemudian melangkah lagi.
"Nyonya...... tunggu......" teriak ku lebih keras. dan terus mengejarnya. sampai akhirnya aku berhasil men sejajar i nya nya, dan kutangkap tangannya. ku pegang erat tangannya, agar beliau tak lagi melangkah, beliau berhenti dan tersenyum
"Ada apa..??" tanyanya dengan wajah tanpa dosa. aku berhenti sambil memegang perutku yang sakit akibat berlari. ku atur nafasku yang terengah engah sebelum bicara
"Nyonya kan belum menjelaskan siapa diri nyonya..??" tanyaku setelah beberapa saat dan nafasku kembali teratur. tapi apa jawabnya, beliau malah tertawa tergelak
"Aku pikir kamu lupa..??" jawabnya .sambil masih tertawa. aku merengut.
"Nyonya curang... Nyonya mau mengingkari kesepakatan kita..??" tanyaku sambil merajuk. dan dia malah tertawa semakin lebar , bahkan sampai seperti menangis.
"Baiklah .. aku tidak akan berbuat curang, aku akan menjelaskan nya sambil mengantarmu pulang. Ayo.." beliau berjalan mendahuluiku, dan mau tak mau aku harus mengikutinya. juga saat dia menyuruhku masuk dalam mobilnya,
"Naiklah.. aku akan mengantarmu pulang. !!" ajak nya "Tenang saja aku tak kan menjual mu, tubuhmu terlalu kurus tak kan laku untuk dijual..!!" ucapnya tergelak ketika aku masih termangu di samping mobil. tp akhirnya aku menurut saja, entah apa yang akan terjadi nanti , ah.. masa bodoh toh aku tak punya siapa siapa yang akan menangisi ku jika memang aku hendak di jual
*Assalamualaikum pembaca yang budiman ini adalah karya pertama saya silahkan kritik dan saran yang membangun ya.. terimakasih*
Mobil mulai merangkak peelahan, semakin menjauhi area taman kota, aku masih terdiam menunggu apa yang hendak di katakan oleh si Nyonya, walaupun pun sebenarnya sudah tak sabar dan ingin segera bertanya
"Minumlah nduk..!!" ucapnya sambil mengulurkan sebotol air mineral ke arah ku, lama kupandangi botol itu sebelum akhirnya kuterima. tapi aku masih belum ingin meminumnya, entah kenapa otakku justru melanglang buana mengingat sesuatu yang sangat buruk, tentang film penculikan dan wanita yang dijual untuk di jadikan pe***ur, dan juga yang di ambil organ tubuhnya. hingga tanpa sadar aku bergidik ngeri
"Kenapa ...?? kau takut aku memberimu obat bius..??" Si Nyonya malah bertanya sambil tertawa terbahak. "Sini biar aku yang minum kalau kau takut..!!" ucapnya sambil menyambar botol yang ada dalam genggamanku. "Lihat..??, kau masih takut juga..??" tanyanya lagi setelah menenggak hampir separo dari isi botol itu, masih sambil tertawa terbahak, seakan itu adalah hal yang sangat lucu baginya. dan itu membuat wajahku memanas karena malu, entah sudah semerah apa warna pipiku saat ini, dan dengan malu malu akhirnya ku minum juga air itu, terasa plong dalam dadaku , Ternyata menangis juga menghabiskan tenaga.
"Baru kali ini ada gadis yang sangat menghiburku.." ucapnya lagi lagi tergelak, kali ini bahkan sambil mengusap air yang keluar dari sudut matanya.
"Maafkan saya Nyonya.." ucapku menunduk malu , aku benar benar tak tahu diri, beliau sudah dengan senang hati menghiburku, dan juga memberiku tumpangan pulang, aku justru mencurigainya yang bukan bukan, ah... entah mau aku taruh kemana mukaku yang buluk ini. eh... tapi, "beliau benar benar akan mengantarku pulang kan ??" batinku sambil menengok keluar mobil, jangan jangan ini salah jalan , ah.. tapi lagi lagi aku malu. ini memang jalur menuju tempat kos ku, walaupun masih sangat jauh sih..
"Jadi Nyonya.. siapa sebenarnya anda..??, bagaimana nyonya bisa mengenal saya , sedangkan saya sama sekali tidak tahu siapa nyonya..??" tanyaku pada akhirnya, karena tak lagi tahan dengan rasa penasaran.
"Nama saya Farida, panggil saja ibu , jangan nyonya. seperti nyonya besar saja..!!" jawabnya di akhiri senyum. aku masih mencba mengingat ingat, siapakah nama FARIDA itu, tapi nihil, aku tetap saja tak mengingat siapa beliau, dan beliau malah tergelak lagi seakan senang dengan kebingunganku.
"toko pakaian *SUMBER REJEKI* tempat di mana kau bekerja sekarang adalah cabang dari toko pakaian milik anakku " terang nya kemudian yang membuat aku sangat terkejut. demi apa.. wanita yang Sekarang ada didepan ku?? yang tadi memegang bahuku.?? ., yang tadi mengusap halus punggungku, yang tadi melihatku menangis kejer ??, yang tadi menghiburku, ?? dan yang dengan jahatnya justru aku curigai akan memberiku minuman bius?? padahal dia juga memberiku tumpangan untuk pulang ??... Dia... dia ternyata adalah ibu dari boss tempat ku bekerja?? kututup mulutku yang menganga tak percaya ini dengan telapak tangan. sungguh aku malu bukan kepalang.
"Jadi nyonya..? Nyonya adalah ibu dari pak Anwar..??" aku mencoba meyakinkan lagi.
barangkali pendengaranku yang salah.
"Bukan..?" jawabnya. menggeleng. aku cengo, bingung, bagaimana sih , katanya toko tempatku bekerja milik anaknya, tapi beliau bukan ibunya pak Anwar, bagaimana maksudnya coba..??
"Anwar itu kan yang mengelola toko, kalo yang punya toko itu namanya Rendy, naah yang namanya Rendy itu baru anak saya...
tapi sekarang ini Anwar sudah jadi anak saya juga". beliau menjelaskan panjang lebar . dan naasnya penjelasan nya yang panjang lebar itu justru kurang nyantol di otak ku yang rada minus IQ nya. bagaimana ceritanya, Anwar tadi nya bukan anaknya tapi sekarang jadi anaknya juga.. ah.. pusing aku tak bisa menerjemahkan bahasa nya
"Maksud Nyonya...??"
"Ibu,..!! panggil ibu saja , jangan nyonya, saya berasa terlalu tua kalo di panggil nyonya.!" potongnya mengingatkanku untuk panggilannya
"Eh... iya ... Ibu.." ralatku. "jadi maksud Ibu, yang punya toko itu bukan pak Anwar ??" tanya ku memastikan lagi
"Anwar itu salah satu orang kepercayaan Rendy. karena Anwar itu yang menemani Rendy sejak kecil, jadi lebih seperti sahabat bahkan saudara " jawabnya " Sudah sampai, ... kau bisa turun Sekarang, ingat, jangan menangis lagi ..!!" ucapnya mengagetkanku. aku spontan melihat keluar jendela, dan ternyata benar ini sudah sampai di gang yang berada di depan kompleks kost yang aku tempati.
" Bagaimana Nyonya bisa tahu kalo saya tinggal di kompleks ini..??" tanyaku bingung, yang lagi lagi malah membuat nya tergelak, apa yang lucu coba, aku kan cuma tanya dari mana dia tahu..?? apanya yang lucu aku bergumam cemberut , karena selalu jadi bahan tawa an nya
"Kalo aku tahu kau adalah anak buah alias karyawan anakku, apanya yang aneh kalo aku tahu di mana tempat tinggalmu ??" jawabnya diplomatis ,dan tentu saja itu masuk akal. apa yang tidak mungkin bagi orang kaya. kalo pak Anwar saja tampak jelas dia orang kaya adalah bawah an dari anak nya, pasti anaknya itu lebih kaya lagi. dan beliau adalah ibunya, berarti beliau lebih kaya lagi. pertanyaannya adalah sekaya apa mereka semua, sebab jika menilik dari caranya berpakaian dan aksesoris apa saja yang melekat di tubuhmu, terlihat jelas jika bukan barang murahan. terlihat sederhana tapi benar benar berkelas, . apa Ya di pakainya tidak ada satu pun yang terjual di toko tempatku bekerja.
" Cepat turun , ini sudah malam , atau kau ingin menahanku di sini hemm..??" ingatnya , " kalo kau masih bingung , besok kita bahas jika kau masuk kerja. itu pun kalau kau beruntung bisa bertemu dengan ku ha... ha... ha..." entah apa yang membuatnya tertawa girang seperti itu
" ingat jangan menangis lagi, jangan sampai kau besok tidak bisa masuk kerja hanya karena menangisinya semalaman, terlalu berharga air mata itu jika kau buang percuma untuk laki laki yang takv punya kesetiaan seperti dia.!!" tandasnya lagi. aku pun mengangguk pasti , paham dengan apa yang beliau nasihatkan. dan dalam hati aku juga memang membenarkan dan akan menuruti nasehat beliau. untuk apa memikirkan lelaki yang tak setia, memangnya dunia ini akan berakhir kalo ada dia..
" Terima kasih Ibu..."ucapku, " Terima kasih sudah menjadi tempat curhat saya, juga sudah bersedia menasehati saya , juga untuk tumpangannya.." lanjutku. kemudian beranjak turun
" Ah.. sebenarnya aku tadi sudah mau menculik dan menjualmu, tapi sayang tubuhmu terlalu kurus , tidak akan laku dijual." guraunya setelah aku turun, membuat ku menganga, dan beliau malah tertawa, dan aku yang malu setengah mati sudah berburuk sangka padanya. "Ya sudah aku pulang dulu. " ucapnya . aku pun mengangguk
"Hati hati di jalan Bu.." ucapku sambil membungkuk hormat ,yang hanya di balas senyuman.
"Jalan pak.. !!" perintahnya pada pak sopir. "Eh..." kenapa aku baru ngeh kalo kami tadi di antar sopir, ke mana saja otak ku jalan jalan tadi, aku pukul pukul kepalaku pelan , apakah segitu frustasinya aku tadi karena melihat perselingkuhan Arman sampai otakku jadi nge blank..?? ah.. entahlah.. aku segera bergegas masuk gang sempit menuju tempat kos ku, sepertinya aku harus segera mengguyur kepalaku dengan air dingin agar otakku kembali normal
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!